NovelToon NovelToon
Jodohku Tetanggaku

Jodohku Tetanggaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Ayudia Larasati, gadis cantik yang sudah berkali - kali gagal mendapatkan pekerjaan itu, memilih pindah ke desa tempat kelahiran ibunya setelah mendapatkan kabar kalau di sana sedang ada banyak lowongan pekerjaan dengan posisi yang lumayan.
Selain itu, alasan lain kepindahannya adalah karena ingin menghindari mantan kekasihnya yang toxic dan playing victim.
Di sana, ia bertemu dengan seorang pria yang delapan tahun lebih tua darinya bernama Dimas Aryaseno. Pria tampan yang terkenal sebagai pangeran desa. Parasnya memang tampan, namun ia adalah orang yang cukup dingin dan pendiam pada lawan jenis, hingga di kira ia adalah pria 'belok'.
Rumah nenek Laras yang bersebelahan dengan rumah Dimas, membuat mereka cukup sering berinteraksi hingga hubungan mereka pun semakin dekat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Baper berkelanjutan

Laras memegang erat baju Dimas yang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

Sayangnya, Dimas tetap tak dapat membawa Laras sampai di rumah sebelum hujan turun. Tapi, setidaknya, ia bisa membawa Laras sampai di kecamatan tepas saat rintik hujan mulai berjatuhan.

Dimas segera membelokkan motornya ke toko miliknya yang ada di kecamatan. Untungnya, mereka sampai di toko sebelum hujan lebat turun yang disertai dengan petir dan angin kencang.

"Cepet masuk." Titah Dimas saat melihat Laras masih menunggunya memarkirkan motor.

"E-eh, i-iya mas." Kata Laras yang tergagap.

Gadis ayu itu segera masuk kedalam toko.

"Eh, loh, mbaknya sendirian?" Tanya kasir toko ATK yang mengenali Laras, terutama jaket yang di pakai Laras.

"Enggak, itu mas Dimas lagi naro motor." Jawab Laras.

"Oh, duduk dulu, mbak." Ujar si penjaga kasir.

"Iya, terima kasih." Jawab Laras yang kemudian duduk di kursi tempat customer biasa menunggu.

Tak lama kemudian, Dimas menyusul masuk dengan baju yang nampak basah di bagian depan.

Kedatangan mereka berdua pun di sambut oleh godaan dari karyawan Dimas yang sedang bekerja. Kebanyakan karyawan Dimas adalah laki - laki. Hanya ada dua orang perempuan yang bekerja di sana sebagai kasir toko dan kasir percetakan.

"Basah gak, Ay?" Tanya Dimas yang langsung menghampiri Laras begitu masuk lewat pintu belakang.

"Enggak, mas. Cuma jaket mas yang sedikit basah kena gerimis." Jawab Laras.

"Bar kencan to, bos? (Habis kencan ya, bos?)" Celetuk salah seorang karyawan Dimas dari pintu yang menghubungkan toko ATK dengan percetakan.

"Iyolah, piye sih kowe kok ijek di takok i. (Iyalah, gimana sih kamu kok masih di tanya.)" Sahut rekannya sambil terkekeh.

Dimas hanya bisa geleng - geleng kepala menanggapi tingkah karyawannya.

"Ayo ikut." Kata Dimas yang mengajak Laras mengikutinya.

"Enggak tunggu hujan reda di sini aja, mas?" Tanya Laras yang sungkan.

"Ikut aja, kamu bisa istirahat di atas." Jawab Dimas yang menunggu Laras di tangga.

"Yaudah deh." Pasrah Laras yang kemudian mengikuti Dimas menaiki anak tangga.

"Ciyee, mas bos ra gelem di rusuhi. (mas bos gak mau di ganggu)" Goda karyawan Dimas.

"Uhuy!!"

"Ojo ngasi lolos pokok e bos. Dewe wes siap nompo bos wedok! (Jangan sampai lolos pokoknya bos. Kita sudah siap menerima bos perempuan!)"

"Siap lembur gawe undangane bos! (Siap lembur buat undangannya bos!)" Goda mereka yang bersahut - sahutan.

"Gak usah di dengerin, Ay. Mereka emang jahil." Kata Dimas.

Dimas membawa Laras ke ruangannya yang ternyata cukup besar, rapi dan nyaman. Bukan hanya sekedar ruang kerja, disana juga ada sebuah sofa yang biasa menjadi tempat Dimas beristirahat.

Pria itu lalu beralih menuju ke lemari yang ternyata berisi beberapa pakaian, handuk dan alat mandi miliknya. Ia mengambil hanger dan memberikannya pada Laras.

"Lepas jaketnya." Kata Dimas.

"Makasih ya mas." Jawab Laras sambil melepas jaket yang ia pakai dan menggantungnya di hanger.

"Mas sering nginap di sini? Kok lengkap banget, sampe ada lemari baju." Kata Laras yang memindai ruangan Dimas.

"Kadang - kadang." Jawab Dimas.

"Disini sendirian berani?" Tanya Dimas kemudian.

"Mas memangnya mau kemana?"

"Ganti, sekalian lihat kerjaan anak - anak." Jawab Dimas sambil menunjukkan kaos yang ia bawa.

"Jangan lama - lama ya, mas. Aku gak seberani itu." Kata Laras yang sebenarnya cukup penakut. Apa lagi di tempat baru seperti ini.

Dimas hanya mengangguk untuk menjawab permintaan Laras. Pria itu lalu menutup pintu ruangannya sebelum meninggalkan Laras.

Laras pun merebahkan diri di sofa sembari memainkan ponselnya.

"Aduh, enaknya. Akhirnya, pinggangnya bisa lurus juga." Lirih Laras.

Ia tampak asyik memainkan ponselnya sesaat. Hawa sejuk yang menemani, membuat matanya semakin terasa berat. Hingga akhirnya membuat Laras ketiduran di ruangan Dimas.

Dimas sedikit terkejut saat melihat laras tidur di sofa. Ia kemudian mengambil selimut dan menyelimuti Laras yang nampak nyenyak.

Pria tampan itu tersenyum memandangi wajah damai Laras saat tidur seperti ini. Sepertinya gadis itu sudah mulai merasa nyaman saat berada di dekatnya.

Hal itu di tandai dengan Laras yang semakin banyak berceloteh dan bercerita mengenai ini dan itu.

Dimas kemudian duduk di balik meja kerja sambil mengerjakan proyek visualisasi perumahan yang harus segera ia selesaikan.

Laras terbangun dengan sedikit kaget karena tubuhnya sudah berbalut selimut. Ia mengedarkan pandang, tapi tak menemukan Dimas di ruangan itu.

"Astaghfirullah, ketiduran. Aduh pasti mas Dimas deh ini yang nyelimutin. Eh, aku ngorok gak ya tidurnya?" Batin Laras yang langsung mengusap wajahnya. Memastikan tak ada jejak iler dan belek.

"Ay." Suara bariton Dimas membuat Laras terperanjat.

"Ya Allah, mas ngagetin aja! Mas dari mana? Kok gak bangunin aku? Malah di selimutin, kan jadi makin nyaman tidurnya." Cicit Laras sambil melipat selimut yang baru ia kenakan.

"Sholat magrib." Jawab Dimas.

"Udah magrib? Aku juga mau sholat, mas. Ada mukena gak di sini? Aku gak bawa mukena." Tanya Laras.

"Ada di bawah. Ayo." Dimas meraih tabnya, lalu mengantar Laras ke bawah untuk sholat.

"Loh, udah tutup tokonya, gak buka sampe malem to, mas?" Tanya Laras yang melihat toko sudah tertutup rapat.

"Sampai jam lima." Jawab Dimas.

"Kita cuma berdua ini?" Tanya Laras lagi.

"Kenapa?" Dimas balik bertanya sambil menatap ke arah Laras.

"M-mas jangan macem - macem, ya!" Kata Laras.

"Ngawur! Kalo aku mau, kamu udah gak pake baju bangun tidur tadi. Itu ada anak - anak lembur di sebelah." Sahut Dimas sambil menyentil dahi Laras.

"Ih, sakit tau mas! Kalo aku geger otak gimana coba!" Protes Laras yang bibirnya mengerucut.

"Cepet wudhu." Titah Dimas.

"Mas tapi jangan kemana - mana. Tungguin aku sholat." Pinta Laras.

"Gak takut aku apa - apain?" Goda Dimas yang tersenyum tipis.

"Mas Dimas apaan sih!" Kesal Laras yang manyun lagi.

"Aku di situ." Dimas menunjuk kursi yang biasa di gunakan karyawan toko duduk - duduk jika toko sedang sepi.

Dimas mengusap kepala belakang Laras sebelum meninggalkannya kemudian duduk di kursi yang tadi ia tunjuk.

"Sumpah ya, om - om ini. Sempet - sepetnya bikin baper! Bisa mati kebaperan aku lama - lama. Emang dia gak tau, kalo di usap kepalanya gitu, bisa bikin cewek baper? Gak tau, atau jangan - jangan malah udah pro?" Batin Laras menggerutu, hingga membuatnya mematung di depan kamar mandi.

"Ay!" Tegur Dimas yang melihat Laras malah mematung.

"Eh, iya." Jawab Laras yang langsung masuk ke kamar mandi.

"Mas, ayo." Ajak Laras yang menghampiri Dimas setelah menyelesaikan sholat.

"Kemana?" Tanya Dimas yang masih fokus menatap layar tabletnya.

"Mas emang gak mau pulang?" Tanya Laras.

"Enggak." Jawab Dimas.

"Mas ini, jangan gitu loh! Besok aku gak mau lagi minta anter mas Dimas, gak mau lagi nebeng mas Dimas." Ancam Laras.

"Yaudah." Jawab Dimas santai.

"Sumpah ya, orang satu ini! Aku minta jemput Hilman aja kalo gitu." Geram Laras sembari berbalik hendak meninggalkan Dimas.

Dengan cepat, Dimas menahan tangan Laras dan menariknya, hingga Laras terduduk di sebelahnya.

Laras yang terkejut, terdiam sesaat. Otaknya tiba - tiba lemot. Entah karena benar - benar terkejut, atau efek kebaperan. Saat tersadar dan hendak mengomel, Dimas tiba - tiba bersuara.

"Sabar, Ay. Aku selesain ini sebentar lagi, sambil nunggu pesenan makanan." Ujar Dimas dengan lembut.

"Yaudah, lepasin kalo gitu." Kata Laras sambil mengangkat tangannya.

"Mengko kowe mlayu. (Nanti kamu lari)" Sahut Dimas.

"Kalo mau ngebujuk tuh minimal dilihat gitu, orang yang lagi di bujuk." Ledek Laras dengan nada ketus.

"Gini?" Tanya Dimas yang menarik wajah Laras ke arahnya.

Pria itu menatap teduh ke arah Laras. Laras pun terpaku pada manik mata kecoklatan milik pria tampan di hadapannya.

Tatapan Dimas, seolah mengunci pandangan Laras, hingga sulit untuk mengalihkannya walaupun otaknya terus mendorongnya untuk segera memalingkan wajah.

1
Nur Wakidah
aku sg moco melu kesemsem karo guya guyu dewe ☺️☺️☺️
Sari Nande16
q seng Moco Yo kesem sem 🤣🤣
Yulay Yuli
selalu kesemsem dengan perlakuan Dimas, berasa aku yg digituin 😅😀
Dewi kunti
ojo sue2 ay mengko Ndak gur njagani jodoh nya org,sat set ngunu lho
Sari Nande16
uluh2 mas Dimas 🥰🥰
Yulay Yuli
mauuuu..... mau.... 😘😁
Yulay Yuli
lemes ya dipanggil sayang sama Ay 😂😂😂
ayu rahma
ahh dimass so sweeett,, 🥰🥰
Bungatiem
ih gemes
Yulay Yuli
udh buruan halalin thour
Dewi kunti
biasanya tambah LG up nya
Bungatiem
double upda ya Thor
Irma Minul
luar biasa 👍👍👍
Bungatiem
Thor ko novel rahasia pasangku ga pernah update?? padahal bagus juga lo cerita nya 😞
Faqisa Sakila
Dri cinta ugal2an pak kades sama crita ini jd novel favorit bnget ,,
update trus y kk..
sk bngt ma critany
Dewi kunti
ra usah cemburu
Dedes
makane gek endang dicencang mas 😂
Nur Wakidah
nah mas Dim , , , Hadooohhh kan kedisek an Gus Farid 🤣🤣🤣
Nur Wakidah
mas Dimas isok misoh yoan 🤣🤣🤣
Nur Wakidah
awas ketikung MAS DIM , , , 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!