NovelToon NovelToon
Petaka Rumah Kosong

Petaka Rumah Kosong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Matabatin / Sistem / Hantu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Richy211

Sebuah rumah kosong di pinggiran kota menyimpan sebuah misteri akan adanya arwah gentayangan dan memberikan teror kepada para penghuni baru melalui kejadian-kejadian yang mengerikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richy211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Kebetulan tempat untuk menjemur pakaian berada di belakang rumah mereka, namun berhubung di sana ada pohon jati yang menjadi lokasi bersemayam arwah wanita itu, sehingga dipindahkan ke samping rumah.

Setelah menjemur pakaian, bu Sri langsung kembali ke depan rumah karena ketiga anaknya ingin berpamitan.

"Bu, kami berangkat ke sekolah dulu!" Kata Nana, Sari dan Riko bergantian mencium punggung tangan ibunya yang sudah tidak lagi muda.

"Hati-hati di jalan ya!" Ucap Bu Sri sembari menyaksikan ketiga anaknya pergi meninggalkan rumah.

Pak Sugiono yang kebetulan nanti malam ada jadwal ronda ia masih terlelap dalam tidurnya dan belum bangun hingga saat ini.

Hari ini, Bu Sri berniat ingin pergi ke pasar saja untuk belanja kebutuhan sehari-hari yang telah habis. Gara-gara kejadian gosip kemarin di warung itu, dirinya jadi agak malas untuk kesana.

"Ah lebih baik aku pergi ke pasar saja, mumpung bapak ada di rumah," kata Bu Sri sambil berjalan keluar rumah dan menenteng tas belanja.

Setibanya di pasar, bu Sri langsung tertuju ke penjual daging karena hari ini ia ingin memasak semur daging. Suasana di pasar hari Jumat itu cukup ramai dan banyak orang membeli kebutuhan untuk sehari-hari.

"Daging sudah kubeli, terus apa lagi ya?" Gumam Bu Sri sambil mengingat apa saja yang harus ia beli.

Sejenak berpikir, maklumlah usia bu Sri sudah tidak muda lagi jadi gampang pelupa. Ia kemudian pergi ke penjual sayuran untuk membeli bawang merah dan bumbu dapur yang lainnya. Tak lupa, bu Sri pun membeli buah-buahan dan hari itu ia ingin membeli apel merah kesukaan Nana dan Sari.

"Berapa 1 kgnya Bu?" Tanya Bu Sri kepada penjual buah yang ada di pasar itu.

"1 kg 40kg bu, soalnya ini apelnya masih segar dan rasanya enak renyah," kata penjual buah itu lagi.

"Nggak bisa kurang bu?" Tawar Bu Sri.

"Paling saya kurangin Rp2000 saja, dari sana juga sudah mahal soalnya," kata penjual itu sambil menimbang buah apel yang dipilih oleh Bu Sri.

"Ya sudah bu," kata Bu Sri sambil membayar buah apel yang dibelinya.

Usai belanja dan telah membeli semua barang yang ia butuhkan Bu Sri pun lalu kembali ke rumah sambil berjalan kaki. Gara-gara hujan semalaman, siang hari jadi terasa terik dan agak panas menyengat.

"Duh, panas-panas gini aku justru lupa tidak membawa payung?" Ucap Bu Sri agak dongkol.

Sementara di rumah, Pak Sugiono baru saja bangun dari tidurnya dan langsung pergi untuk mandi. Hawa panas siang hari itu, tentu saja membuat tubuh menjadi gerah dan paling segar jika diguyur dengan air dingin.

Terdengar suara air yang jatuh saat Pak Sugiono tengah mandi.

Bersamaan dengan itu, Bu Sri baru saja pulang dari pasar dan tadinya ia sempat kaget karena mendengar ada suara orang yang sedang mandi. Dalam benak bu Sri, ia mengira kalau yang sedang mandi itu adalah hantu penghuni rumah ini. Dengan langkah kaki yang agak ketakutan, bu Sri memberanikan diri untuk masuk ke dalam dan meletakan belanjaannya di dapur.

Betapa kagetnya bu Sri saat ia berpapasan dengan Pak Sugiono yang juga keluar dari kamar mandi.

"Duh Pak, jantung ibu hampir copot gara-gara bapak!" Ucap bu Sri sambil menepuk pundak suaminya.

Sementara Pak Sugiono hanya kebingungan kenapa istrinya ketakutan padahal dirinya baru saja selesai mandi.

"Kenapa ibu takut? Bapak baru selesai mandi karena baru bangun tadi dan di rumah tidak ada orang," jawabnya sambil masuk ke dalam kamar.

"Justru karena kukira bapak masih tidur, makanya ibu takut karena tiba-tiba ada suara orang mandi," jawab bu Sri dengan raut agak muka dongkol.

Mencoba tidak menghiraukan suaminya lagi, bu Sri lantas lanjut memasak di dapur dan membuat menu semur daging kesukaan anak-anak.

Proses memasak daging memang membutuhkan waktu yang cukup lama agar daging sapi tidak alot alias empuk saat dimakan. Sambil menunggu daging yang direbus, Bu Sri pun mengulek bumbu untuk dimasukkan ke dalam masakannya itu.

Tak butuh waktu yang lama, masakan bu Sri sudah siap dan tersaji di meja makan tinggal menunggu ketiga anaknya pulang.

***

Pukul 14.00 WIB adalah jam makan siang keluarga itu karena semua anggota keluarga sudah lengkap. Mereka tampak bahagia karena menu makan siang spesial tersaji di hadapan mereka tidak lain adalah makanan favorit.

"Wah, semur daging kesukaan kita memang lezat disantap saat perut keroncongan seperti ini!" Teriak Sari si anak bontot.

"Tentu dong," timpal Riko.

Ada raut wajah bahagia yang ditunjukkan oleh Pak Sugiono dan Bu Sri menyaksikan ketiga anaknya bisa menikmati makanan lezat dengan sangat lahap. Rasa bahagia itu, mungkin tidak akan bisa didapatkan dari orang lain seperti kehangatan keluarga mereka.

Makan siang selesai, Nana dan Sari tampak membantu ibunya membereskan meja makan dan mencuci piring.

"Tumben kalian mau bantuin ibu tanpa disuruh," Ledek Bu Sri kepada kedua anak perempuannya.

"Iya dong bu. Kita berdua kan anak rajin dan suka membantu," kata keduanya sambil terkekeh.

"Syukurlah, anak perempuan ibu sudah pandai membantu, jadi ibu kan tidak begitu capek," kata Bu Sri sambil tersenyum.

Pekerjaan mencuci piring dan membereskan meja makan lebih cepat selesai karena dikerjakan bersama-sama.

"Habis bantuin ibu, apa kalian mau mandi?" Tanya bu Sri kepada kedua kakak beradik itu.

"Iya bu, lagian sebentar lagi sore nanti takut antri sama yang lain. Apalagi Kak Riko tuh kalau mandi bisa 2 jam," ucap Sari sambil tertawa.

Seperti biasa, Nana dan Sari mandi bersama di sore hari yang tidak mendung itu. Lagi-lagi di kamar mandi mereka pasti tidak lupa untuk bermain air bersama. Keakraban antara dua kakak beradik itu seolah tercipta walaupun hanya bermain air di kamar mandi.

Setelah dirasa cukup puas bermain air sambil mandi, keduanya pun langsung masuk ke kamar dan berganti pakaian.

Memang keakraban dua kakak beradik ini tidak perlu diragukan lagi walaupun usia mereka terpaut sedikit jauh.

Nana bisa dibilang adalah tipe kakak yang mau ngemong adiknya, bersedia mengalah dan tidak egois atau mementingkan dirinya sendiri.

Walaupun Nana juga terkadang suka bersikap jahil kepada adiknya Sari karena merasa gemas akan tingkah lakunya yang masih polos.

Saat mereka dipisahkan, kedua kakak beradik ini seolah bisa merasakan jiwanya menyatu menjadi satu saking rindunya Sari pernah jatuh sakit karena rindu dengan kakaknya yang saat itu study tour ke Jakarta.

1
gaby
Makanya kalo blm ckup secara finansial, jgn nikah dulu. Ujungnya utang sana sini, lalu bunuh diri. Bny di dunia nyata kaya gini nih, dah tau susah pny anak banyak bgt, utang numpuk. Kalo kiranya ga sanggup bayar, jgn berhutang. Ngutang ko niatnya ga mau byr
Mericy Setyaningrum: hehe bener Kak jangan berhutang lebih baik nabung
total 1 replies
gaby
Aq baru gabung thor, kayanya bagus. Yg smangat y upnya
Mericy Setyaningrum: Makasih Kak udah mampir
total 1 replies
Mericy Setyaningrum
Ada kak
Wiwit
cerita, masak mkan, ga ada kegiatan lain kh thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!