NovelToon NovelToon
Aku Yang Diabaikan

Aku Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mami Al

Keputusan gegabah membuat Sekar harus menderita, suami yang ia terima pinangannya 5 tahun lalu ternyata tak membawanya ke dalam kebahagiaan. Sekar harus hidup bersama ibu mertua dan kedua iparnya yang hanya menganggapnya sebagai pembantu.

Sekar yang merasa terabaikan akhirnya memilih kabur dan menggugat suaminya. Bagaimana kisah selanjutnya?

Ikuti ceritanya setiap episode. Aku mohon jangan di lompat. Terima kasih 🙏🏼

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian Ketujuh

Sekar pun tiba di rumah, ia lalu menyajikannya sarapan yang dibeli kepada suaminya.

"Kenapa lama sekali?" tanya Reno sembari memasukkan makanan ke dalam mulut.

"Banyak pembeli. Ikan pesanan Mas Reno harus menunggu di goreng lagi karena tadi sempat habis," jawab Sekar menjelaskan.

"Tapi, kenapa kamu tidak membela Lulu saat ditegur Bu Lilis?" tanya Lastri yang sedari tadi di dekat Reno.

"Apa yang harus aku bela, Bu?" Sekar balik bertanya.

"Ya, kamu bilang kalau Lulu cuma di suruh Ibu menjemputmu!" kata Lastri.

"Aku enggak sempat mengucapkan kata-kata itu dan Lulu keburu pergi!" ucap Sekar beralasan.

"Kamu jangan buat Lulu dipermalukan di depan orang-orang!" kata Lastri menuduh.

"Aku cuma diam saja, tiba-tiba Lulu datang marah-marah," ujar Sekar.

"Tapi, Ibu enggak senang mereka memperlakukan Lulu begini!" kata Lastri.

"Kalau begitu, Ibu labrak saja Bu Lilis!" usul Sekar. Ia yakin mertuanya takkan berani melawan tetangganya itu.

"Nanti Ibu akan beritahu Bu Lilis biar tak sembarangan menegur anak orang lain!" kata Lastri kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"Kita lihat saja, apakah dia berani melawan Bu Lilis?" batin Sekar. Ia lalu menarik ujung bibirnya.

"Mau ke mana, Bu?" tanya Lala.

"Mau ke rumah Bu Lilis!" jawab Bu Lastri.

"Memangnya Ibu berani?" tanya Lala lagi.

"Beranilah. Memangnya dia siapa?" Lastri menunjukkan arogannya.

"Bu, adiknya polisi. Kakak iparnya hakim, suaminya kerja di kantor camat, anaknya jaksa. Apa Ibu yakin?" tanya Reno.

"Ibu enggak takut, Reno. Ini masalah harga diri!" jawab Lastri menggebu.

"Jangan cari masalah dengan Bu Lilis, Bu!" kata Reno mengingatkan.

"Ibu cuma mau memberitahunya!" Lastri kemudian berlalu.

"Mas, bagaimana ini?" Sekar tampak khawatir.

"Ini semua gara-gara kamu. Coba saja enggak lama, pasti Lulu tak mau menyusul kamu ke tempat Pak Karman!" kata Reno menuduh istrinya adalah biang kerok dari permasalahan keluarganya pagi ini.

"Kenapa jadi menyalahkan aku? Mas Reno saja yang enggak sabar menunggu. Coba dari kemarin malam Mas Reno kasih uang beli beras, pasti aku sudah masak sarapan," ucap Sekar kemudian berlalu.

Sekar yang sangat kesal dituding penyebab ibunya marah-marah dengan Bu Lilis, memilih pergi ke warung sembako buat membeli beras dan ayam pesanan sang ibu mertua.

"Tumben beli ayam, Sekar?" tanya Bu Dian, sembari menimbang daging ayam.

"Ibu yang suruh, Bu." Jawab Sekar sambil memilih cabai merah dan bawang merah lalu memasukkannya ke dalam plastik.

"Tapi, kenapa cuma sedikit?" tanya Bu Dian lagi.

"Hanya untuk Lala saja," jawab Sekar lagi.

"Pelit sekali suami kamu, ayam gorengnya cuma untuk adiknya saja," kata Bu Dian.

"Ya, mau bagaimana lagi, Bu? Beginilah kalau tinggal bersama mertua, keuangan selalu diatur!" Sekar akhirnya tanpa sadar mengungkapkan keluh kesahnya kepada tetangganya.

"Tapi, tidak semua mertua begitu. Ada yang tinggal dengan mertuanya, hidupnya baik-baik saja. Menantunya malah bahagia," ujar Bu Dian.

"Mungkin mertua saya sedikit berbeda, Bu!" kata Sekar sembari tersenyum.

Selepas berbelanja, Sekar kembali ke rumah dan suaminya sudah berangkat kerja. Ia mulai memasak makanan buat mertua dan kedua iparnya.

"Kak Sekar, pakaian aku yang kemarin sudah disetrika?" Lulu menghampiri Sekar yang sedang memasak ayam goreng.

"Sebentar lagi nanti aku setrika!" kata Sekar seraya membalikkan potongan ayam dalam penggorengan.

"Buruan, Kak!" desak Lulu.

"Kamu lihat 'kan, aku lagi menggoreng. Bagaimana kalau nanti gosong?" kata Sekar lagi.

"Ya sudah, buruan!!" ucap Lulu kemudian berlalu.

Sekar telah selesai masak, ia meletakkan nasi dan lauk di atas meja makan. Arya yang sudah bangun, mencium aroma ayam goreng tanpa sepengetahuan Sekar lantas mengambilnya dan memakannya.

"Arya!!" bentak Lastri.

Arya yang lagi menikmati potongan paha ayam terkejut dan menoleh ke arah neneknya.

"Siapa yang menyuruhmu makan ayam goreng itu?" tanya Lastri dengan lantang.

Sekar yang mendengar suara Lastri marah-marah lantas buru-buru menghampiri, ia melihat putranya diomelin wanita paruh baya itu.

"Sekar, kenapa kamu memberikan Arya ayam gorengnya Lala?" Lastri tampak begitu marah.

"Aku enggak memberinya, Bu!" kata Sekar membantah tudingan ibu mertuanya.

"Terus kenapa dia bisa makan ayam goreng?" Lastri begitu marah.

"Aku juga enggak tahu, Bu!" kata Sekar menjelaskan.

"Kamu harus mengganti ayam goreng yang sudah dimakan Arya!" ucap Lastri secara tegas.

"Nanti aku ganti kalau Mas Reno gajian!" janji Sekar.

"Awas saja kalau kamu tidak bayar!!" Lastri menunjuk wajah menantunya dengan jemari telunjuknya.

Sekar hanya diam, ia memeluk putranya agar tidak ketakutan dan menangis.

"Ajarkan anakmu untuk tidak mencuri!!" kata Lastri dengan kesal, ia kemudian berlalu.

Sekar melepaskan pelukan putranya, ia menatap wajah bocah laki-laki itu dan mengecup keningnya. Air mata Sekar perlahan menetes, hatinya begitu terluka kala melihat putranya dimarahi hanya karena lapar. Bukan orang lain yang melakukannya tetapi keluarga dari ayah kandung anaknya.

"Ibu, nenek marah padaku!" kata Arya dengan sendu.

"Arya, kamu enggak boleh mengambil sesuatu tanpa seizin yang punya!" nasihat Sekar lembut.

"Aku lapar, Bu. Aku mau ayam goreng juga, aku lihat teman-temanku begitu senang makan ayam goreng!" kata Arya.

"Ibu 'kan pernah bilang kalau ada uang, kita bisa makan ayam goreng!" ujar Sekar.

"Tapi, kapan, Bu?" tanya Arya.

Sekar tidak dapat menjawab.

"Nenek pelit sekali, aku cuma minta sedikit saja tidak diberikannya!" oceh Arya.

"Lain kali jangan lakukan itu, ya!" Sekar kembali menasehati putranya dengan lembut.

Arya mengangguk mengiyakan, ia kembali menyantap ayam gorengnya.

-

Malam harinya menjelang tidur, Sekar berkata kepada suaminya. "Mas, nanti gajian tolong lebihkan uang belanjanya!"

"Enggak bisa, Sekar!" Reno menolak permintaan istrinya.

"Kenapa, Mas?" tanya Sekar.

"Karena memang segitu gajiku. Kalau aku nambah uang belanja, lalu bagaimana dengan pegangan aku selama sebulan?" Reno balik bertanya.

"Uang bulanan kamu itu enggak cukup, Mas. Kepalaku pusing harus membagi-baginya!" kata Sekar mengeluarkan keluh kesahnya.

"Kamu saja yang enggak pintar mengatur keuangan!" tukas Reno.

"Mas, bukannya aku enggak pintar. Tetapi, memang kenyataannya uang belanja bulanan pemberianmu enggak pernah cukup!" kata Sekar.

"Lalu aku harus apa?" tanya Reno.

"Aku pun juga tak tahu," jawab Sekar.

"Sudahlah, terima saja uang segitu. Lagian kamu tahu 'kan kebutuhan aku dijalan juga besar!" Reno beralasan.

"Iya, aku tahu. Tapi, aku sangat kecewa dengan ibumu dan adik-adikmu!" kata Sekar.

"Memangnya kenapa dengan mereka?" tanya Reno.

"Aku enggak suka saja ibu memarahi Arya karena makan ayam gorengnya Lala," jawab Sekar.

"Sudah tahu punya Lala, kenapa malah dimakan?" tanya Reno.

"Arya kepengen ayam goreng, Mas. Kasihan aku lihat dia yang selalu merengek minta ayam goreng," jawab Sekar. "Apalagi lihatin ibu, Lala, Lulu, lagi makan!" lanjutnya

"Seharusnya kamu jadi ibu pintar mendidik anakmu. Ajarkan dia untuk selalu sabar dan tak tergoda dengan harta orang lain!" kata Reno menasehati.

"Kalau begitu, penuhi kebutuhan kami agar mata dan lidah kami tidak iri dengan orang lain!" balas Sekar menyinggung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!