NovelToon NovelToon
Tumbal (Di Angkat Dari Kejadian Nyata)

Tumbal (Di Angkat Dari Kejadian Nyata)

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Tamat
Popularitas:489
Nilai: 5
Nama Author: Rosy_Lea

Erik koma selama 3 Minggu, setelah jatuh & terjun bebas dari atas ketinggian pohon kelapa, namun selama itu pula badannya hidup & berinteraksi dengan keluarga maupun orang-orang di sekelilingnya, lalu siapa yang mengendalikan dirinya jika jiwanya sedang tak bersama raganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosy_Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air mancur terunik sedunia

Setelah menempuh perjalanan yang terasa begitu panjang dan melelahkan, akhirnya kami sampai di padepokan Ustadz Karim. Pak Su langsung digotong masuk ke dalam bersama alasnya. Di sana, pak Su di ajak ngomong, ditanya-tanya dulu, kaya lagi diinterview.

Katanya buat ngetes kesadaran, ya pas di tanya matanya buka dikit, jawab sekenanya terus merem lagi, ntar di tanya lagi melek dikit merem lagi.

Setiap matanya kebuka itu kelihatan warnanya merah, terus ngliriknya males, pandangannya kosong gitu.

Penanganan pertama dilakukan oleh santri, badannya dipolesi minyak, lalu dikompres menggunakan air mendidih, iya... air mendidih yang masih dimasak di atas kompor, lengkap dengan pancinya.

Aku ngilu banget liatnya, asli. Apalagi pas lihat tangan yang ngompres, haduh, rasanya merinding! Kayaknya itu yang ngomores punya ilmu kebal deh… Soalnya tangannya luwes banget keluar masuk air mendidih, tanpa ragu, terus meres lap yang dipakai buat ngompres badan Pak Su.

Kalau tanganku yang ngelakuin itu, mungkin udah jadi sop alias pengganti ceker yang ada di “sayur sop” kali ya.. matang, besty!

Katanya, dikompres pakai air panas itu buat ngelemesin otot-ototnya yang tegang. Terus, sebelum dikompres, badan Pak Su dipoles dulu pakai minyak, biar kulitnya nggak kering atau rusak kena panasnya air. Gitu sih penjelasannya tadi...

Selesai "ritual" kompres-mengompres, barulah Pak Ustadz turun tangan. Badan Pak Su diraba dulu pelan-pelan, lalu mulai diurut dari bagian kepala, lanjut ke punggung, dan terakhir ke kaki, bagian paling bikin aku deg-degan, auto tutup mata... kadang juga tutup telinga.

Suara teriakan Pak Su bikin aku trauma. Denger suaranya aja aku ikut ngilu, badan rasanya merinding dan sakit semua. Ya Allah... gimana rasanya di dia...

Hampir setengah jam Pak Su diurut sama Pak Ustadz. Setelah selesai, kakinya dibungkus pakai kain putih, dililit rapi kayak diiket, entah tujuannya apa, mungkin biar lebih stabil atau biar aliran darahnya terjaga.

Setelah itu, kami dikasih resep obat. Disuruh nebus sendiri di apotek.

Kita pun pulang.. Sampai rumah, adzan Maghrib berkumandang…

Suasananya hening, tapi hatiku masih bergemuruh.

Perjalanan panjang hari ini rasanya seperti mimpi buruk yang belum selesai.

Pak Su dibantu turun dari mobil, digotong masuk rumah dengan kondisi masih lemas. dan matanya merem terus.

Aku menatap langit yang mulai gelap, lalu buru-buru ambil air wudhu.

Sujudku malam itu terasa berat…

Penuh harap, penuh doa, semoga ini semua segera membaik.

*****

Resep obat dibawa sama sepupu suamiku, katanya buat nebus di apotik. Baru malam hari obatnya dianterin.

Alhamdulillah… malam itu nggak ada drama.

Setelah minum obat, Pak Su langsung tidur pulas.

Aku pakaikan diapers, karena benar-benar nggak bisa bangun.

Sekadar miring badan pun harus dibantu.

Lelahnya badan nggak seberapa dibandingkan rasa lega yang sedikit-sedikit mulai hadir…

Semoga besok jauh lebih baik.

Setelah Pak Su merem dan mulai tenang, aku beranjak sebentar nemenin anak-anakku, nidurin mereka satu per satu.

Meski hatiku masih belum tenang, tapi aku usahakan mereka tetap merasa aman, walau suasana rumah lagi nggak biasa.

Begitu mereka tertidur, aku balik lagi ke ruang tamu... kembali duduk di samping bayi gede-ku, suamiku, yang sedang terbaring lemah.

Aku meluruskan badanku, rebahan pelan di samping suami. Rasanya... nikmat banget ya Allah.

Cuma berbaring di alas tipis, tapi hati ini penuh rasa syukur.

Ternyata beginilah nikmatnya ketika kita benar-benar bersyukur, hal kecil pun terasa luar biasa.

Perasaan yang tadi jungkir balik seperti roller coaster, sekarang mulai tenang... damai...

Alhamdulillah... akhirnya aku bisa istirahat. Walau mungkin hanya sebentar, tapi cukup untuk menghela napas sejenak.

Aku tidur di ruang tamu rumah mama mertua, nemenin Pak Su.

Karena kondisi belum memungkinkan untuk banyak gerak, suamiku ditaruh di rumah mertua, lebih dekat ke jalan, lebih gampang dipantau.

Dia tidur ngampar di lantai, pakai kasur tipis dan bantal yang disusun seadanya.

Aku tidur di sebelahnya, di lantai yang sama.

Bukan tempat ternyaman, tapi setidaknya aku bisa terus di sampingnya.

Nemenin… ngawasin… mastiin kalau dia butuh apa-apa, aku langsung ada.

Malam itu panjang... tapi aku tetap di sana, berjaga, menjaga cinta yang kini sedang diuji.

Tak terasa mataku perlahan terpejam, ragaku menyerah oleh rasa lelah yang menumpuk sejak pagi.

Suara malam menjadi pengantar tidurku, tenang, hening, dan penuh harap semoga esok membawa kabar baik.

Aku pasrahkan segalanya pada Allah… semoga suamiku segera pulih, semoga kami dikuatkan.

*****

Tengah malam aku terbangun oleh suara lirih suamiku, “Ayuu, ayuuu…” Aku segera bangun dan melihatnya. Matanya masih terpejam, tapi suaranya terdengar seperti orang ngigau.

“Mbeeeb, kenapa, mbeeeb? Mau minum?” tanyaku.

Dia menjawab nggak, tapi bilang mau pipis.

“Oooh , pipis aja nggak apa-apa, kan sudah pakai pampers, nanti aku gantiin,” rayuku.

Tapi pak su menolak, katanya ingin ke kamar mandi.

Ya Robby… Innalillahi, tengah malam begini aku harus cari pasukan gotong royong kemana?

“Mbeeeb, kamu kan belum bisa bangun sendiri, aku nggak kuat nggendong, gimana kalau di botol aja?” rayuku lagi.

“Iya,” jawabnya.

Alhamdulillah, ya Allah, terima kasih Engkau masih menyayangiku.

“Sebentar ya, aku cari botol dulu,” kataku.

Aku bangun dan berjalan ke dapur, ke ruang belakang mencari botol. Agak lama karena nggak siap sebelumnya, akhirnya aku dapat botol bekas minuman bersoda yang agak besar.

Aku segera kembali ke ruang tamu dengan botol di tangan.

Tapi tiba-tiba, Allahu Akbar…

Aku langsung panik! Aku buru-buru menghampiri pak su yang ternyata sudah bersiap sendiri.

Ya ampun, besty… pemandangan yang aku lihat bikin syok. Suamiku rupanya sudah berusaha sendiri, dengan tangan kirinya, ia mengeluarkan si burung dari sangkarnya.

Si burung tiba-tiba udah ada di luar, dan si dia pak Su dengan muka polosnya tanpa dosa tetep merem aja santai.

Untung nggak ada siapa-siapa disitu, nggak ada yang lihat... Untung juga belum sempat pipis,. Bisa-bisa nanti jadi air mancur terunik sedunia.

Langsung aku bantu dengan sigap, biar cepat, biar rapi, biar aman.

Aku bantu pegangin dan arahin, biar semua tersimpan rapi di botol. Pas udah selesai, aku lihat dia udah mendengkur lagi, badannya nggak gerak, kaya nggak ada kejadian apa-apa barusan.

Padahal, tau nggak sih dia.. Sadar nggak kalau tadi udah bikin pertunjukkan yang nyeleneh.

Hadeeh… untung dia lagi sakit, besty. Jadi ya, aku cuma bisa geleng-geleng sambil nahan ketawa. Nggak bisa protes, nggak bisa komentar… cuma bisa pasrah dan ngelus dada.

1
Odette/Odile
Hebat deh penulisnya!
ナディン(nadin)
Dapet insight baru dari cerita ini
Rosy_Lea: Alhamdulillah, semoga insight-nya bermanfaat ya besty.. dan bisa jadi penguat juga buat jalanin hari-hari 💖✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!