NovelToon NovelToon
MANTAN TENTARA BAYARAN: SEORANG MILIARDER 2

MANTAN TENTARA BAYARAN: SEORANG MILIARDER 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mata-mata/Agen / Trauma masa lalu / Action / Crazy Rich/Konglomerat / Kaya Raya / Balas Dendam
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Setelah menumbangkan Tuan Tua, James mengira semuanya sudah selesai. Namun, di akhir hidupnya, pria itu justru mengungkapkan kebenaran yang tak pernah James duga.

Dalang di balik runtuhnya keluarga James bukanlah Tuan Tua, melainkan Keluarga Brook yang asli.

Pengakuan itu mengubah arah perjalanan James. Ia sadar ada musuh yang lebih besar—dan lebih dekat—yang harus ia hadapi.

Belum sempat ia menggali lebih jauh, kemunculan lelaki tua secara tiba-tiba:
Edwin Carter, penguasa Pulau Scarlett yang ternyata adalah ayah kandung Sophie.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

FAMILIAR??

Aula lelang itu berkilau oleh antisipasi saat sang pembawa acara mengangkat tangan memintakan keheningan. Lampu sorot meredup dan terfokus pada sebuah dudukan tertutup yang digiring ke atas panggung. Kain penutupnya ditarik, menampilkan sebuah lukisan berbingkai.

"Ladies and gentlemen," suara pembawa acara bergema, "item pertama dalam lelang malam ini—The Final Horizon, karya terakhir dari pelukis ternama Armand Levieux. Ini dilukis pada hari terakhirnya, dari ranjang rumah sakit, dua puluh lima tahun yang lalu. Sebuah ungkapan terima kasih bagi mereka yang mendukungnya sepanjang hidupnya. Lukisan ini dianggap tak ternilai harganya, baik secara sentimental maupun harga."

Bisik-bisik menyebar di antara kerumunan. Para kolektor mencondongkan tubuh dengan penuh minat, bisikan beterbangan di udara.

"Penawaran akan dimulai dari dua ratus ribu dolar."

Seketika, papan-papan penawar terangkat.

"Dua ratus ribu," kata seseorang.

"Dua ratus lima puluh," sahut yang lain.

Dan kemudian,

"Tiga ratus."

"Tiga ratus lima puluh."

Angka-angka itu naik cepat. Para penggemar seni saling berebut.

Akhirnya, palu diketuk. TERJUAL—dengan harga hampir delapan ratus ribu dolar. Tepuk tangan menggema di seluruh ruangan.

James bersandar di kursinya sambil tersenyum tipis. "Syukurlah aku bukan kolektor. Siapa yang mau menghabiskan uang sebanyak itu untuk sebuah lukisan?"

Clara terkekeh pelan, matanya berkilat. "Orang-orang yang melihat seni sebagai investasi, kurasa."

Item kedua dibawa masuk—sebuah topeng emas upacara dari kerajaan Timur kuno. "Sebuah artefak yang digunakan dalam penobatan kerajaan berabad-abad lalu," ujar pembawa acara. Kerumunan kembali aktif, menawar dengan sengit sampai topeng itu jatuh ke tangan seorang pembeli bertopeng.

Item ketiga menyusul, sebuah biola langka yang pernah dimainkan komposer terkenal. Aula seakan bergetar ketika senarnya dimainkan singkat, resonansinya menggema seperti sejarah itu sendiri. Biola itu terjual dengan harga menakjubkan.

Lalu datang item keempat.

Sebuah kotak beludru kecil dan sederhana dibawa ke panggung. Pembawa acara membukanya, menampilkan satu set kunci tua yang berkarat, tersusun rapi di atas sutra merah.

"Ladies and gentlemen," suara pembawa acara berubah menjadi penuh misteri, "item keempat malam ini. Satu set kunci yang ditemukan enam puluh tahun lalu di reruntuhan istana tua di sebelah tenggara. Sampai hari ini, tidak ada catatan yang mengungkap apa yang bisa mereka buka. Mereka tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan. Penawaran awal dimulai dari dua puluh ribu dolar."

Kerumunan bergumam. Ada yang tertawa kecil. Ada yang tampak tidak terkesan.

"Dua puluh satu ribu," gumam seorang pria dengan malas.

"Dua puluh tiga ribu," sahut yang lain.

Dan kemudian hening. Tak ada yang tampak benar-benar berminat.

Di balkon atas, mata James tiba-tiba berbinar. Tubuhnya tegak seolah ia mengenali sesuatu yang tidak dilihat orang lain.

Clara menoleh padanya, alisnya berkerut. "James? Ada apa?"

James tidak menjawab langsung. Ia hanya mengangkat papan penawar.

"Lima puluh ribu."

Kejutan menyebar cepat di aula. Kepala-kepala menoleh ke arah balkonnya. Bisik-bisik mulai bermunculan.

"Apa dia gila?"

"Lima puluh ribu untuk kunci tua yang tidak berguna?"

"Kunci itu sudah diuji bertahun-tahun—mereka tidak membuka apa pun."

"Tapi dia orang di balik Brook Enterprises, kan... Mungkin dia memiliki alasan. Mungkin dia tahu sesuatu yang tidak kita tahu."

Bahkan Silvey Brook, yang duduk di seberang aula, mencondongkan tubuh dengan mata yang menyipit. Bibirnya melengkung tipis. "Jadi... kau ada di situ. Dan apa yang sebenarnya kau inginkan dari kunci-kunci itu, sepupu?"

Penawaran segera ditutup. Palu diketuk. TERJUAL—dengan harga lima puluh ribu dolar kepada Tuan Brook.

Pembawa acara tersenyum sopan. "Selamat kepada Tuan Brook."

James bersandar kembali dengan senyum puas, kilatan halus tampak di matanya. Clara masih menatapnya dengan rasa ingin tahu.

Ia hanya bergumam pelan, seolah berbicara kepada dirinya sendiri. "Kunci-kunci itu..."

Clara mendekat, suaranya rendah namun penasaran. "Sebetulnya apa itu, James?"

James memutar kotak beludru kecil di tangannya, logam kunci-kuncinya berkilau samar di bawah cahaya balkon. Ia tersenyum, tetapi jawabannya menghindar. "Kunci ini tidak berguna untukku. Tapi aku tahu seseorang yang pasti menginginkannya."

Di balkon lain di seberang, Antonio VK mencondongkan tubuh di kursinya, satu tangan terkulai santai di atas sandaran beludru, senyum sinis muncul di bibirnya. Matanya yang tajam memperhatikan balkon James. "Siapa pemuda itu? Kenapa dia terlihat begitu familiar..." Pandangannya bergeser sedikit, melihat Silvey Brook yang duduk di balkon sebelah kirinya. "Brook? Apakah dia... ada hubungan dengannya?"

Telinga Silvey menangkap bisik-bisik kerumunan. Ia tidak bergeming, tetapi ekspresinya mengeras sejenak sebelum kembali tenang.

Diane yang duduk di sebelahnya mendekat dan berbisik, "Nona Silvey, orang-orang sudah mulai membicarakannya."

Jari-jari Silvey menggenggam papan penawarnya sedikit lebih kuat. "Biarkan saja," gumamnya pelan, tatapannya terkunci pada balkon tempat James duduk.

Lelang terus berlanjut. Satu item demi satu item naik ke panggung.

Koleksi koin kuno yang dikatakan milik dinasti yang telah hilang—terjual kepada penawar virtual dari luar negeri.

Sebuah pisau berhiaskan zamrud—Antonio VK mengangkat papan penawarnya tanpa ragu dan langsung mendapatkannya, membuat kerumunan terpesona.

Sebuah kalung mutiara yang pernah dimiliki seorang permaisuri terkenal—Silvey sendiri memasang tawaran terakhir dan mendapatkannya, kehadirannya membuat seluruh ruangan terpikat.

Aula menjadi tegang saat layar di panggung berubah kembali. Suara pembawa acara lebih dalam dan dramatis.

"Ladies and gentlemen, barang terakhir dalam pelelangan besar malam ini..."

Tirai beludru di sisi panggung terbuka. Dua penjaga mendorong masuk sebuah kotak kaca berpengaman tinggi.

Desahan dan bisikan langsung menyebar di seluruh ruangan.

"Permata legendaris," ujar sang pembawa acara, suaranya naik, "Heart of the Frost Queen."

Aula itu langsung hening saat cahaya kebiruan dari berlian itu berpendar, memikat setiap pasang mata di ruangan.

"Konon ditemukan jauh di Antartika oleh para penjelajah beberapa puluhan tahun lalu, disimpan selama bertahun-tahun di Museum Brightvale... Dan malam ini, untuk pertama kalinya, mahakarya ini dibuka untuk pelelangan."

Suasana berubah—tegang. Para taipan kaya, pejabat asing, kolektor, dan para pemain kekuasaan duduk lebih tegak di kursi mereka.

James pun sedikit condong ke depan di kursi balkonnya, matanya menyipit saat berlian itu membiaskan cahaya ke seluruh ruangan.

Pembawa acara mengangkat palunya. "Pelelangan dimulai dari satu juta dolar."

Ruangan langsung bergemuruh.

Tirai beludru terbuka lebih lebar, dan kotak yang membawa berlian legendaris itu berhenti tepat di bawah sorotan lampu di tengah panggung. Desahan kagum naik di seluruh aula.

Di sana—Heart of the Frost Queen.

Bisikan memenuhi ruangan.

"Itu Heart of the Frost Queen..."

"Lihat kilauannya, hampir tidak terlihat nyata."

"Mereka mengatakan para penjelajah yang menemukannya tidak hidup lama setelah itu—mereka menyebutnya terkutuk."

"Terkutuk atau tidak, tetap saja tidak ternilai."

Di balkon pribadi, Clara condong ke depan, matanya berkilau. "Cantik sekali..." bisiknya.

James bersandar, tatapannya tajam dan penuh perhitungan. Ia mempelajari bukan hanya berliannya, tapi juga reaksi orang-orang—kelaparan di mata Antonio VK, ketenangan di wajah Silvey Brook, tekad keras dari para penawar virtual di layar.

"Ada sesuatu dari berlian itu," kata James akhirnya. Jari-jarinya mengetuk sandaran kursi. "Kalau kita menaruhnya di toko kita—dipamerkan dari satu lokasi ke lokasi lain—itu akan menarik perhatian besar. Daya tarik seperti itu akan melonjakkan reputasi brand perhiasan kita."

Clara menoleh cepat padanya, mengangguk. "Benar. Itu akan meningkatkan penjualan kita secara signifikan. Orang-orang akan berbondong-bondong datang hanya untuk melihatnya."

Bibir James melengkung dalam senyum tipis. Matanya tidak lepas dari permata itu saat ia berbicara. "Kalau begitu, kita akan mendapatkannya. Bagaimanapun caranya."

Di atas panggung, pembawa acara mengangkat palu, "Ladies and gentlemen, pelelangan Heart of the Frost Queen dimulai sekarang. Harga awal satu juta dolar."

Tangan-tangan langsung terangkat.

"Dua juta dolar." Suara Antonio VK memotong kerumunan. Ia tidak ragu, tidak berkedip. Taipan itu bersandar santai di kursinya, dikelilingi para wanita dan pengawalnya.

"Dua koma satu juta dolar." Angka itu datang dari salah satu layar besar di sisi, penawar virtual dari luar negeri, suaranya menggema di seluruh ruangan.

"Tiga juta dolar." Suara itu tegas. Semua kepala menoleh saat Silvey Brook mengangkat papan tawarannya.

Diane di sampingnya. Bisikan kembali memenuhi udara. ‘Apa dia menawar melawan VK?’

"Tiga koma lima juta dolar," seru penawar lain dari lantai bawah.

Senyum Antonio VK melebar, tetap santai. Ia mengangkat papan tawarannya dengan gerakan malas. "Lima juta dolar." Suaranya seperti palu menghantam ruangan.

Kerumunan kembali bergemuruh. Lima juta sekaligus—itu langsung membungkam para pemain kecil.

Orang-orang berbisik dengan cemas.

"Itu Antonio VK..."

"Lima juta seperti uang receh."

"Tidak ada yang bisa melawan itu."

Bahkan pembawa acara sempat berkedip kaget sebelum kembali tenang. "Lima juta dolar dari Tuan VK. Apakah ada yang lebih tinggi?"

Ruangan mulai sunyi. Banyak yang melirik ke arah balkon pribadi tempat James duduk, bertanya-tanya apakah ia akan berani masuk ke medan perang harta seperti ini.

Clara menoleh padanya, gugup tapi berharap. "James... lima juta itu sudah..."

Namun James tidak bergerak. Ia membiarkan keheningan mengulur. Ia mengamati rasa puas di wajah VK, kegelisahan dari para penawar yang sudah menyerah. Ekspresinya tetap tak berubah.

Lalu, perlahan, ia mengangkat papan tawarannya.

Mata pembawa acara membesar saat membaca angka itu. Seluruh aula berubah, gelombang bisikan menyapu kerumunan. Semua kepala sontak menoleh kearah balkon.

Clara terbelalak, hampir tercekik napas karena kaget.

James Brook baru saja memasang tawaran yang membuat seluruh ruangan membeku tak percaya.

1
Noer Asiah Cahyono
lanjutkan thor
MELBOURNE: selagi nunggu bab terbaru cerita ini
mending baca dulu cerita terbaruku
dengan judul SISTEM BALAS DENDAM
atau bisa langsung cek di profil aku
total 1 replies
Naga Hitam
the web
Naga Hitam
kamuka?
Naga Hitam
menarik
Rocky
Karya yang luar biasa menarik.
Semangat buat Author..
Noer Asiah Cahyono
keren Thor, aku baru baca novel yg cerita nya perfect, mudah di baca tapi bikin deg2an🥰
MELBOURNE: makasihh🙏🙏
total 1 replies
Crisanto
hallo Author ko menghilang trussss,lama muncul cuman up 1 Bab..🤦🙏
Crisanto: semangat Thor 🙏🙏
total 2 replies
Crisanto
Authornya Lagi Sibuk..Harap ngerti 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!