NovelToon NovelToon
Perfect Love Revenge

Perfect Love Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Mengubah Takdir
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis

Rania, seorang gadis desa yang lembut, harus menanggung getirnya hidup ketika Karmin, suami dari tantenya, berulang kali mencoba merenggut kehormatannya. Belum selesai dari satu penderitaan, nasib kembali mempermainkannya. Karmin yang tenggelam dalam utang menjadikan Rania sebagai pelunasan, menyerahkannya kepada Albert, pemilik sebuah klub malam terkenal karena kelamnya.

Di tempat itu, Rania dipaksa menerima kenyataan pahit, ia dijadikan “barang dagangan” untuk memuaskan para pelanggan Albert. Diberi obat hingga tak sadarkan diri, Dania terbangun hanya untuk menemukan bahwa kesuciannya telah hilang di tangan seorang pria asing.

Dalam keputusasaan dan air mata yang terus mengalir, Rania memohon kepada pria itu, satu-satunya orang yang mungkin memberinya harapan, agar mau membawanya pergi dari neraka yang disebut klub malam tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 6

“Rania, buka pintunya!”

Teriakan Airon menggelegar, memantul dari ubin kamar mandi. Pintu kayu itu bergetar hebat di bawah hantaman tangan Airon.

Rania hanya bisa meringkuk di sudut, menutup telinganya dengan kedua tangan. Suara gedoran keras itu membawa kembali kilasan trauma masa lalu, bayangan Karmin, pamannya, yang dulu berusaha menerobos masuk kamar di desa, berulang kali ingin melecehkannya. Ketakutan lama itu kini menyelimutinya seperti kabut dingin.

“Rania!!!” Suara Airon semakin keras, menguasai benak Rania.

“Rania! Buka pintunya atau saya dobrak dan kamu saya beri pelajaran!” Sergah Airon, kemarahannya mencapai puncak.

Ancaman itu cukup untuk memecah belenggu ketakutan Rania. Ia harus patuh. Dengan napas tersengal, ia memaksa dirinya berdiri. Tubuhnya gemetar tak terkontrol saat ia melangkah perlahan, memutar gagang pintu yang dingin.

Pintu terbuka.

“Tu… Tuan Airon,” ucap Rania, matanya terbelalak melihat tubuh tinggi Airon berdiri tegak di ambang pintu, wajahnya dipenuhi urat tegang.

Reaksi Airon cepat dan brutal. Tangannya yang kuat mencengkeram dan menjambak rambut panjang Rania dengan penuh emosi. Rasa sakit menyentak kulit kepalanya.

“Saya dari tadi teriak panggil kamu! Kamu tidak dengar, hah?!” bentak Airon.

“Ma… maaf, Tuan,” rintih Rania, air mata mulai menggenang.

“Lain kali kalau saya panggil, kamu segera datang! Paham!” Kini, tangan Airon beralih mencengkeram dagu Rania yang mungil dan cantik, memaksanya mendongak.

“Ba… baik, Tuan,” sahut Rania, ketakutan.

“Dasar pelacur,” desis Airon.

Kata-kata itu bagai belati yang menusuk. Air mata Rania tumpah seketika, mengalir deras membasahi pipinya.

“Wanita murahan jangan memperlihatkan air matamu!” ucap Airon, lalu ia melepaskan cengkeramannya dan berbalik pergi, meninggalkannya.

Hati Rania benar-benar teriris, rasa sakit fisik tak sebanding dengan rasa sakit di dadanya. Ia memeluk dirinya sendiri, sesak. Setelah lepas dari neraka Karmin, kini ia terjebak bersama Airon, yang memperlakukannya tak ubahnya objek tanpa harga diri.

Rania terduduk di depan pintu, menangisi nasibnya yang pilu.

“Rania!!!” Kembali suara Airon berteriak, kini dari lantai bawah.

“Iya, Tuan…”

Rania segera bangkit, menyeka air matanya, dan buru-buru mengenakan pakaian. Ia berlari menuruni anak tangga, takut terlambat menghampiri Airon dan menerima hukuman.

“Buatkan saya kopi!” Suruh Airon, suaranya masih keras, penuh amarah yang belum mereda.

“Baik, Tuan.” Rania bergegas ke dapur.

Ia meletakkan cangkir kopi itu di hadapan Airon dengan penuh kehati-hatian. Ia sudah ekstra waspada.

Prang!!!

Suara cangkir kopi pecah memekakkan telinga. Airon membanting cangkir itu hingga hancur berkeping-keping. Percikan kopi panas menyentuh lengan Rania, namun rasa panas itu nyaris tak terasa. Benaknya dipenuhi satu pertanyaan. Kali ini, kesalahan apa lagi yang ia perbuat?

“Kamu sengaja membuat kopi seperti ini untuk membalas dendam pada saya!” Airon menatapnya, matanya menyala.

“Jawab!” Bentak Airon, membuat Rania terlonjak.

“Ti… tidak, Tuan,” jawab Rania, ketakutan.

“Sebelum kamu menyajikan kopi ke saya, apa kamu sudah cicipi?” Tanya Airon, suaranya sedikit melunak, namun intensitasnya tetap mencekam.

“Maaf, Tuan, sa....”

“Jadi tidak kamu cicipi?!” Aura membunuh kembali terpancar dari diri Airon.

“Cicipi sekarang!” Perintahnya, menyuruh Rania menjilat kopi yang tumpah di lantai.

Sambil berlinang air mata, Rania menurut. Ia berlutut dan menjilati cairan pahit yang bercampur serpihan kaca di lantai itu.

“Apa rasanya?!” Tanya Airon.

“Jawab!” Sergah Airon ketika Rania hanya diam menangis.

“A… asin, Tuan,” jawab Rania.

Ternyata, karena takut dan terburu-buru, ia salah memasukkan bahan. Bukan gula, melainkan garam.

“Kalau kamu tidak mau memakan atau menjilati sesuatu yang ada di lantai, mulai sekarang berhati-hatilah!” ucap Airon.

“Saya ingin mandi. Cepat siapkan air hangat.”

Rania segera berdiri. Ia bergegas menuju kamar mandi Airon untuk menyiapkan air hangat. Kali ini, ia benar-benar memastikan tidak akan ada kesalahan lagi. Jika salah menaruh garam berujung menjilati lantai, ia tak bisa membayangkan hukuman apa yang akan Airon berikan jika ia salah menyiapkan suhu air. Mungkin benar, ia akan ditenggelamkan.

Rania memeriksa suhu air hangat itu berulang kali. Setelah yakin semuanya sempurna, ia keluar.

“Sudah, Tuan,” Rania menghampiri Airon yang duduk di atas kasur king size.

Airon bangkit. “Ikut saya.”

Rania menurut, mengira Airon membutuhkan bantuan untuk hal lain.

Tanpa sedikit pun rasa malu, Airon melepas bathrobe yang ia kenakan. Tubuh polos Airon, yang kekar dan berotot, kini terpampang tepat di hadapan Rania.

Rania refleks menutup matanya.

“Singkirkan tanganmu itu dari wajahmu,” suruh Airon.

“Ta… tapi, Tuan…” Rania ingin membantah.

“Lakukan apa yang aku ucapkan, atau...” Mendengar ancaman yang tak terselesaikan itu, Rania cepat-cepat menyingkirkan tangannya, meskipun matanya masih terpejam erat.

“Buka matamu, jika kamu masih ingin melihat,” perintah Airon lagi.

Rania perlahan membuka matanya. Seluruh isi tubuh Airon yang tak tertutup apa pun kini terpampang di hadapannya. Wajah Rania seketika merona merah, rasa malu yang luar biasa membanjirinya.

“Bagus,” kata Airon, lalu berjalan telanjang menuju bak mandi. Ia mengambil sebotol wine, menuangkannya ke gelas kristal. Airon benar-benar menikmati momennya berendam dan menyesap wine mahal.

“Mundur dua langkah,” suruh Airon pada Rania.

Rania menurut, melangkah mundur, kakinya terasa kaku.

“Kurang bagus. Mundur selangkah lagi,” ucap Airon.

“Bagus, sudah cukup. Tempat itu sudah sangat bagus. Sekarang buka bajumu.”

“Tu… Tuan…”

“Turuti aku!” Volume suara Airon meninggi.

Dengan tangan gemetar, Rania perlahan melepas kancing bajunya satu per satu. Airon menikmati pertunjukan itu dengan tatapan mata yang penuh gairah dan mendominasi.

“Lepaskan semuanya,” kata Airon, saat tangan Rania berhenti.

Dengan ketakutan yang mencekik, Rania melepaskan semua yang menutupi tubuhnya, satu per satu. Ia berusaha menguatkan diri. Bagaimanapun, ini bukan kali pertama Airon melihat tubuh polosnya.

“Kemarilah,” panggil Airon.

Dengan rasa malu yang mendalam, takut, dan menahan air mata, Rania berjalan menghampiri Airon.

“Masuk,” ucap Airon, menyuruh Rania masuk ke dalam bak mandi bersamanya.

“Kamu begitu menggoda, Rania,” Airon membelai wajah Rania saat gadis itu sudah berada di air hangat bersamanya.

Perlahan, Airon mulai menyatukan dirinya dan Rania, penuh kenikmatan. Rania merasa sangat malu pada dirinya sendiri, pada Tuhan, karena perbuatan yang ia anggap terlarang ini. Namun, ia tahu, ini adalah harga yang harus ia bayar pada Airon, sebagai imbalan atas pembebasan yang ia dapatkan dari laki-laki itu. Harga sebuah kebebasan adalah pengabdian.

1
Bintang Nabila
bagus sih ini. kita kayak nonton drama, aku bisa bayangin adengannya. untuk author keren sih
Lingga Ganesa
mantappuuuuuu thorrrrrrr
Ririn Wati
Good novel thor
Syifa Nabila
Keren sih ini
Bestreetg
karya author is the best
Lela Alela
🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Delisa
Bagus banget jalan ceritanya kak author
Delisa
Bagus banget jalan ceritanya kak author
partini
ya kalau dah merasa kamu sebagai asisten ya harus menjaga dong ,be smart don't be stupid lah Edgar
masa tangan kanan ga punya rencana 🤦🤦
Ariany Sudjana
apapun yang terjadi Rania, tetap percaya sama Airon, apalagi sudah ada calon pelakor hadir di kantor
Ariany Sudjana
puji Tuhan, hubungan Rania dan Airon sudah lebih baik dan mereka saling mencintai 😄
partini
ko sama Thor
Ariany Sudjana
ini gimana sih penulisnya, bab 21 dan 22, kok sama isinya? hanya sedikit beda di akhir
Ariany Sudjana
semoga Rania tetap sabar yah mendampingi Airon, apalagi sekarang pelakor murahan sudah muncul, pasti akan selalu meneror Riana
Ariany Sudjana
foto itu foto masa kecil Airon dan Rania yah?
partini
ini Casanova patah hati karena wanita weleh 😂😂😂😂
partini
apa Arion Suka lobang sana sini yah 🙄agak lupa TK kira dia frustasi Karnena di tinggal cewenya
partini
pawangnya di temukan kuntinya berdatangan 😂😂😂
Mayya
Best sih menurut aku
Delila
Good banget ceritanya Thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!