Rangga, seorang pria biasa yang berjuang dengan kemiskinan dan pekerjaan serabutan, menemukan secercah harapan di dunia virtual Zero Point Survival. Di balik kemampuannya sebagai sniper yang tak terduga, ia bercita-cita meraih hadiah fantastis dari turnamen online, sebuah kesempatan untuk mengubah nasibnya. Namun, yang paling tak terduga adalah kedekatannya dengan Teteh Bandung. Aisha, seorang selebgram dan live streamer cantik dari Bandung, yang perlahan mulai melihat lebih dari sekadar skill bermain game.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Angga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Strategi Senyap dan Mata Sang Sniper
Cedera Rangga menjadi titik balik bagi Phantom Strikers. Di tengah kekhawatiran dan tekanan, Coach Han mengambil keputusan radikal. "Kita tidak akan memaksakan Ren kembali ke gaya bermain agresif yang dulu," tegasnya dalam rapat tim. "Itu akan memperburuk cederanya dan merusak masa depannya. Kita akan mengubah strategi total."
Guntur, Bara, dan bahkan Rangga sendiri, terkejut. Strategi total?
"Ren," Coach Han menatap Rangga, "akurasi bidikanmu pada jarak jauh dan kemampuanmu membaca pergerakan lawan masih tak tertandingi. Namun, kecepatan flick-shot dan rotasi quickscope agresifmu akan dibatasi oleh cederamu. Jadi, kita akan memanfaatkan kekuatanmu yang lain."
Strategi baru mereka diberi nama "Silent Hunter". Intinya adalah mengubah Phantom Strikers menjadi tim yang sangat sulit diprediksi posisinya, dengan mengandalkan serangan diam-diam, pergerakan senyap, dan minimnya suara tembakan.
Dalam strategi ini, peran Rangga sebagai Ren menjadi sangat krusial, namun berbeda dari sebelumnya. Ia tidak lagi menjadi front-line sniper yang agresif. Sebaliknya, posisi Ren akan difokuskan pada high ground atau posisi tersembunyi yang sulit dijangkau. Dari sana, ia akan berperan sebagai "Mata dan Otak" tim.
"Kamu akan menjadi mata kami, Ren," jelas Coach Han. "Dari high ground, kamu akan mengawasi seluruh medan perang, mengkoordinasikan posisi musuh secara real-time, dan memberikan call out yang akurat dan tepat waktu."
Tugas utama Ren adalah memberikan informasi vital: di mana musuh bergerak, berapa jumlahnya, kapan mereka melempar bom, atau kapan mereka melakukan reload. Tembakannya akan sangat selektif, hanya dilakukan untuk finishing blow yang krusial atau untuk membuka celah bagi timnya.
Perubahan strategi ini menuntut adaptasi besar-besaran dari seluruh anggota tim.
Guntur, sebagai strategist, harus belajar merancang jalur rotasi yang senyap, menguasai teknik flanking tanpa terdeteksi, dan menyiapkan jebakan menggunakan bom asap atau bom suara untuk memecah formasi musuh. Ia juga harus siap mengambil alih peran damage dealer jika Ren tidak bisa menembak.
Bara, sang assault, harus menjadi silent killer. Ia berlatih bergerak tanpa suara, menguasai melee combat dengan pisau, dan menggunakan senjata dengan suppressor agar tembakannya tidak terdeteksi. Ia akan menjadi eksekutor utama di garis depan, masuk ke area musuh secara diam-diam.
Aisha, sebagai support, perannya semakin vital. Ia harus lebih aktif dalam scouting, mengidentifikasi titik lemah pertahanan musuh, dan menyiapkan smoke screen atau flashbang untuk mendukung pergerakan Bara dan Guntur. Ia juga harus siap melakukan revive dengan cepat jika ada yang tumbang.
Dan Rangga? Ia menghabiskan berjam-jam menganalisis peta, mempelajari setiap angle pandang dari high ground, dan berlatih koordinasi suara. Ia harus bisa memberikan call out yang cepat, akurat, dan ringkas, karena timnya sangat bergantung pada informasi yang ia berikan. Ia juga berlatih untuk tetap fokus di bawah tekanan, karena jika Ren mati dalam pertandingan, tim akan seperti buta, kehilangan arah dan koordinasi. Posisi Ren kini sangat penting, namun juga sangat berisiko.
"Ini membuat kita sangat sulit diprediksi," kata Guntur, matanya berbinar setelah sesi latihan pertama dengan strategi baru. "Musuh tidak akan tahu dari mana kita datang. Kita akan bergerak seperti hantu."
"Ren, kamu harus menjadi bayangan di high ground. Hanya mata musuh yang tidak waspada yang akan melihatmu," Coach Han menambahkan, menekankan betapa pentingnya posisi Rangga yang tersembunyi.
Rangga menjalani fisioterapi dengan lebih disiplin dari sebelumnya, mengikuti setiap instruksi dokter untuk memulihkan cederanya. Meskipun ia tidak lagi melakukan gerakan agresif yang membebani tangannya, ia tetap berlatih stamina dan fokus. Ia tahu, ketahanan mentalnya akan diuji di setiap pertandingan. Rasa sakit di tangannya perlahan membaik, tetapi batasan pada gerakan tertentu masih ada. Ia belajar menerima itu, dan beradaptasi.
Hubungan Rangga dan Aisha semakin erat di tengah tantangan ini. Aisha selalu mendampingi Rangga, tidak hanya di sesi latihan, tetapi juga di luar. Ia adalah satu-satunya yang sepenuhnya memahami beban di pundak Rangga.
"Kamu jadi makin jago memimpin sekarang," puji Aisha suatu malam, setelah mereka berhasil memenangkan scrim dengan strategi baru. "Aku bangga padamu."
Rangga tersenyum, menyandarkan kepalanya di bahu Aisha. "Itu semua karena kalian, Teteh Aisha. Tanpa kalian, aku tidak akan bisa."
Dengan strategi "Silent Hunter", Phantom Strikers mulai menunjukkan performa yang menjanjikan di scrim melawan tim-tim kuat. Mereka bergerak lebih senyap, menyerang dari arah tak terduga, dan membuat lawan kebingungan. Minimnya suara tembakan dari sisi mereka menciptakan efek kejut yang efektif. Meskipun Ren tidak lagi mencetak kill sebanyak dulu, assist dan call out-nya menjadi kunci kemenangan tim.
Setahun berlalu dengan cepat, diisi dengan latihan tanpa henti, penyesuaian strategi, dan pembangunan chemistry tim yang lebih kuat dari sebelumnya. Konflik-konflik kecil muncul dan mereda, namun yang terpenting, mereka belajar untuk saling percaya dan saling mengandalkan.
Kini, tim Phantom Strikers telah siap. Koper sudah dikemas. Tiket penerbangan ke negara di mana Turnamen ZPS Asia akan diadakan sudah di tangan. Ren, sang sniper legendaris yang kini bersembunyi di high ground, Aisha, sang support yang cerdas, Guntur sang strategist senyap, dan Bara sang silent killer—mereka siap menghadapi panggung Asia. Mereka telah mengubah kelemahan menjadi kekuatan, dan cedera Rangga menjadi fondasi bagi strategi baru yang tak terduga.