Dona Agnesia dan Bayu Wirawan adalah sepasang kekasih yang gemar sekali berpetualang. Mereka ikut dalam klub pencinta alam di Kampus mereka. Mereka sudah bersama selama lima tahun, dan selama itu pula banyak gunung yang sudah mereka daki. Sampai pada akhirnya mereka memilih untuk mendaki Puncak Cartenz, salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Pada akhirnya keinginan mereka pun tercapai, tapi di Gunung itu pula akhirnya kisah Cinta mereka harus dipisahkan oleh kematian. Sang kekasih hati pergi untuk selama- lamanya dalam pelukan Cartenz. Apakah Dona bisa menerima kepergian sang Kekasih? dan apakah Dona bisa membuka hatinya untuk Cinta yang baru. baca terus kelanjutan ceritanya hanya di NT.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. HANYA KENANGAN
CITTT.....
"APA...??"
Aku kaget sekali karena Bayu mengerem mobilnya secara mendadak.
"Benarkah yang kamu katakan itu, Dona?" tanya Bayu dengan wajah yang terkejut dan juga sedih.
"Iya, apa yang aku katakan itu benar! tapi, itu semua hanya masa lalu untukku."
"Mungkin buatmu itu adalah masa lalu. Tapi, apakah George juga berpikir yang sama sepertimu?" ucap Bayu dengan menatap mataku lama.
Uhh... aku mendengar suara desah nafas dari Bayu yang aku rasa itu adalah desah nafas kekecewaan.
"Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang, Dona?" tanya Bayu lagi.
"Karena, memang aku baru tau kalau kak George itu ternyata teman masa kecilku." Aku tidak mau bilang kata cinta pertama lagi, aku tidak mau Bayu sedih.
"Aku antar kamu pulang." Ucap Bayu tanpa menoleh lagi kepadaku. Dan selama perjalanan ke rumahku pun Bayu tidak berbicara sepatah katapun lagi dengan diriku sampai pada akhirnya sampailah di depan rumah.
"Terimakasih Bayu karena telah mengantarkan aku dengan selamat dan terimakasih juga dengan makan malamnya." Pamitku.
"Iya, sama-sama!" setelah aku turun dari mobil, Bayu langsung mengendarai mobilnya tanpa basa-basi lagi denganku.
Aku tau Bayu pasti kecewa denganku saat ini. Tapi, mau bagaimana lagi lebih baik aku jujur dari sekarang daripada nantinya Bayu tau dari mulut orang lain.
Setelah itu aku pun langsung masuk ke dalam rumah, karena aku pun sudah merasa sangat lelah.
***
POV BAYU
Aku sangat terkejut ketika mendengar dari Dona, kalau ternyata dia dan kak George sudah kenal lama dan aku juga kaget ketika tau kalau kak George adalah cinta pertama Dona.
Aku terkejut dan pastinya kecewa! kenapa Dona baru mengatakannya sekarang, disaat aku sudah mau menjalani hubungan ini dengan serius. Walaupun Dona mengatakan George hanyalah masa lalunya, tapi aku tidak yakin dengan George? Aku melihat bagaimana tadi perlakuan dan juga tatapan George kepada Dona.
Iya, disaat George ingin menarik kursi dan minta Dona duduk di sebelahnya aku sangat kaget dan juga curiga. Walaupun mama Dinda berusaha menetralkan suasana, di situ aku melihat kalau tatapan mata George kepada Dona sangat berbeda, seperti tatapan mata yang mengandung kerinduan dan juga cinta.
Pada akhirnya aku dilema, apakah aku pantas untuk merebut Dona dari George? Apakah aku tega menyakiti perasaan George yang sudah begitu menyayangi dan juga menjagaku dari kecil.
Akhhh..... aku memukul setir dengan sangat kencang. Aku marah, kecewa, dan juga sedih.
Aku melihat handphoneku berbunyi, dan ternyata Dona yang menelponku tapi saat ini aku belum mau berbicara dengannya. Aku harus meluruskan masalah ini terlebih dulu dengan George. Aku pun mematikan handphoneku supaya Dona jangan menghubungiku dulu.
"Maafkan aku Dona, aku sangat mencintaimu tapi saat ini aku harus berbicara terlebih dahulu dengan kakakku."
Aku pun segera mengendarai mobilku menuju rumah untuk menemui George.
***
KEDIAMAN BAYU
"Selamat malam pa, ma?"
"Malam sayang, kamu sudah kembali?" tanya mama Dinda.
"Iya ma! Oh iya ma, dimana George?"
"Dia ada di kolam renang, nak!" ucap papa.
Aku pun segera menyusul George di kolam renang belakang rumahku, disana aku melihat George sedang berenang.
Yang aku tau jika George berenang malam-malam begini, itu pastinya dia sedang ada masalah atau ada hal berat yang sedang dipikirkannya.
"Woiii, lu berenang malam-malan begini pasti karena ada masalah ya?"
"Ehh, kamu Bay! Kamu udah balik aja?" tanya George dari dalam kolam.
"Iya, gue udah balik! Lagian udah malam juga, gak enak kalau masih harus bertamu di rumah Dona. George, naik deh lu? udah malam gini, ntar sakit lagi!" Ucapku sambil berusaha menahan ketidak sabaranku untuk mencari tau semuanya tentang George dan juga Dona.
Tidak lama akhirnya George pun naik ke atas lalu menggunakan jubah handuknya dan duduk di sebelahku. Aku masuk ke dalam memanggil mbok Ira untuk membawakan kami berdua teh panas.
"George, ada yang mau gue omongin sama lu?" ucapku dan George pun memandangku dengan mengangkat sebelah alisnya.
"Wah... kayaknya serius banget sih? Emangnya kamu mau omong apa?" tanya George.
Baru saja aku mau bertanya mbok Ira sudah datang membawakan dua teh panas dan juga kue coklat kesukaan kami berdua, jadi aku berdiam diri dulu.
Malam-malam begini masih juga dikasih cemilan, heran deh si mbok ini? Pasti mama Dinda yang suruh untuk bawain kue ini.
Setelah kepergian mbok Ira, aku pun memandang George.
"Kenapa sih elu gak pernah jujur sama gue?"
"Jujur! jujur tentang apa?" tanya George sambil meniup tehnya dan meminumnya.
"Jujur kalau sebenarnya elu adalah cinta pertamanya Dona." Ucapanku membuat George kaget sampai menyemburkan air tehnya itu.
Puffftttt.....
"Kamu tau dari mana?" tanyanya balik.
"Dona sendiri yang omong sama gue tadi pas gue nganterin dia pulang."
"Buat apa juga aku kasih tau kamu, Bay? Gak penting itu! Dona hanyalah kenangan buat aku. lagian aku udah anggap dia seperti adek aku sendiri." Jawab George sambil tertawa.
"Lu yakin gak penting?" tanyaku lagi.
"Iya, gak penting." Jawab George dengan tegas.
"Gak penting buat elu, tapi penting buat gue!" kali ini aku mengeraskan suaraku.
"Apa maksud elu, Bay?" Jawab George yang sepertinya sudah mulai emosi.
"Lu jangan buat gue seperti orang yang jahat. Lu tinggal bilang kalau lu masih cinta dia, dengan begitu gua bisa ikhlas, Ge. Gua gak mau jadi orang yang menghancurkan hati saudaranya sendiri." Ucapku kali ini dengan lebih lembut.
"Ahh... Bay, gue udah yakinkan diri gue bahwa Dona itu hanya masa lalu buat gue! dan mama pun tadi omong sama gue kalau Dona itu cinta dan sayang sama elu, Bay! Bahkan dia lebih memilih elu daripada gue. Udahlah Bay, jalani kehidupan kamu dengan Dona. Karena saat ini yang ada di hatinya itu bukan aku tapi kamu. Tadi dia nelepon gue, tanyain elu udah sampai rumah atau belum? kayaknya dia khawatir banget sama elu. Kalau elu gak mau menghancurkan hati gue, maka gue minta banget sama elu, tolong jaga Dona dengan baik, sayangi dan cintai dia." Pesan George.
"Ta-tapi George, gue gak enak sama elu?"
"Dibikin enak aja lah, Bay! Pokoknya satu yang harus elu ingat, gue sama Dona gak ada hubungan apa-apa lagi. Bagi gue Dona hanyalah kenangan begitupun sebaliknya. Dia udah milih elu, dan gue lega karena dia memilih orang yang baik. Gue sayang sama elu, Bay! Lu, adek gue satu-satunya dan gue mau yang terbaik buat elu." Ucapnya lagi.
"Terbaik buat gue, tapi gimana sama elu?"
"Hahaha... elu kayaknya meragukan pesona seorang George? gue bisa dapatin cewek manapun yang gue mau. Pokoknya sekarang jalani hubungan kamu sama Dona dengan baik. Jaga anak orang baik-baik jangan dirusak, itu yang harus lu ingat!" Pesan George.
"Itu pastilah, Ge. Makasih ya George, gue doain yang terbaik buat elu." Ucapku sambil memeluknya dengan erat.
"Kalau gitu, gue masuk ke dalam duluan ya?"
"Oke, dan jangan lupa telpon Dona ya? jangan buat orang punya anak khawatir."
Aku pun tersenyum dan mengacungkan jempol kepada George dan segera menuju kamarku.
***
POV GEORGE
"Kamu yakin udah bisa lupain, Dona...??
Aku pun segera menoleh ke arah suara itu, ternyata...??
***BERSAMBUNG***