NovelToon NovelToon
Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Anak Kembar / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Isabella Rosales mencintai Alex Ferguson dan ketiga anak kembar mereka—Adrian, Eren, dan Alden—lebih dari hidupnya sendiri. Namun, kebahagiaan mereka direnggut secara paksa. Berasal dari keluarga Rosales yang merupakan musuh bebuyutan keluarga Ferguson, Isabella diancam oleh keluarganya sendiri: tinggalkan Alex dan anak-anaknya, atau mereka semua akan dihancurkan.

Demi melindungi orang-orang yang dicintainya, Isabella membuat pengorbanan terbesar. Ia berpura-pura meninggalkan mereka atas kemauannya sendiri, membiarkan Alex percaya bahwa ia adalah wanita tak berperasaan yang memilih kebebasan. Selama lima tahun, ia hidup dalam pengasingan yang menyakitkan, memandangi foto anak-anaknya dari jauh, hatinya hancur setiap hari.

Di sisi lain kota, Celine Severe, seorang desainer yatim piatu yang baik hati, menjalani hidupnya yang sederhana. Jiwanya lelah setelah berjuang sendirian begitu lama.

Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang tragis. Sebuah kecelakaan hebat terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Waktu seolah membeku di atap Rumah Awan Pelangi. Satu-satunya suara adalah desis lembut dari sistem irigasi yang baru saja hidup dan detak jantung Isabella yang berdebar begitu kencang hingga ia takut Alex bisa mendengarnya dari seberang taman. Ia berdiri terpaku, basah kuyup oleh hujan buatan yang seharusnya menjadi simbol kemenangan, namun kini terasa seperti air dingin yang membekukan darahnya.

Ia tertangkap. Terjebak. Tidak ada jalan keluar.

Pertanyaan Alex menggantung di udara malam yang dingin, tajam dan tak terhindarkan. "Jelaskan bagaimana Anda melakukan itu." Itu bukan pertanyaan yang penuh amarah, melainkan pertanyaan seorang ilmuwan yang baru saja menyaksikan sebuah anomali yang mustahil, dan kini menuntut penjelasan logis.

Pikiran Isabella berpacu liar, mencari-cari kebohongan, alibi, apa pun yang bisa menyelamatkannya. Aku hanya menebak kodenya? Tidak, terlalu konyol. Aku menemukannya secara tidak sengaja? Tidak akan menjelaskan pengetahuannya tentang urutan tombol aktivasi. Setiap kebohongan sederhana yang muncul di benaknya terasa tipis seperti kertas, mudah dirobek oleh tatapan tajam pria di hadapannya.

Ia harus memberinya sesuatu yang lebih. Sesuatu yang besar, rumit, dan berani. Sebuah kebohongan yang begitu detail hingga terasa seperti kebenaran. Sebuah cerita yang akan menjawab tidak hanya pertanyaan ini, tetapi juga pertanyaan-pertanyaan sebelumnya—lagu nina bobo, gaya menggambar—dan membungkus semuanya dalam satu paket yang (semoga) bisa dipercaya.

Mengumpulkan sisa-sisa keberaniannya, ia mengangkat dagunya dan menatap lurus ke arah Alex. Ia membiarkan ekspresi ketakutan di wajahnya bercampur dengan sedikit rasa malu dan kekaguman yang dibuat-buat. Ini adalah penampilan terbaik dalam hidupnya.

"Saya... saya tidak menemukannya secara kebetulan, Tuan Ferguson," akunya dengan suara gemetar yang tidak sepenuhnya palsu. "Saya tahu tentang panel itu karena... saya pernah terlibat dalam pembangunan rumah ini."

Alex tetap diam, tidak bergerak dari posisinya, tetapi Isabella bisa melihat perubahan kecil di matanya. Sedikit keterkejutan. Ia telah berhasil menarik perhatiannya.

"Apa maksudmu?" tanya Alex, suaranya masih rendah dan berbahaya.

"Lima, hampir enam tahun yang lalu," Isabella memulai ceritanya, merangkai kebohongan dari serpihan kebenaran. "Saya masih mahasiswi tingkat akhir di jurusan desain arsitektur. Saya berhasil mendapatkan program magang singkat di 'Citra Angkasa', firma arsitektur yang Anda sewa untuk proyek Rumah Awan Pelangi."

Ia menyebut nama firma yang benar. Ia tahu Alex akan memeriksanya.

"Saya hanya seorang intern rendahan, tentu saja," lanjutnya, memainkan peran sebagai Celine yang sederhana. "Tugas saya kebanyakan hanya membuat kopi dan menyalin cetak biru. Tapi saya ditugaskan di bawah tim yang dipimpin oleh arsitek lanskap senior, Tuan Hermawan, yang bertanggung jawab atas desain taman di atap ini."

Ia sengaja menyebut nama Hermawan, seorang arsitek brilian yang ia tahu telah meninggal tiga tahun lalu. Orang mati tidak bisa membantah ceritanya.

"Saat itu... Nyonya Isabella Rosales sering datang untuk mengawasi proyek. Beliau sangat bersemangat, terutama dengan taman ini. Beliau menyebutnya 'jantung' dari rumah ini." Isabella menelan ludah, mengucapkan namanya sendiri sebagai orang lain terasa sangat aneh. "Saya sangat mengaguminya dari jauh. Beliau sangat... brilian. Suatu hari, saya memberanikan diri menunjukkan beberapa ide sketsa saya untuk penempatan tanaman, dan beliau menyukainya. Beliau bahkan mengajak saya berdiskusi beberapa kali tentang sistem irigasi tersembunyi ini."

Ia berhenti sejenak, membiarkan ceritanya meresap. Ia harus membuat ini terdengar seperti kenangan berharga dari seorang gadis muda yang terpesona.

"Saya ingat beliau pernah berkata sambil tertawa, bahwa kode aksesnya adalah tanggal yang tidak akan pernah ia lupakan," katanya, matanya kini menatap ke tanah yang basah, seolah sedang mengenang dengan malu. "Dan untuk lagu nina bobo itu... saya mendengarnya sendiri. Beliau sering menyenandungkannya pelan saat sedang memeriksa detail desain. Melodinya begitu indah hingga menempel di kepala saya. Saya tidak tahu itu lagu pribadi. Saya minta maaf."

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Ceritanya sudah selesai. Sebuah jaring kebohongan yang ditenun dengan benang-benang kebenaran. Itu menjelaskan pengetahuannya tentang taman, lagu itu, bahkan bakat seninya. Itu semua dibingkai dalam kekaguman seorang anak magang pada mendiang istri sang miliarder.

Alex berjalan perlahan mendekatinya, langkah kakinya tidak menimbulkan suara di atas rumput sintetis yang basah. Hujan dari sprinkler kini membasahi jas mahalnya, tapi ia tampaknya tidak peduli. Ia berhenti tepat di depan Isabella, begitu dekat hingga Isabella bisa melihat pantulan dirinya di mata gelap pria itu.

"Sebuah cerita yang sangat luar biasa, Nona Severe," kata Alex pelan, nadanya mustahil untuk dibaca. "Sebuah kebetulan yang sangat banyak. Magang di firma yang sama, di proyek yang sama, mengagumi istri saya, mendengar lagu rahasianya, dan sekarang bekerja untuk saya merawat anak-anaknya."

"Saya tahu kedengarannya sulit dipercaya, Tuan," bisik Isabella. "Tapi itu kebenarannya. Saya tidak mencantumkannya di CV saya karena itu hanya program magang singkat. Saya malu... saya pikir itu tidak cukup penting."

Alex menatapnya lama, seolah mencoba membaca jiwanya. Isabella menahan napas, berdoa agar topeng Celine yang ia kenakan cukup kuat untuk menahan penyelidikan yang intens itu. Wajah Celine yang polos dan tatapan matanya yang tulus adalah satu-satunya perisainya saat ini.

Akhirnya, Alex mengambil satu langkah mundur. "Taman ini akan tetap ada," katanya tiba-tiba, mengubah topik pembicaraan. "Saya akan meminta Nyonya Diana memanggil tukang kebun profesional besok untuk merawatnya."

Isabella merasakan gelombang kelegaan yang begitu besar hingga kakinya terasa lemas. Tamannya selamat. Untuk saat ini, ia juga selamat.

"Dan Anda, Nona Severe," lanjut Alex, tatapannya kembali menajam. "Kembalilah ke kamar Anda. Anda basah kuyup. Saya tidak mau pengasuh anak-anak saya jatuh sakit."

Nada suaranya mengandung perintah yang tak terbantahkan, tetapi juga secercah perhatian yang aneh, yang membuat jantung Isabella berdebar karena alasan yang berbeda.

"Terima kasih, Tuan Ferguson," bisiknya, lalu dengan cepat berbalik dan berjalan menuju pintu, tidak berani menatap Alex lagi.

Saat ia kembali ke kamarnya yang kecil dan aman, ia bersandar di pintu yang tertutup, tubuhnya gemetar tak terkendali. Ia berhasil. Entah bagaimana, ia berhasil. Ia telah memenangkan pertempuran malam ini. Tapi ia tahu, ini belum berakhir. Ia telah menanam sebuah cerita di benak Alex, dan ia tahu pria itu akan menggali tanah di sekitarnya untuk memeriksa akarnya.

Jauh setelah Isabella tertidur karena kelelahan emosional, sebuah lampu masih menyala di ruang kerja Alex Ferguson. Ia tidak marah lagi. Kemarahan telah digantikan oleh obsesi yang dingin. Cerita wanita itu... terlalu sempurna. Terlalu rapi.

Ia duduk di depan komputernya. Ia tidak lagi melihat sketsa-sketsa itu. Ia kini membuka sebuah peramban web. Tangannya bergerak dengan cepat di atas keyboard, mengetikkan serangkaian kata ke dalam mesin pencari.

"Firma Arsitektur Citra Angkasa."

"Proyek Ferguson Tower Penthouse."

"Daftar Staf Proyek 2019."

"Arsitek Hermawan."

Ia menekan tombol enter, matanya menyipit saat baris-baris informasi mulai muncul di layar. Penyelidikannya yang sesungguhnya baru saja dimulai. Ia akan membongkar cerita Celine Severe sepotong demi sepotong sampai ia menemukan kebenarannya, sekecil dan semustahil apa pun kebenaran itu.

1
Indah Ratna
bagus thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!