NovelToon NovelToon
Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romantis / Epik Petualangan / Reinkarnasi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.

Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.

Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 : Pertarungan Sengit dengan Ratu Laba Laba Putih

Laba-laba putih raksasa itu mengayunkan salah satu kakinya yang tajam seperti tombak, menciptakan celah besar di tanah ketika menghantamnya. Cang Yan melompat ke samping dengan lincah.

Xue Er berusaha menyerang dari sisi lain, tetapi laba-laba itu bergerak terlalu cepat.

"Aku akan mengalihkan perhatiannya senior,"  teriak Xue Er, meskipun wajahnya penuh ketakutan.

Cang Yan mengangkat tangannya, menghentikan langkah Xue Er. "Tidak perlu. Ini bukan sesuatu yang bisa kau hadapi sekarang."

"Tapi Senior, aku hanya ingin membantu..." suara Xue Er terdengar putus asa.

"Carilah tempat aman sekarang," perintah Cang Yan.

Xue Er terdiam sejenak hatinya dipenuhi keraguan. Namun, melihat tatapan tegas Cang Yan, ia tidak punya pilihan selain mematuhinya. Dengan berat hati, ia melangkah mundur mencari tempat aman di balik bebatuan besar yang cukup jauh dari pusat pertempuran.

Sambil bersembunyi, Xue Er menatap ke arah Cang Yan yang berdiri kokoh di hadapan Ratu Laba-Laba Putih. Rasa bersalah menyelimutinya. "Apa yang telah kulakukan? Apakah aku salah mengambil keputusan hari ini? Tapi... jika aku tidak melakukannya, apa yang akan terjadi pada Ayah?" 

Namun melihat Ratu Laba-Laba Putih yang penuh kekuatan dan sosok Cang Yan yang harus menghadapi bahaya ini demi dirinya, Xue Er merasa dirinya telah menyeret senior itu ke dalam masalah besar.

Cang Yan yang kini berdiri seorang diri melangkah maju. Energi spiritualnya memancar begitu kuat hingga terasa menekan.

Pedang di tangannya perlahan bersinar dan cahaya keemasan memancar dari bilahnya. Pola-pola rumit yang tampak seperti ukiran kuno mulai muncul di permukaan pedang.

Cang Yan memejamkan matanya sejenak, Ketika ia membuka matanya kembali tatapannya penuh determinasi.

"Sudah lama aku tidak menggunakan teknik ini," gumamnya pelan, "Teknik pedang pertama yang aku ciptakan saat aku masih menjadi ahli pedang pemula."

Dengan gerakan yang penuh kekuatan, ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Cahaya keemasan yang terpancar dari bilah pedangnya membelah kegelapan di sekitarnya. Energi spiritual mulai terkonsentrasi di ujung pedang, menghasilkan suara mendesing yang tajam.

Ratu Laba-Laba Putih mulai menunjukkan tanda-tanda kewaspadaan. Mata merahnya yang besar menatap Cang Yan dengan kebencian. Ia tahu manusia di depannya bukan lawan sembarangan.

Cang Yan menginjakkan kakinya ke tanah, dengan kekuatan yang luar biasa ia menciptakan celah kecil pada permukaan bebatuan. Suaranya bergemuruh membuat lingkungan sekitar bergetar.

Dengan satu gerakan cepat ia mengangkat pedangnya, memulai teknik pedang yang telah lama ia ciptakan namun jarang digunakan, 'Teknik Pedang Tanpa Bentuk.'

Angin mendadak berputar liar di sekelilingnya, membawa serpihan-serpihan dedaunan yang beterbangan di udara. Pedang itu menyerang seperti angin tanpa pola yang jelas, sedangkan cahaya keemasan dari pedangnya memancarkan kilatan yang tidak bisa diprediksi, membuat Ratu Laba-Laba Putih itu semakin waspada.

Dengan kecepatan yang luar biasa Cang Yan meluncur ke depan, Serangan pertamanya meluncur tajam ke arah salah satu kaki Ratu Laba-Laba Putih.

Makhluk itu dengan cepat mengangkat kakinya menghindari serangan Cang Yan, tetapi tanpa diduga kilatan kedua datang dari arah berlawanan dan memotong salah satu ujung kakinya.

Ratu Laba-Laba Putih mengeluarkan jeritan melengking yang menusuk telinga. Tubuhnya melompat mundur kemudian mengangkat kakinya yang tersisa untuk bertahan.

Dengan marah, ia mengeluarkan serangkaian serangan berbentuk jaring tebal dari mulutnya dan melesat cepat ke arah Cang Yan.

Namun, Teknik Pedang Tanpa Bentuk tidak hanya menyerang tanpa pola, teknik ini juga memberikan perlindungan tak terlihat. Setiap helai jaring yang mendekat hancur begitu saja, tercabik cabik oleh angin tajam yang berputar di sekitar Cang Yan.

Xue Er, yang bersembunyi di balik batu besar, tidak bisa mengalihkan pandangannya dari medan pertempuran. Mata gadis itu membelalak karena terkejut menyaksikan sosok Cang Yan yang tampak seperti dewa pedang.

"Apakah ini kekuatan senior itu yang sebenarnya?" pikirnya dengan keterkejutan yang sulit ia sembunyikan.

Pertempuran terus berlangsung dengan intensitas yang semakin meningkat. Ratu Laba-Laba Putih mulai mengerahkan kekuatannya yang sebenarnya. Hawa dingin memancar dari tubuhnya menciptakan lapisan es di tanah di sekitarnya.

Setiap langkah makhluk itu membuat medan pertempuran menjadi semakin berbahaya, sedangkan jaring-jaring yang ia lepaskan kini tidak hanya tajam tetapi juga dipenuhi racun mematikan.

Cang Yan tetap tenang, ia mengandalkan instingnya yang tajam dan teknik pedangnya yang tanpa celah. Setiap gerakannya mengandung presisi yang sempurna.

Serangannya tidak hanya menyerang tubuh, tetapi juga mengguncang energi spiritual Ratu Laba-Laba Putih. Namun, meskipun beberapa kaki makhluk itu telah terluka, ia tetap berdiri kokoh.

Tiba-tiba, Ratu Laba-Laba Putih memusatkan energi spiritualnya untuk melakukan serangan besar. Tubuhnya memancarkan cahaya ungu yang menyeramkan, dan seekor ilusi laba-laba raksasa muncul di belakangnya.

Cahaya ungu itu meledak, menciptakan gelombang kejut yang menyapu seluruh area pertarungan. Xue Er harus berpegangan erat pada batu di depannya agar tidak tersapu oleh gelombang tersebut. Ia menatap ke depan dengan perasaan campur aduk antara ketakutan dan kekaguman.

Di tengah gelombang energi yang menghancurkan itu, sosok Cang Yan berdiri dengan mantap, meski tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Ia memegang pedangnya dengan erat, cahaya keemasan di bilahnya mulai meredup. Namun, di matanya tidak ada sedikit pun keraguan.

Tiba-tiba, suara yang dalam dan tenang bergema di pikiran Cang Yan. Itu adalah suara Huang Long. "Tuan, kekuatan Ratu Laba-Laba ini telah mendekati tahap awal Transformasi Jiwa," kata Huang Long dengan nada serius.

Cang Yan mengerutkan alisnya mendengar pernyataan itu. "Sepertinya aku harus mencoba menggunakan kekuatan Esensi Jiwa Langit," gumamnya dengan suara pelan.

Tangannya perlahan bergerak ke arah dadanya, Xue Er yang menyaksikan dari jauh merasakan dadanya berdetak lebih kencang. Ia bahkan tidak sadar bahwa ia menahan napas.

"Senior...?" seru Xue Er dengan nada takut, suaranya sedikit gemetar.

Cang Yan menutup matanya kemudian menarik napas dalam-dalam. Pusaran energi di sekitarnya mulai berubah perlahan tapi pasti. Saat ia membuka matanya lagi tatapannya tidak lagi seperti sebelumnya.

Mata itu kini menyala dengan cahaya keperakan yang menyilaukan. Pusaran Esensi Jiwa Langit berputar kencang di dalam tubuhnya, menyerap energi dari tubuh, udara dan tanah di sekitarnya.

Energi itu berkumpul di satu titik, menciptakan tekanan yang begitu kuat sehingga tanah di bawahnya mulai retak.

Pedang Huang Ming Jian yang sebelumnya memancarkan cahaya keemasan lembut kini berubah. Bilahnya bersinar dengan perpaduan warna perak dan emas.

Cang Yan memegang gagang pedangnya dengan erat, kemudian merasakan kekuatan yang mengalir deras dalam tubuhnya. Energi ini begitu hangat, namun juga penuh kekuatan yang hampir tidak bisa ia kendalikan.

"Luar biasa... Ini adalah kekuatan Esensi Jiwa Langit. Jika aku memiliki kekuatan ini saat di puncak kultivasiku dulu, semua pasti akan tunduk sama pedangku.."

Cang Yan langsung mengangkat pedangnya, energi di sekitar tubuhnya mengalir ke dalam bilah itu, menciptakan tekanan yang membuat udara di sekitar bergetar.

Namun, sebelum ia sempat melancarkan serangan, kabut tebal tiba-tiba menyelimuti medan pertempuran.

Kabut itu begitu padat hingga bahkan energi spiritualnya kesulitan menembusnya. Suasana berubah sunyi, kecuali suara desisan halus yang terdengar seperti bisikan makhluk tak kasatmata.

Xue Er yang berada di kejauhan merasa semakin cemas. "Apa yang sedang terjadi? Apakah Senior dalam bahaya?" pikirnya, tubuhnya seketika bergetar.

1
Nanik S
bukankah Li Wei ada ditempat yang sama... kenapa tak ada yuh menyadari
Celestial Quill: harus di baca dulu bagian terakhir dari reinkarnasi dewa pedang abadi🤭
total 1 replies
Nanik S
Li Wei ternyata banyak gadis yang menunggu... gawat
Nanik S
lanjutkan Tor dan makin bagus
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Dominan Pedang
Nanik S
Laaaanhut
Nanik S
Teman makan teman
Nanik S
Good Joob
Nanik S
Beri saja Teknik dari langit
Nanik S
Siapa suruh mau membantu
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Cuuuuuus
Nanik S
Teruskan Tor
Nanik S
Mcnya kenapa begitu saja mau
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya menarik sekali
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Ceritanya Bagus Tor
Green Boy
Seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!