"Bapak, neng lelah kerja. Uang tabungan untuk kuliah juga gak pernah bisa kumpul. Lama-lama neng bisa stress kerja di Garmen. Cariin suami yang bisa nafkahi neng dan keluarga kita, Pak! Neng nyerah ... hiikss." isak Euis
Keputusasaan telah memuncak di kepala dan hati Euis. Keputusan itu berawal karena dikhianati sang kekasih yang berjanji akan melamar, ternyata selingkuh dengan sahabatnya, Euis juga seringkali mendapat pelecehan dari Mandor tempatnya bekerja.
Prasetya, telah memiliki istri yang cantik yang berprofesi sebagai selebgram terkenal dan pengusaha kosmetik. Dia sangat mencintai Haura. Akan tetapi sang istri tidak pernah akur dengan orangtua Prasetyo. Hingga orangtua Prasetyo memaksanya untuk menikah lagi dengan gadis desa.
Sebagai selebgram, Haura mampu mengendalikan berita di media sosial. Netizen banyak mendukungnya untuk menghujat istri kedua Prasetyo hingga menjadi berita Hot news di beberapa platform medsos.
Akankah cinta Prasetyo terbagi?
Happy Reading 🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Haura
Hai Readers... Bab ini, ceritanya akan mundur ke belakang, menceritakan kisah cinta Pras dan Haura dari masa pacaran sampai menikah, yukk simak!
Happy Reading..💐💐
Lima Tahun Lalu...
Bruukk!!
"Kalau jalan lihat-lihat dong!" Maki Haris pada seorang gadis berambut panjang dikuncir dua yang tanpa sengaja menabrak sahabatnya.
"Maaf nona aku yang tidak fokus, sini aku bantu." Pras merapihkan kertas yang terserak di lantai koridor kampus
"Te-terima kasih... " lembut suara gadis itu
"Boleh kita kenalan?" Pras mengulurkan tangan kanannya
"Halah ngapain kamu kenal sama dia Pras!" Haris menarik lengan Pras, Haura pun langsung pergi sedikit berlari menjauhi ketiga pria tampan itu.
"Kamu kenapa sih, Ris!" tepis Pras
"Namanya Haura, adek kelas gue." ucap Haris dengan nada dingin.
"Haura... Nama yang cantik, secantik orangnya." gumam Pras
"Dia emang cantik, tapi gampangan!" sinis Haris
"Sok tahu kamu, Ris! Kuliah di fakultas apa?" Pras membalik badannya untuk melihat lagi sosok yang mencuri perhatiannya, namun gadis itu sudah jalan berlawanan arah dari mereka.
"Jangan sampai kamu naksir dia, bisa ikutan kere hidupmu, bapaknya korupsi uang desa tiga miliyar!" ucap Haris tanpa berniat menjawab pertanyaan Pras, wajah Haris mengeras, ada sebuah kisah kelam yang Haris simpan dari manik matanya.
Satu Minggu berlalu
"Ra, ada syuting drama baru di studio alam Lembang, aku butuh dua orang. Lita sudah mau ikut, kamu mau ikut juga gak?" ajak Rosa, gadis blasteran Belanda yang mencoba peruntungan di dunia film.
"Mmm... Boleh deh, dapat makan gak?" Haura menjawab dengan binar di wajahnya
Haura yang memiliki cita-cita menjadi artis sangat terbantu bergaul dengan Rosa, gadis itu selalu punya info terkini lowongan menjadi figuran atau info lokasi syuting drama. Terkadang meskipun tidak ada lowongan figuran, jika mereka mendatangi lokasi syuting seringkali dapat tawaran dadakan jadi stunt woman.
"Dapet makan satu kali, sisanya kita bawa bekal aja kuatirnya sampai malam." ucap Rosa sambil mengoleskan liptint di bibir seksinya.
Kini, Haura dan Rosa sudah berada di komplek perumahan mewah dengan halaman yang luas, ada hutan kecil di halaman belakang, rumah ini di buat memang untuk disewakan pemiliknya. Biasanya untuk acara syuting film atau drama, acara reuni, acara pernikahan outdoor dan biasanya setiap tahun dipakai pemilik untuk mengadakan acara keagamaan keluarga besar As-segaf.
Sementara rumah pemiliknya ada di area depan, menghadap ke Utara. Di komplek itu ada lima bangunan rumah yang berbeda, satu rumah lebih luas terdiri dari empat lantai dengan arsitektur modern dan di lantai bawah dikhususkan untuk garasi mobil-mobil mewah, dua rumah untuk anak pemilik dan satu rumah yang menghadap ke barat khusus untuk kantor. Sementara satu rumah yang lebih mirip seperti aula dipakai untuk acara-acara pernikahan yang bisa menampung seribu lebih undangan.
Haura berjalan berkeliling halaman studio alam, mulutnya tidak berhenti berdecak kagum dengan penataan taman yang dihiasi beraneka macam bunga, hutan buatan dan bangunan mewah yang terpampang di depan matanya. "Andaikan aku punya rumah seperti ini, mungkin orangtua Haris tidak akan menatapku sebelah mata." gumam Haura
"Aduh Ra, aku kebelet pipis! Toilet umum untuk kru dipakai semua." pekik Rosa berlari kecil ke arahnya.
"Duh gimana nih! numpang ke toilet di rumah itu boleh kali Ros!" Haura menarik Rosa lalu mereka berlari kecil ke sebuah rumah berlantai dua.
"Boleh gak Ra?" Rosa ragu saat Haura sudah mengetuk pintu.
Krreekk...
"Mas—pak—akang... Boleh kami numpang ke toilet? Di tempat syuting toiletnya penuh." Haura menatap wajah pria muda di depannya dengan wajah memelas.
"Si-silahkan... lurus belok kanan." ucapnya. Kedua perempuan itu langsung menerobos masuk menuju arah yang di tuju.
Lebih dari sepuluh menit, Haura dan Rosa menggunakan toilet, setelah itu mereka keluar dari lorong samping, di depan lorong, Pria muda itu sudah menunggu mereka.
"Pak terima kasih, kami permisi." ucap Rosa dan Haura sambil mengangguk sopan.
"Kamu teman SMA Haris kan?" tanya pria muda.
Haura menoleh, lalu ia mengangguk.
"Aku yang pernah kamu tabrak di kampus, ingat? Oiya, aku Pras." Pras mengulurkan tangannya.
"Owhh ya... ya... Aku Haura, dan ini temanku, Rosa." Haura dan Rosa menyambut uluran tangan Pras.
"Kalian sedang syuting?" tanya Pras
"I-iya... " jawab Haura kikuk
"Jadi peran apa? Setahuku kali ini syuting film horor." ucap Pras
"Kok bapak tahu?" jawab Haura
"Maaf jangan panggil bapak, aku masih seumuran kalian."
"Aku panggil mas ya?" jawab Haura lagi.
"Nama pun tidak apa-apa." Pras menjawab malu-malu, ini pertama kalinya ia bisa mengobrol lama dan bertatap muka dengan perempuan.
"Mas kerja di film juga?" tanya Rosa
"Emm... Saya yang mempunyai rumah ini." jawab Pras dengan senyuman segaris.
Wajah Haura berbinar. Hayalan Haura menginginkan suami yang kaya raya, agar ia tidak perlu susah payah membangun karier dan hidup merangkak dari bawah. Sebuah ide pun terbit di kepalanya.
"Waktu di kampus kita belum sempat kenalan, boleh kita tukeran nomer telepon?" pinta Haura sambil menyodorkan ponsel miliknya.
Singkat cerita, hubungan Pras dengan Haura semakin lengket. Meskipun Pras sudah lulus dari ITB fakultas tehnik, dia masih sering ke kampus untuk menjadi dosen undangan untuk mengisi acara seminar. Kesempatan bertemu dan berduaan dengan Haura semakin sering. Hubungan mereka semakin serius, Pras sangat mencintai Haura, hingga suatu hari Pras memperkenalkan Haura ke hadapan kedua orang tuanya.
Pertemuan pertama sangat gagal total, karena Haura berpenampilan seksi tidak sesuai dengan ekspektasi kedua orangtua Prasetya yang agamis. Saat itu Haura baru saja mendapat peran antagonis di sebuah drama FTV, sehingga kesan wanita penggoda masih melekat pada dirinya, ibu Arini yang pernah menonton acara tersebut ikut terbawa emosi pada Haura karena pengaruh drama tersebut.
Hubungan cinta kasih mereka terus berlanjut hingga Haura lulus kuliah. Pras sangat memanjakan Haura dan keluarganya. Semua biaya hidup keluarga Haura, Pras yang menjamin karena ayah Haura masih harus menjalani masa tahanan karena kasus korupsi dana desa. Tidak ada yang Haura tutupi tentang keluarganya, hal itu yang membuat Prasetya semakin perhatian dan sayang.
Satu tahun kemudian, Prasetya membawa Haura lagi kehadapan kedua orang tuanya, kali ini dengan persiapan yang lebih matang. Sebelum bertemu orangtuanya, Haura sudah belajar mengaji, belajar membaca sholawat dan tahlil yang biasa keluarga besar Pras lakukan. Haura pun memakai pakaian muslimah saat menghadap orangtua Pras.
Akhirnya kedua orangtua Pras luluh, dengan syarat, Haura tidak diperbolehkan menjadi artis dan berpakaian seksi. Suatu hal yang tidak mungkin mereka sanggupi, terutama Haura. Wanita itu pun marah, meminta Pras memilih dia atau orangtuanya.
Pras yang terlalu bucin dengan Haura, akhirnya memilih Haura. Mereka menikah tanpa restu kedua orangtua Prasetya. Demi cintanya pada Haura, Pras meninggalkan usaha yang ia bangun bersama kedua orangtuanya dan memilih bekerja di sebuah perusahaan asing yang bergerak dibidang Kontruksi dan pembuatan atap baja ringan. Prasetya menjadi seorang Manager Produksi di perusahaan itu.
Dia juga memilih keluar dari rumah demi kenyamanan Haura berkarier dan berpakaian. Karena jika tinggal di rumah, Umy Arini tidak pernah bosan memprotes pakaian minim Haura.
Ambisi Haura menjadi artis lebih besar daripada kemampuan ber-actingnya, sehingga ia seringkali merengek pada Pras agar mengajukan kasbon ke perusahaan tempatnya bekerja untuk belajar acting di sebuah agensi, namun uang tersebut ia pakai untuk menyogok beberapa sutradara.
Banyak hal yang tidak Prasetya ketahui tentang Haura. Akan tetapi Pras sangat mempercayai istrinya.
Lama kelamaan hutang Pras menumpuk sana sini, hingga pada akhirnya Pras dirumahkan perusahaan. Pekerjaannya hanya mengantar Haura berangkat syuting dan menjemputnya pulang. Keuangan mereka semakin menipis, karena honor Haura tidak seberapa dan tidak cukup untuk biaya hidup sehari-hari.
Pekerjaan apapun Pras lakukan, menjadi asisten personal Haris dan Edwin, kedua sahabatnya, juga kerja tambahan menjadi supir ojek online. Siang dan malam Pras bekerja tidak kenal lelah untuk memenuhi kebutuhan keluarga Haura.
Hingga suatu hari...
"Perempuan murahan!! Aku pikir kamu teman, ternyata kamu main di belakangku, Haura!!" pekik Lita, teman sesama artis di suatu manajemen.
Haura dan suami Lita yang berprofesi sebagai sutradara, ditemukan sedang berduaan di salah satu kamar di lokasi syuting. Lita mengamuk, ia menjambak, menampar dan mencakar Haura tanpa mengenal ampun. Hingga Haura tidak berdaya.
Karena ancaman Lita, mereka meninggalkan Haura di lokasi syuting sendirian tanpa ada yang berani membantunya, Hingga saat Pras datang menjemput, Haura ditemukan sedang meringkuk di sebuah kursi taman.
Haura mengatakan dia habis dirampok hingga kondisinya babak belur karena melawan pelaku. Pras Percaya 100% ucapan istrinya.
Dua bulan setelah itu, Di suatu Pagi...
"Kasbon lagi? Kalau mau kasbon jangan yang mahal-mahal. Gak tahu diri kamu, udah kasbon ambilnya daging sama ikan. Kalau miskin tahu diri, teh!" hina mba Siti pedagang sayur di depan gang kontrakan Haura.
"Nanti sore suami saya pasti dapat uang hasil ojol mba Siti. Uangnya langsung saya setor ke sini." janji Haura
"Kalau situ yang janji aku gak akan percaya, situ lebih milih beli skincare daripada bayar utang!" ejek Siti
"Aku janji mba, nanti sore langsung aku bayar. Suamiku lagi sakit mba, butuh nutrisi" ucap Haura dengan nada memelas.
"Mau lagi sakit kek, saya gak peduli. Modal saya tipis teh, kalau daging yang untungnya tipis aja di hutang, besok saya gak bisa belanja lagi." tolak Siti seraya merebut bungkusan daging dari tangan Haura.
Setibanya di rumah, tangis Haura semakin menjadi, saat itu Pras sedang bersiap berangkat mengambil orderan pengiriman paket.
"Pras! Aku lelah hidup miskin, kita terus dipandang sebelah mata oleh orang lain. Kapan kita hidup bahagia Pras!" isak Haura dengan tangisan pilu.
Pras terpaku melihat istrinya terduduk dengan wajah yang basah dengan airmata. Ia segera memeluk istrinya dan mengusap punggung Haura dengan lembut.
"Kenapa kamu tiba-tiba nangis seperti ini?" tanyanya lembut.
"Aku kepengen makan steak seperti di resto Holly_cow, tadi ke tukang sayur mau kasbon daging tapi malah dipermalukan Siti.. hikkss... hikks." Haura terisak lagi, kini tangisannya lebih ia buat se-pilu mungkin agar suaminya terenyuh dan mau membelikan steak mahal di resto saat mereka pacaran.
Pras kesulitan menelan saliva, dia merasa gagal membahagiakan istrinya. Tapi dia tidak boleh berlarut sedih, dia harus membuat Haura nyaman selama di rumah. Pras menghubungi Edwin untuk meminjam uang, namun Edwin tidak mengangkat teleponnya. Akhirnya dengan rasa malu, ia kembali meminjam uang pada Haris.
"Har, aku minta tolong, pinjamkan aku lagi uang 500 ribu, Haura ingin makan daging steak." Ucap Pras di panggilan teleponnya.
"Aku bilang apa, Pras! Perempuan itu hanya akan membuat hidupmu kere! Dia dan keluarganya membawa pengaruh sial buat kamu." jawab Haris dengan sinis.
"Ya sudah kalau kamu tidak mau meminjamkan." Pras memutus panggilan teleponnya.
Tidak berapa lama...
"Sudah aku kirim, maaf ucapanku kelewatan, Pras." (isi pesan Haris)
...💐💐💐💐💐...
B e r s a m b u n g...
Jangan lupa like, komen dan votenya ya...
kasihan Pras, udh dikibulin istrinya juga sahabatnya 😭😭