NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:310
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Apa dia pacarmu?

"Dania, udah enakan nak?" tanya ibunya yang melihat Dania turun dari tangga. "Udah kok Ma," ujar gadis itu dengan seutas senyum.

"Papa dimana, Ma?" tanya Dania sambil melihat sekeliling, pasalnya ia tidak menemukan ayahnya yang biasa duduk dan minum kopi di sofa.

"Papa udah berangkat keluar kota tadi malam, sayang. Kamu udah tidur, Papa gak tega bangunin kamu." jelas ibunya membuat Dania terkejut.

"Papa keluar kota? Karena pekerjaan ya Ma?" Dania sedikit kecewa karena ia tidak tahu bahwa ayahnya pergi ke luar kota. Tidak ada yang memberi tahu sebelumnya, tiba-tiba saja ayahnya pergi.

"Iya sayang, ada meeting dadakan yang harus dihadiri oleh Papa mu. Papa gak lama kok di sana, lusa udah pulang." jelas ibunya.

Dania mengangguk perlahan lalu duduk bersama ibunya yang sedang menikmati teh hangat. Hari minggu pagi membuat Dania sedikit lebih rileks karena bisa istirahat sejenak dari kegiatan sekolahnya.

"Masih pusing, nak?" tanya ibunya masih sedikit khawatir. "Enggak kok Ma, udah bener bener enakan hari ini." ujar Dania dengan senyum manisnya.

"Alhamdulillah, jangan terlalu kecapekan lagi sayang. Kamu kan tahu, kamu gak bisa kecapekan." ibunya lagi-lagi mengkhawatirkan Dania.

Dania hanya tersenyum dan mengangguk, yang diketahui oleh ibunya hanya tentang ia yang pusing karena kelelahan. Sebenarnya Dania menyembunyikan rasa pusing yang datang dan hilang secara tiba-tiba, tanpa adanya kegiatan yang melelahkan.

Dania menikmati momen bersama ibunya, pemandangan taman rumahnya terlihat jelas dari jendela yang transparan diiringi dengan perbincangan ringan.

"Aku keluar sebentar ya, Ma?" izin Dania di sela-sela perbincangan.

"Mau kemana, sayang?" tanya ibunya lembut. "Cuma jalan-jalan pagi aja, Ma." jelas Dania.

"Ya sudah, hati-hati ya."

Setelah berpamitan dengan ibunya, Dania melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya. Ia berjalan-jalan santai, menikmati suasana pagi.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Alden duduk sendirian di sebuah bangku taman. Hari ini ia tidak berjualan karena luka di wajahnya. Alden mengatupkan kedua tangannya di atas lututnya, seolah sedang memikirkan sesuatu.

Tiba-tiba saja, ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Alden refleks langsung menoleh dan mendapati seseorang yang terkejut melihat dirinya.

"Ya ampun Alden! Kenapa wajahmu lebam-lebam gitu?"

Niat hati ingin mengagetkan Alden, tapi justru Dania sendiri yang terkejut melihat wajah pemuda yang duduk sendirian itu.

Bagaimana tidak, Dania yang tidak tahu tentang kejadian kemarin siang langsung syok melihat wajah Alden yang penuh luka lebam. Dania merasa ngilu melihat wajah Alden yang seperti itu.

"Hahaha, biasalah karena berantem." Pemuda itu hanya tertawa santai, seolah luka di wajahnya tidak ada apa-apanya.

"Berantem? Emang cowok kalo menyelesaikan masalah harus bertengkar ya?" ujar Dania heran dan duduk di sebelah Alden.

"Enggak juga sih." jawab Alden santai sambil memandang langit.

"Terus kenapa berantem?" tanya Dania yang menaikkan sebelah alisnya, merasa bingung dan tidak mengerti dengan pemuda di sebelahnya itu.

"Ya, karena membela diri," ujar Alden lagi-lagi membuat teka-teki, membuat gadis itu semakin bingung. "Tunggu, maksudnya gimana?"

Alden terdiam, ia ragu-ragu untuk bercerita. Pasalnya pemuda yang menyerangnya kemarin membawa nama Dania. Mungkin saja pemuda itu ada hubungan dengan Dania, setidaknya itulah yang ia pikirkan saat ini.

"Alden, kok kamu diam?" ujar Dania yang semakin heran melihat respon Alden.

"Ah, gapapa kok." ujar Alden santai dan terbangun dari lamunannya. "Gapapa gimana? Ini wajah kamu bikin ngilu tau gak?"

Alden hanya terkekeh kecil, ia tidak pernah mendapati perhatian seperti itu dari orang lain. Dulu, Alden diperlakukan tidak adil oleh orang-orang tapi Dania memperlakukannya berbeda.

"Kok ketawa sih Alden." kesal Dania melihat respon Alden yang di luar dugaannya. "Enggak kok, gapapa." ujar Alden singkat.

"Ya udah deh," balas Dania singkat sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Mereka hening untuk sesaat, keduanya terlarut dalam pikirannya masing-masing.

"Kamu beneran ingin tahu, Dania?" tanya Alden tiba-tiba di sela-sela keheningan.

Dania menoleh, merasa heran dengan reaksi Alden yang berbeda-beda. Tapi ia kemudian tersenyum, "Kalo belum mau cerita gapapa kok. Aku mengerti."

"Aku rasa aku harus berbagi cerita ini denganmu, Dania. Soal ini aku gak bisa pendam sendiri." ujar Alden yang memantapkan dirinya untuk bercerita.

Dania hanya memandang Alden dengan ekspresi serius, tidak mengatakan apa-apa sampai pemuda di depannya itu akhirnya berbicara.

"Kemarin aku tiba-tiba di serang sama cowok SMA. Kayaknya dari sekolah kamu." jelas Alden, ia mengingat jelas seragam sekolah pemuda itu senada seperti seragam sekolah Dania saat kali pertama mereka bertemu.

"Apa? Diserang tiba-tiba, kok bisa?" Dania terkejut ia tidak percaya apa yang baru saja ia dengar.

"Iya, aku juga gak tau maksudnya apa." ujar Alden dengan anggukan singkat. "Tapi kayaknya dia itu cemburu deh."

Alden berbicara dengan nada santai, tapi berhasil membuat Dania mendelik. Antara kaget dan tidak percaya, tapi yang Dania dengar dari mulut Alden terdengar sangat jelas.

"Cemburu?" ulang Dania diangguki singkat oleh Alden.

"Dia bilang aku harus jauhi kamu." Alden mengambil jeda dan mengambil nafas dalam-dalam. "Apa dia pacar kamu?"

"Hah? Pacar?" Dania terkejut dengan perkataan Alden tentang pacar. Ia menaikkan alisnya dan ia sendiri pun tidak tahu siapa pemuda yang dimaksudkan oleh temannya itu.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Dania tiba di rumah nya, ia masih memikirkan tentang pemuda yang dimaksud oleh Alden. Ia masih menebak-nebak siapa orang yang menyerang temannya itu.

Alden sendiri tidak menjelaskan ciri-cirinya, membuat Dania sulit untuk menerka siapa dan apa motifnya.

Walaupun Alden sudah mengatakan bahwa kemungkinan pemuda itu cemburu, tapi Dania belum bisa mengklaim langsung alasan itu.

Hanya karena cemburu membuat seseorang begitu kejam dengan orang lain? Itu mustahil bagi pemikiran Dania.

Tapi, tiba-tiba pikirannya melayang ke seseorang. Seorang pemuda yang selalu berusaha mendekati dirinya. Membuat Dania langsung bertanya-tanya dan menerka-nerka.

"Apa mungkin dia?"

Di lain sisi, Alden sedang mengompres luka lebam di wajahnya. Rasa perih masih ia rasakan di beberapa bagian wajahnya.

Alden tidak mengenali pemuda itu, tapi hanya sekali lihat saja Alden bisa menandai pemuda berambut ikal itu. Pemuda yang cukup arogan itu membuat Alden lebih waspada jika bertemu dengannya lagi.

"Aww," ringis Alden ketika ia tidak sengaja menyentuh sudut bibirnya. Karena memikirkan tentang pemuda itu, Alden tanpa sadar menekan alat kompres itu tepat di bagian yang terluka, membuat sudut bibirnya sedikit berdarah.

Alden merasa sedikit lebih baik setelah bercerita dengan Dania. Karena baginya, Dania harus tahu karena pemuda itu melibatkan nama Dania.

^^^Bersambung...^^^

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!