"Ma, Papa Anin masih hidup atau sudah pergi ke Sur_ga?" tanya bocah cantik bermata sayu yang kini berusia 5 tahun.
"Papa masih hidup, Nak."
"Papa tinggal di mana, Ma?"
"Papa selalu tinggal di dalam hati kita. Selamanya," jawab wanita bersurai panjang dengan warna hitam pekat, sepekat hidupnya usai pergi dari suaminya lima tahun yang lalu.
"Kenapa papa enggak mau tinggal sama kita, Ma? Apa papa gak sayang sama Anin karena cuma anak penyakitan? Jadi beban buat papa?" cecar Anindita Khalifa.
Air mata yang sejak tadi ditahan Kirana, akhirnya luruh dan membasahi pipinya. Buru-buru ia menyeka air matanya yang jatuh karena tak ingin sang putri melihat dirinya menangis.
Mendorong rasa sebah di hatinya dalam-dalam, Kirana berusaha tetap tersenyum di depan Anin.
Sekuat tenaga Kirana menahan tangisnya. Sungguh, ia tak ingin kehilangan Anin. Kirana hanya berharap sebuah keajaiban dari Tuhan agar putrinya itu sembuh dari penyakitnya.
Bagian dari Novel : Jodoh Di Tapal Batas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Kenzo Yudho Pamungkas
Di kota metropolitan kedua di Indonesia, tampak sebuah keluarga yang berisikan tiga orang yakni pria dewasa, wanita dewasa dan seorang bocah kecil laki-laki. Ketiganya sedang duduk di meja sarapan.
"Ayo Ken, buruan. Nanti papa terlambat kerjanya," tegur sang ibu dengan nada lembut pada bocah kecil bernama Kenzo Yudho Pamungkas.
Bukan ibu kandungnya, melainkan ibu tirinya. Namun sayangnya Kenzo tak tau jika wanita yang bersamanya sejak bayi hingga sekarang tersebut adalah ibu tirinya.
Yang Kenzo tau, wanita yang ia panggil 'bunda' tersebut adalah ibu kandungnya.
Semua atas permintaan Hana pada Aldo dan keluarganya. Awalnya Aldo menolak, karena bagaimana pun juga Kenzo berhak tau jika Kirana adalah ibu kandungnya.
Terlebih Aldo sudah melakukan tes DNA pada Kenzo dan hasilnya terbukti jika memang benar dirinya adalah ayah biologisnya.
Akan tetapi, Hana terus merengek pada Aldo untuk meminta hal yang sama agar dirinya yang dianggap ibu seutuhnya oleh Kenzo. Sampai-sampai Hana drop dan penyakitnya kambuh.
Hana terpaksa harus menjalani rawat inap selama dua minggu di rumah sakit kala itu. Aldo, Seno dan Dokter Heni pun akhirnya mengalah dan memenuhi permintaan Hana tersebut.
"Kenapa makannya sedikit, Sayang?" tanya Aldo pada Kenzo.
"Kenzo malas sekolah, Pa."
"Kenapa? Apa kamu sakit, Ken?" sahut Hana.
Dengan cepat Hana memeriksa dahi Kenzo dengan telapak tangannya. Namun ditepis kecil oleh Kenzo.
"Ken gak sakit, Bun!"
"Terus, kenapa gak mau sekolah?" tanya Hana kembali.
"Lagi malas,"
"Kenzo kan baru dua minggu masuk sekolah, masa udah mau bolos."
Ya, mereka bertiga baru saja pindah dari Jakarta ke Surabaya tiga minggu yang lalu.
Aldo memutuskan pindah ke Surabaya karena ia mendapat mutasi pekerjaan ke salah satu rumah sakit ternama di kota ini, sekaligus ada bisnis baru yang sedang dijalaninya dengan teman-teman semasa kuliahnya dulu yakni membuka sebuah cafe.
"Apa teman di sekolah baru ada yang nakal sama kamu?" pancing Hana.
Aldo memilih diam sembari menyimak obrolan Hana dengan putranya itu.
"Gak semangat sekolah saja, Bun."
"Alasannya apa?" desak Hana. "Coba kasih tau ke Bunda," imbuhnya.
"Temanku gak masuk udah seminggu ini. Aku jadi malas sekolah," jawab Kenzo.
"Apa dia teman barumu yang pernah kamu cerita kapan hari ke Bunda?" Kenzo pun menganggukkan kepalanya kecil.
"Siapa, Han? Apa kamu kenal teman baru Kenzo itu?" tanya Aldo.
"Aku belum pernah bertemu sih, Mas. Kenzo kan tiap hari antar jemput sama Pak Giri. Aku cuma tau namanya saja dari Kenzo,"
"Siapa namanya?"
"Anin,"
☘️☘️
Hana pun bercerita pada Aldo sesuai informasi Kenzo.
Ketika putranya itu baru pindah ke sekolah baru, ada teman sekelas Kenzo bernama Anin dengan ramah menyapanya duluan. Sedangkan teman-teman Kenzo yang lain bersikap biasa saja alias datar.
Oleh karena itu, Kenzo langsung merasa cocok berteman dengan Anin.
Aldo pun kini paham dengan apa yang terjadi pada Kenzo sampai-sampai putranya itu enggan masuk sekolah.
"Apa Kenzo tau, kenapa Anin gak masuk sekolah selama seminggu ini?" tanya Aldo pada sang putra.
Entah mengapa ada sejumput rasa aneh tak kasat mata yang seakan menyelinap masuk ke relung hati Aldo setelah ia mendengar cerita Kenzo tentang Anin yang diutarakan oleh Hana.
"Kata bu guru kemungkinan Anin sakit, Pa."
"Apa sakitnya serius?"
"Enggak tau, Pa."
"Mungkin sakit anak-anak, Mas. Kan akhir-akhir ini sering musim flu, jadi anak-anak gampang batuk pilek. Kalau udah kena bapil ke anak-anak, biasanya sampai beberapa hari bahkan seminggu lebih baru sembuh." Sahut Hana pada Aldo.
Lalu, Hana beralih pandang ke arah Kenzo sembari memasukkan kotak bekal ke dalam tas putra tirinya itu.
"Udah, kamu gak perlu cemaskan teman barumu itu Ken. Kalau dia sakit, kan sudah ada orang tuanya yang jagain. Ayo kamu sekolah, Nak."
"Anin gak punya papa, Bun."
Deg...
Seketika langkah kaki Aldo dan Hana yang hendak bangkit dari kursi makan, otomatis terhenti.
"Memang papanya ke mana? Apa sudah meninggal?" tanya Hana.
"Kata Anin, papanya masih hidup. Pas aku tanya papanya ada di mana, Anin bilang gak tau. Anin kangen sama papanya. Tapi, Anin gak bisa peluk papanya." Ujar Kenzo terdengar sendu.
Nyesss...
Hati Aldo mendadak perih mendengar cerita Kenzo tentang teman sekolahnya itu. Padahal ia belum pernah bertemu dengan bocah yang bernama Anin tersebut.
"Kamu doakan saja biar Anin cepat sehat, jadi dia bisa masuk sekolah lagi. Ayo Ken, Pak Giri udah nunggu tuh dari tadi di depan. Nanti kamu terlambat," titah Hana segera menarik lengan Kenzo dengan membawa tas dan perbekalan putra tirinya itu yang akan berangkat ke sekolah.
Setiap hari Kenzo berangkat sekolah di antar jemput pria paruh baya bernama Pak Giri yang bekerja sebagai sopir pribadi.
Sebenarnya jarak rumah mereka dengan sekolah Kenzo, tak begitu jauh. Jika berkendara hanya butuh waktu 7-10 menit saja.
Hana tak bisa mengendarai mobil maupun motor. Alhasil Kenzo diantar jemput oleh Pak Giri. Jika harus berjalan kaki dari rumah ke sekolah, Hana yang tak mampu.
Kakinya akan terasa ngilu dan sakit abila berjalan terlalu jauh atau berdiri terlalu lama. Sebab, salah satu kaki Hana yakni bagian kiri adalah kaki palsu. Cacat sejak lahir.
Dengan wajah ditekuk, Kenzo terpaksa berangkat sekolah.
"Biar hari ini aku yang antar Kenzo ke sekolah," ucap Aldo secara tiba-tiba.
"Apa kamu enggak telat, Mas?"
"Enggak. Masih cukup kok," jawab Aldo.
Kenzo pun akhirnya berangkat sekolah pagi ini dengan Aldo.
☘️☘️
Sedangkan di rumah sakit, Kirana baru saja selesai menyuapi Anin sarapan.
"Ma,"
"Iya, Sayang. Apa Anin perlu sesuatu?"
"Anin udah seminggu gak masuk sekolah,"
"Iya, Nak. Kan Anin lagi sakit terus kemarin malah kena serem_pet motor jadi opname. Wajar gak masuk sekolah dulu,"
"Anin dan Onty Aisha kemarin udah selesai buat tugas prakarya di rumah. Hari ini dikumpulin, Ma."
"Nanti Anin bisa kumpulkan tugasnya waktu masuk sekolah saja ya, Sayang." Bujuk Kirana.
"Gak mau, Ma." Rengek Anin. Kirana pun jadi tak tega melihatnya.
"Ya sudah, setelah ini mama ke rumah ambil prakarya Anin buat diserahkan ke bu guru. Mama juga sekalian izin kalau Anin masih sakit jadi gak bisa masuk sekolah dulu," ucap Kirana.
"Makasih, Ma." Anin langsung tersenyum sumringah seraya memeluk erat tubuh Kirana.
"Sama-sama, Sayang." Balas Kirana mendekap hangat malaikat kecilnya yang tengah terbaring sakit.
"Anin boleh minta sesuatu, Ma?"
"Minta apa, Sayang? Katakan saja pada mama,"
"Kalau mama bertemu Kenzo di sekolah, bilang saja Anin baik-baik saja."
"Kenzo? Siapa dia, Sayang?"
Bersambung...
🍁🍁🍁
/Sob//Sob//Sob/