Clara yang kini hidup seorang diri, menerima penawaran pekerjaan sebagai mata-mata dari seorang temannya yang merupakan anak dari pemilik organisasi mafia dengan upah yang lumayan tinggi. Ia harus bertahan hidup dengan kerasnya dunia di usia muda.
Ibunya yang meninggal karena kecelakaan dan ayahnya yang cacat akibat kecelakaan itu, membuatnya harus mencari uang, hingga ayahnya juga menyusul ibunya 3 bulan kemudian, saat ia ingin memasuki SMA. Saat itulah kemudian ia menerima sebuah misi baru. Apakah ia akan berhasil menjalani misi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon intan maggie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Def dan ara yang menjadi sasaran dalam sebuah perburuan, segera berlari ke arah tangga darurat, tapi pintu menuju tangga darurat sudah terkunci.
"sial" ucap def, kemudian berlanjut pergi lagi, tapi orang-orang di dalam ruangan sudah berhamburan kemana-mana.
Mereka melewati sela-sela antara mobil dan motor agar tidak terlihat dengan berjalan jongkok.
"assasin itu benar-benar gila, dia menjadikan kami seperti hewan buruan, bagaimana caranya keluar dari sini?" pikir ara.
Def melihat ke arah jam tangannya, "sejam ya" pikir nya.
Dorr.. Dorr suara tembakan mengarah pada mereka beberapa kali yang masih di sekitar mobil dan motor.
"bodoh! lo pengen buat basement ini meledak" seru seseorang.
def melihat sebuah tiang besar didekat parkiran, ia segera menaiki tiang itu bersama ara.
Tanpa ada yang menyadari, mereka berjalan di langit-langit untuk sementara waktu sambil mencari jalan keluar.
"sial, apakah ada jalan keluar lain? Atau gua akan mati disini?" pikir def.
beberapa detik kemudian def melihat secercah harapan saat melihat mobil dan motor itu "jika ada mobil dan motor berarti ada jalan masuk selain tangga darurat, tapi dimana?"
"Mereka di langit-langit" seru seseorang, membuat banyak mata melihat ara dan def kembali.
Dor... Dorr.... Suara tembakan kembali menyerang mereka, bersyukur hanya beberapa orang yang memiliki senjata api, sisanya kebanyakan menggunakan pisau.
Sat... Ada pisau melesat cepat dan hampir mengenai ara, def menariknya sedikit.
"kita harus cepat" sahut def yang terus merangkak di dinding langit-langit basement, begitu juga ara.
"itu dia" seru def yang melihat jalan keluar basement yang cukup untuk 2 mobil.
Def turun dari langit-langit diikuti ara, mereka berlari menyusuri lorong itu, sambil dikejar oleh banyaknya orang.
tapi sudah ada yang menunggu di lorong itu beberapa orang.
"terus lari!" seru def kepada ara saat itu akan menghadapi beberapa orang.
def terpaksa berkelahi dengan beberapa orang, saat beberapa orang itu sempat menjauh karena pukulannya, def berlanjut lari sebelum makin banyak yang sampai.
"sebenarnya sepanjang apa lorong ini" ucap ara yang terus berlari di depan def, beberapa kali menengok ke belakang, namun def belum juga menyusulnya.
"cepat!!" seru suara def, walau belum terlihat, tapi menjalar di sepanjang lorong, sudah 3 menit berlari, namun belum terlihat ujungnya.
Setelah 2 menit lagi berlari ujung jalan sudah terlihat,
"syukurlah" ucap ara dalam hati, dengan napas yang sudha terengah-engah.
Saat keluar lorong, ini tidak diluar, melainkan seperti sebuah ruangan besar, dengan pintu yang cukup untuk 2 mobil, ara keluar ruangan besar itu.
"bagasi, cerdas sekali" ucap ara.
Tak lama def juga keluar dari lorong, dan masih terus berlari, namun tangan kanannya mengalir darah dari sebuah luka gores yang cukup panjang dan dalam. ara melepaskan pakaian seragam sekolahnya, kemudian mengikatkannya pada luka itu dengan cepat, menyisakan tanktop yang hanya digunakannya.
"terima kasih, tapi kita masih harus menjauh" ucap def.
"harusnya gua yang bilang begitu bodoh.. Ayo" balas ara, kemudian menarik tangan ray, untuk berlari.
Bagaimanapun def terlihat lebih lelah, karena dia juga harus menghadapi beberapa orang.
Keluar dari gerbang bagasi, terdapat sebuah restoran, ara berlari ke arah sana.
"jangan ke restoran itu, ini masih wilayah mereka, sedikit lebih jauh" ucap def.
Ara mengubah haluan, tetap lari di tengah keramaian, berbelok-belok agar tidak mudah di deteksi, hingga masuk ke sebuah mall.
Mereka ke toko baju, berganti pakaian dan berada disana seperti orang-orang pada umumnya hingga satu jam kedepan.
Def menggunakan kaos oblong putih, jaket navy, sebuah topi putih dan celana pendek hitam selutut, sangat berbeda dari sebelumnya yang hanya menggunakan kaos oblong hitam dan celana jeans biru. Tua.
Sedangkan ara yang tadinya menggunakan rok abu-abu SMA nya dan tanktop, kini ia menggunakan sebuah blouse berwarna merah mudah dan rok selutut berwarna putih serta tas jinjing berwarna merah murah.
"sepertinya mereka sudah tidak mengejar kita lagi" ucap def setelah beberapa lama menghabiskan makanannya.
"maaf membuatmu terluka" ucap ara pelan merasa bersalah.
"bukan masalah, yang penting lo aman" balas def kemudian tersenyum kepada ara.
ara menunduk malu.
"gua menyukai sisi lembut def yang begini, tapi tidak suka saat dia memperlakukan gua seenaknya, menggunakan tubuh gua setiap kali ia menginginkannya, mau tak mau gua harus melakukannya dan tidak boleh menolak, hanya karena dia anak dari bos organisasi, jika menolak gua lah yang akan dihukum, seakan-akan dia mempunyai kuasa atas diri gua, terlebih lagi, gua tidak bisa lari, karena terikat kontrak seumur hidup sebagai mata-mata di organisasi nya, jika lari sama dengan mati, dunia ini sungguh gelap" ucap ara dalam hatinya.
"kenapa hidup gua bisa begini, ini terjadi sejak kedua orang tua gua kecelakaan, ayah langsung meninggal di kecelakaan itu, ibu cacat, mengharuskan gua mencari uang demi bertahan hidup bersama ibu, walaupun akhirnya 3 bulan kemudian ibu meninggal, tapi gua sudah terlanjur bergabung ke organisasi ini atas ajakan def, teman SMP ku, ia tau aku butuh uang untuk hidup, terutama untuk biaya rumah sakit saat ibu masih ada" ara dalam hatinya.
Tangannya menjadi gemetar, air matanya mulai sedikit berjatuhan.
"hey, ada apa?" tanya def setelah memegang tangan ara yang bergetar di atas meja.
Def mengangkat dan memegang kedua tangan ara, kemudian menatap ara dalam-dalam penuh perhatian.
"hey, its ok" ucap def lembut.
def mengambil tisu di meja, mengelap air mata di wajah ara.
"ah sial kenapa tiba-tiba gua memikirkan ini? Bukannya gua sudah terbiasa dengan kehidupan baru ini, mungkin gua sedikit lelah atas kejadian hari ini" ucap ara dalam hati menenangkan pikirannya sendiri.
"ayo pulang, lo butuh istirahat, sudah ada yang jemput di loby, mall juga sudah mau tutup" ucap def, kemudian berdiri.
Ara mengangguk, kemudian berdiri, mereka berjalan ke pintu masuk mall, masuk ke sebuah mobil yang sudah menjemput mereka.
mengantar ara terlebih dahulu, baru def.
Sesaat sampai di kamarnya, ara langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang.
"Ray, apa yang lagi lo lakuin sekarang? Apakah lo tau tentang kakak lo? Apakah lo lagi kesepian di apartemen sendiri? Ahh kenapa gua sekarang malah mikirin ray, laki-laki yang tidak bisa menjaga omongannya, sialnya lo benar ray gua seperti pelacur" ara hanyut dalam pikirannya sendiri, dan lagi-lagi air mata mulai membasahi matanya hingga mengalir di pipi dan membasahi bantalnya.
"entah kenapa gua jadi ingin lebih dekat dengan lo ray, gua ingin tau semua tentang lo, bukan karena misi, tapi dari hati gua yang paling dalam, lo berhasil buat gua nyaman, cara lo tertawa, cara lo tersenyum, tingkah aneh lo itu, dan terakhir menggoda ibu tiara hingga semarah itu tapi juga memohon, ahaha kalo dipikir-pikir dia lucu juga, entah apa yang membuat lo tidak ingin bu Tiara memberi tahu orang tau Lo akan tingkah Lo itu, ray biarin gua tau semuanya, walau pada ujungnya mungkin gua yang sakit hati" isi pikiran ara yang terus menghantuinya malam itu.
Ara sempat membuka matanya melihat ke arah jam di mejanya, jam 2 lewat 5 menit, "tidur woi tidur, besok sekolah.." Lagi-lagi ia mengisi pikirannya.