Athaya, seorang gadis mungil yang tinggal di pelosok desa. Berlari tunggang langgang kala ketahuan mencuri mangga tetangganya.
"Huuu dasar tua bangka pelit! Minta dikit aja gaboleh!" sungutnya sambil menatap jalanan yang ia tapaki tadi—menjauhi massa penduduk yang mengejarnya.
Athaya adalah gadis desa yang hidup sebatang kara di tengah masyarakat yang menganut budaya nepotisme.
Dimana, mereka lebih memikirkan kerabatnya, daripada orang susah yang ada di sekitarnya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Athaya untuk bertahan hidup.
Sampai akhirnya, ia mengalami hal di luar nalar saat masuk ke hutan. Ia masuk ke dalam portal misterius dan berakhir masuk ke dalam tubuh seorang selir yang sedang di siksa di tengah aula paviliun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mur Diyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesie curiga
Suasana pasar kota pagi itu cukup ramai. Ada banyak barang masuk dari mengimpor di negara tetangga.
Elise berjalan sambil berjingkrak lirih menapaki jalanan pasar. Terlihat para penjual dan pembeli berinteraksi dengan penuh antusias.
Sekelebat ia melihat seseorang berjubah aneh. Terlihat memata-matai gerak-geriknya. Elise mulai paham dengan situasi sekarang.
Dia—diawasi.
"Hmm, aku belum tau jelas dunia ini apa. Aku cuma punya sekelebat ingatan tentang pemilik tubuh asli ini." batinnya mulai menyikapi keadaan dengan waspada.
Athaya adalah gadis yang biasa hidup bebas dan penuh petualangan di dunia asalnya. Ia gadis yang sangat cerdik menilai situasi. Dan pastinya, juga jago beladiri.
"Tapi aku yakin betul tubuh Elise ini cukup lemah. Apa mereka di tugaskan untuk jagain Elise selama di luar? Perlindungan? Atau justru malah jebakan?"
Elise refleks menatap tajam ke samping kala ia merasa ada pengawasan yang lain. Gadis itu langsung berhenti, meraih jemari Sesie yang berjalan di belakangnya.
Sesie yang di tahan seperti itu tentu saja kebingungan. Ia menatap wajah Putri Elise penuh tanya.
"Putri, apa ada masalah?" tanya Sesie merasa khawatir.
Pasalnya, wajah Elise benar-benar berubah. Seolah ada yang mengintai mereka dari kejauhan.
"Kita pergi dari sini, Sesie. Apa ada tempat aman?" tanya Elise serius.
Sesie awalnya masih bingung. Namun kala Elise mengode dengan matanya untuk menatap orang mencurigakan di sisi depan dan samping mereka. Sesie mulai menyadari sesuatu sekarang.
Mereka—diincar.
"Kesini!" seru Elise.
Ia langsung meraih tangan Sesie dan mengajaknya untuk kabur dari tempat itu.
Wajah Sesie berubah pucat. Apalagi kala ia menengok ke belakang. Orang misterius itu ternyata mengejarnya. Terlebih adalah Elise.
Ia khawatir dengan putrinya. Entah mengapa ia yakin sekali, ini adalah ulah Elana.
"dasar tuan putri jahat! Bisa-bisanya dia memakai cara kotor seperti ini!" geramnya kesal.
"Bukan, ini bukan dia." ucap Elise menimpali. Dengan pandangan yang terus terfokus ke depan sambil berlari.
"Siapa lagi kalo bukan dia, putri? Jelas-jelas yang memusuhi putri cuma dia!" geramnya kesal.
Elise tetap menggeleng, membuat Sesie bingung sekaligus cemas.
Melihat sebuah lubang seperti goa yang cukup jarang di jamah orang. Elise langsung saja membawa Sesie masuk menerobos goa itu serampangan.
Ia langsung beringsut duduk sambil memeluk tubuh Sesie di sampingnya.
"Diam Sesie. Tunggu mereka semua pergi dulu." bisik Elise serius. Dengan pandangan yang fokus menatap gerak-gerik orang yang mengejarnya tadi.
Terlihat orang misterius itu kebingungan mencari keberadaan Elise. Sebelum akhirnya mereka melanjutkan berlari ke depan.
Elise, menghela nafas lega. Sementara Sesie, kini menatap Elise serius.
"Kamu bukan putri yang aku kenal." ucapnya—menatap nanar Elise.
Mendengar ucapan seperti itu tentu saja Elise gelagapan. Apalagi kala melihat tatapan Sesie kini mulai terlihat kesal.
"Ak-aku." Elise seketika bingung.
Sementara Sesie kini justru semakin yakin dengan ucapannya. "Sekarang jawab! Kamu sebenarnya siapa?!"
Elise seketika membeliak lebar kala Sesie berteriak seperti itu. Ia refleks membungkam mulut Seise.
"Jangan berteriak! Mereka nanti dengar!" bisiknya berusaha membungkam mulut Sesie yang meronta minta di lepaskan itu. Jujur, Elise sudah kewalahan sekarang, Sesie benar-benar emosi padanya.
"Emmhhh!!"
Sesie terus saja memberontak. Membuat dahi Elise berkeringat dingin karena takut persembunyian mereka ketahuan.
Dan benar saja. Mereka kembali. Dan kini berlari ke arah goa persembunyian mereka.
"Ada orang di dalam guaa!!" serunya berteriak—me ngode pada yang lainnya.
Elise tak punya pilihan lain sekarang. Mau tak mau, ia harus berduel melawan mereka.
Ia melepas Sesie serampangan. Lalu meraih gaun bawahnya dan merobeknya agar mudah baginya untuk melawan mereka.
"Kamu mau kemana?!" pekik Sesie meringkuk ketakutan.
Elise menoleh menatap Sesie intens. "Yang jelas, bukan untuk mati konyol di tempat ini." ucapnya serius.
Tanpa basa-basi lagi, ia langsung berlari melangkah menuju gerombolan orang berjubah misterius itu. Sementara Sesie hanya bisa meringkuk ketakutan—melihat Elise yang mulai melawan mereka.
"Mau apa kalian?" geram Elise menatap tajam mereka ber-tiga.
Mereka bertiga sejenak tertegun tatkala melihat perubahan sikap Elise yang begitu berbeda dengan yang di ceritakan.
"Apa ini? Mereka bilang Putri Elise sangatlah lemah! Tapi lihatlah tatapannya! Itu seperti tatapan pemburu yang haus akan mangsa!" desis mereka.
Tak punya pilihan lain, mereka harus melawan Elise sekarang.
"Hanya wanita, apa bisanya?" desisnya yakin Elise adalah wanita yang lemah seperti cerita orang-orang.
"Hiyaaa!!!!"
Mereka bertiga langsung berlari untuk menangkap Elise. Namun lihatlah sekarang. Justru mereka lah yang berhasil dipukul mundur.
Dengan tangkas Elise menangkis setiap pukulan mereka. Bahkan ia bisa memukul mundur mereka hanya dalam beberapa kali pukulan.
"Apa ini?!" pekik salah satu dari mereka.
"Kata permaisuri—!"
"Woyy!! Jangan bocorkan apapun bodoh! Kau mau mati?!" pekik yang lainnya, langsung membuat temannya yang hampir membocorkan data itu menutupi mulutnya karena keceplosan.
Sementara Elise kini mengerutkan dahi penuh tanya. "Permaisuri? Apa hubungan Elise dengan permaisuri?" batinnya.
Namun bukan itu sekarang yang harus ia fikirkan. Ada Sesie yang harus ia lindungi. Jika ia tumbang disini, maka habis sudah nyawa Sesie.
Bagaimanapun juga, gadis itu telah mengabdi pada di pemilik tubuh asli dengan tulus. Jika Sesie tidak bisa menerimanya. Setidaknya ia harus mengembalikannya pada orang tua pemilik tubuh asli ini.
"Banyak bacot!! Maju sini!!" teriaknya langsung berlari dan mementalkan tubuhnya hingga melayang ke udara.
Lalu dalam hitungan detik. Ia langsung menghantamkan kakinya ke dada musuhnya hingga mereka terkapar di atas tanah.
BUAKKK!!
Hanya dalam hitungan menit. Mereka bertiga langsung tumbang di tangan Elise.
Merasa mendapat celah untuk kabur. Elise langsung berlari masuk ke dalam gua. Menarik tangan Sesie untuk membawanya kabur dari tempat itu.
Sesie hanya bisa pasrah sekarang. Dalam hatinya penuh tanya. Sebenarnya, siapa yang sedang ia ikuti sekarang. Elise yang asli? Atau Elise jadi-jadian?
Sampai akhirnya kini Elise dan Sesie berhasil kabur dari tempat tadi. Mereka berhenti di tengah hutan dengan nafas yang memburu.
Sesie menatap sekelilingnya ngeri. "Kenapa, kita malah ke hutan?" lirihnya ketakutan. Menatap ranting-ranting besar di atas mereka.
Elise yang masih mengatur nafas pun ikut menoleh ke sekeliling. Ia sedikit terkejut juga. "Ehhh, iya yah? Kok kita malah ke hutan?"
"Kan kamu yang bawa aku kesini!! Gimana sih?!" pekik Sesie setres sendiri.
Elise hanya bisa nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya bingung. "Yaudah, kita cari jalan keluar aja." ucapnya enteng. Mengelap peluh yang turun dari pelipisnya.
"Cari jalan keluar kemana hiks. Kita saja gatau ini arah barat, timur atau utara!" pekik Sesie lagi semakin kesal.
"Hmmm bener juga."
"Kamu gimana sih?! Kok bisa kamu santai begitu! Kalo kaisar tau kita tersesat gimana?!" pekik Sesie kesal.
Elise menatap malas Sesie. "Bisa cerewet juga kamu." ucapnya—sambil beralih duduk bersender di bawah pohon. Menopang kedua tangannya di atas lutut sambil mengatur nafas karena ngos-ngosan.
Sesie benar-benar tercengang dengan perubahan Elise. Ini bukanlah contoh seorang putri. Tapi seperti seseorang yang sudah biasa hidup di pegunungan luar.
"Sekarang jelasin sama aku. Siapa kamu sebenarnya?!" Tanya Sesie serius.
Elise yang masih ngos-ngosan pun mendongak. Melambai ke arah Sesie untuk ikut duduk di sampingnya.
"Apa maksudmu?!" pekiknya kesal.
"Duduk dulu. Biar aku ceritain siapa aku sebenarnya." ucapnya tenang.
Sesie menghela nafas berat. Lalu beralih ikut duduk di samping Elise.
Angin sepoi-sepoi menerpa lembut wajahnya. Bahkan nyaris membuat Sesie mengantuk karena udara yang sejuk di bawah rindangnya pohon.
"Aku ini berasal dari dunia lain. Aku tiba-tiba terlempar ke dunia ini dan berakhir masuk ke dalam tubuh putrimu ini." ucap Elise mulai menjelaskan. Dengan pandangan yang fokus ke depan.
Sesie yang semula memejamkan mata sambil menghirup udara segar pun menoleh. Menatap Elise intens.
"Sudah ku duga. perubahan mu benar-benar mencolok tau. Awalnya aku curiga, ini Putri Elise atau orang lain? Tapi aku masih denial dan lebih memilih untuk yakin kalo Putri Elise hanya sadar Elios tidak seindah itu untuk di kejar." jawab Sesie tenang.
Elise menoleh, menatap Sesie intens. "jadi dari awal kamu memang udah curiga?" tanyanya.
Seise mengangguk. Dengan pandangan yang masih terfokus ke depan. "Iya, dan rupanya benar dong." jawabnya.
Refleks ia menoleh, menghadap ke arah Elise. Membuat Elise mengerjab bingung dengan sikap Sesie yang tiba-tiba menghadap ke arahnya seperti itu.
"Kenapa?"
"Nama kamu siapa? Dan darimana dunia aslimu berasal? Aku sedikit tau tentang perpindahan raga. Namun disini, sangat dilarang untuk mempelajari ilmu-ilmu seperti itu." ucap Sesie kini mulai kepo.
Elise merapatkan bibir sambil berfikir sejenak. "Namaku Athaya. Kalo yang kamu maksud perpindahan raga mungkin masuk akal juga. Posisinya waktu itu aku lagi di kejar sama mahluk misterius. Ya sama kaya mereka tadi yang berjubah. Hitam legam, wajah tertutup sempurna. Benar-benar mirip. Trus aku kaya masuk portal gitu. Dan berakhir di tubuh putri kamu." jelasnya panjang lebar.
Sesie merunduk sambil berfikir sejenak. "Portal? Perpindahan raga? Jangan bilang magis seperti itu masih ada di dunia ini?" ucapnya penuh tanya. Menyenderkan kepalanya ke pohon sambil mendongak menatap awan.
"Magis?"
"Yah, dulu nenek moyang kami banyak yang menguasai ilmu magis. Namun karena suatu insiden dentuman besar yang terjadi pada jaman dulu. Hampir seluruh penguasa ilmu magis menghilang serentak. Menyisakan anak-anak kecil yang sama sekali belum menguasai ilmu itu. Konon katanya, ada satu sistem di dunia ini yang sampe sekarang masih jadi incaran para petinggi dunia." ucap Sesie lagi.
Dahi Elise mengerut serius. "ssshhh, misterius juga yah dunia ini. Aku jadi penasaran sistem apa yang dimaksud itu." ucapnya.
Sesie yang semula mendongak menatap langit pun menoleh. "kamu gabakal nemuin."
"lho, kenapa? kalo aku nemu gimana?"
"Sistem itu udah musnah 300 tahun yang lalu."
Satu alis Elise terangkat. "Kamu yakin?"
Sesie mengangguk sambil menatap awan. "Kata ayahku, siapapun yang mencari sistem itu pasti tidak akan pernah kembali hidup-hidup. Jadi para kaisar di seluruh penjuru benua ini, menegaskan untuk dilarang menyebut tentang sistem di dunia ini."
"Meski hanya bilang sistem doang?" tanyanya.
Sesie mengangguk. "Betul, bahkan banyak sudah yang dieksekusi hanya karena nanya tentang itu."
Elise bergidik ngeri mendengarnya. "Hiii kok sampe segitunya yah?"
"Entahlah, dunia ini memang misterius." jawabnya.
"Tapi bukannya—"
"HOYYY!!! SIAPA DISANA?!"