Dijodohkan? Kedengarannya kayak cerita jaman kerajaan dulu. Di tahun yang sudah berbeda ini, masih ada aja orang tua yang mikir jodoh-jodohan itu ide bagus? Bener-bener di luar nalar, apalagi buat dua orang yang bahkan gak saling kenal kayak El dan Alvyna.
Elvario Kael Reynard — cowok paling terkenal di SMA Bintara. Badboy, stylish, dan punya pesona yang bikin cewek-cewek sampai bikin fanbase gak resmi. Tapi hidupnya yang bebas dan santai itu langsung kejungkal waktu orang tuanya nge-drop bomb: dia harus menikah sama cewek pilihan mereka.
Dan cewek itu adalah Alvyna Rae Damaris — siswi cuek yang lebih suka diem di pojokan kelas sambil dengerin musik dari pada ngurusin drama sekolah. Meskipun dingin dan kelihatan jutek, bukan berarti Alvyna gak punya penggemar. Banyak juga cowok yang berani nembak dia, tapi jawabannya? Dingin banget.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Mau Putus
Ting ...
Tong ...
Ting ...
Tong ...
Tidak sampai dua menit setelah Alvyna memencet bel, pintu di depannya langsung terbuka, menampilkan seorang pria berambut pirang yang tampak kesal.
"Lama banget sih!" ucap pria itu, nadanya ketus. Tanpa basa-basi, ia menarik tangan Alvyna, membawanya masuk ke dalam.
Alvyna tidak memberi respons. Wajahnya tetap datar, tetapi ia mengikuti langkah pria itu hingga mereka tiba di sofa dan duduk bersama di sana.
"Dari mana aja? Jam segini baru sampai!" kata pria itu lagi, kali ini dengan nada yang terdengar lebih lesu sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Alvyna.
"Kan gue udah bilang tadi sekolah dulu," jawab Alvyna pelan, sesekali melirik ke arah pria yang kini duduk di sampingnya.
Sagara pria yang pagi tadi memintanya datang ke apartemen ini adalah pacarnya. Alvyna memang belum sempat bertemu dengannya selama lebih dari seminggu.
Namun, apa yang terjadi sebelumnya? Sebelum sampai di apartemen ini, Alvyna memastikan suaminya El, sudah tertidur. Dengan hati-hati, ia memindahkan tubuh suaminya ke atas kasur sebelum bergegas membersihkan diri di kamar mandi.
Apakah ia berpamitan? Ya, Alvyna sempat berbisik di telinga El mengatakan bahwa ia akan keluar sebentar. Meskipun El tidak mendengar, Alvyna merasa itu sudah cukup.
"Kamu masih marah sama aku?" tanya Stevan, mengangkat kepalanya dan menatap Alvyna. Nada suaranya berubah sedikit lebih lembut.
"Pikir aja sendiri," balas Alvyna dingin.
"Aku sama Ly...."
"Gak usah sebut namanya di depan gue!" potong Alvyna cepat, sebelum Sagara menyelesaikan kalimatnya.
Sagara menghela napas. "Aku gak ada apa-apa sama dia Alvyna. Beneran kemarin aku cuma nganterin dia ke toko buku karena mobilnya lagi di bengkel. Aku...."
"Cuma? Lo bilang cuma? Dia sampai peluk-peluk Lo dan itu cuma? Kamu pernah mikir gak gimana perasaan gue?" potong Alvyna lagi, kini suaranya terdengar penuh emosi. "Kalau posisinya dibalik, lo terima aja kalau gue jalan sama cowok lain? Jangan terus-terusan nyalahin gue yang gampang marah! Gue gak bakal marah kalau lo gak bikin gue kecewa duluan!"
"Sayang, aku...."
"Terserah! Sepertinya dia lebih penting dari pada gue," potong Alvyna lagi, kini suaranya semakin dingin. "Kalau memang begitu kita sudahi saja hubungan ini."
Mata Sagara membelalak. "Apa-apaan kamu ngomong begitu? Hanya gara-gara masalah kecil, kamu mau putus? Gak, aku gak bakal mau!"
Alvyna menoleh, tatapan matanya tajam. "Masalah kecil? Lo selalu anggap semuanya sepele, Sagara! Dan ini bukan pertama kalinya lo bikin gue kecewa. Gue udah muak. Lo pikir kesabaran gue gak ada batasnya?"
Sagara hanya bisa menatap Alvyna yang mulai menangis pelan. Namun, perdebatan mereka terhenti di situ.
Di tempat lain, El suami Alvyna terbangun dari tidurnya. Ia melirik ke sekeliling kamar, mencari keberadaan Alvyna, tetapi tidak menemukannya.
"Ke mana sih dia?" gumam El, sambil melangkah ke kamar mandi. Setelah sekitar 15 menit, El keluar dengan handuk melilit tubuh atletisnya. Rambutnya masih basah, dan perut sixpack nya terlihat jelas.
Tidak ada Alvyna di sana. El pun masuk ke walk-in closet untuk mengganti pakaian. Saat kembali, ia melihat ponselnya berbunyi.
Darian : Ke Lovi Cafe El. Banyak cewek cakep-cakep lewat cuci mata bro.
El : Sharelock.
Setelah membalas pesan itu, El bersiap-siap untuk pergi. Ia melirik ke luar dan melihat motornya masih ada, tetapi motor Alvyna sudah tidak ada.
"Berani banget pergi tanpa pamit!" gumamnya kesal. El mengambil kunci mobil dan melajukan kendaraan ke jalan raya, sementara pikirannya masih dipenuhi oleh keberadaan istrinya yang tak kunjung kembali.