"Takdirnya ditulis dengan darah dan kutukan, bahkan sebelum ia bernapas."
Ling Yuan, sang pewaris yang dibuang, dicap sebagai pembawa kehancuran bagi klannya sendiri. Ditinggalkan untuk mati di Pegunungan Sejuta Kabut, ia justru menemukan kekuatan dalam keterasingan—dibesarkan oleh kuno, roh pohon ajaib dan dibimbing oleh bayangan seorang jenderal legendaris.
Kini, ia kembali ke dunia yang telah menolaknya, berbekal dua artefak terlarang: Kitab Seribu Kutukan dan Pedang Kutukan. Kekuatan yang ia pegang bukanlah anugerah, melainkan hukuman. Setiap langkah menuju level dewa menuntutnya untuk mematahkan satu kutukan mematikan yang terikat pada jiwanya. Sepuluh tahun adalah batas waktunya.
Dalam penyamarannya sebagai pemulung rendahan, Ling Yuan harus mengurai jaring konspirasi yang merenggut keluarganya, menghadapi pengkhianat yang bersembunyi di balik senyum, dan menantang takdir palsu yang dirancang untuk menghancurkannya.
Akankah semua perjuangan Ling Yuan berhasil dan menjadi Dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Pengejaran Terhadap Roh Jahat.
Ling Yuan berdiri di tengah gudang yang sunyi, diapit oleh tumpukan sampah yang kini terasa seperti benteng spiritualnya. Malam itu, ia tidak mencari rongsokan fisik, melainkan kegelapan yang lebih mendalam. Di tangannya, Pedang Kutukan Mao yang tersembunyi di sarung kain lusuh bergetar halus, seperti jantung yang berdetak tak sabar.
Ia memejamkan mata, membiarkan energi kultivasi Mortal Peak yang baru distabilkan beredar di jalur nadinya. Alih-alih menyegel, ia membiarkan sedikit celah terbuka. Itu adalah undangan. Sebuah umpan yang dilemparkan ke jurang spiritual Kota Kekaisaran.
“Kau bermain api, Yuan'en,” suara Jendral Mao terdengar berat di benaknya. “Energi Pedang Kutukan adalah mercusuar bagi entitas jahat. Mereka tidak tertarik pada kekuatannya, tapi pada potensi kehancuran yang ditawarkannya.”
Ling Yuan hanya mengangguk dalam hati. “Jika aku ingin mematahkan Kutukan Anak Pembawa Kematian, aku harus membuktikan bahwa aku tidak hanya membawa kematian, tetapi, aku adalah pengendalinya.”
Malam itu, Ling Yuan memilih lokasi yang dekat dengan Sektor Bawah yang telah ia bersihkan, sebuah area yang dikenal sebagai Kuburan Tua, tempat roh-roh yang ditinggalkan sering berkeliaran, menarik energi negatif dari seluruh kota. Lingkungan itu adalah sisa-sisa medan perang kuno, tempat darah dan penderitaan meresap ke dalam tanah.
Saat ia melangkah masuk, ia merasakan dingin yang menusuk, jauh melampaui suhu malam. Udara terasa tebal, seperti kabut beku. Sekelompok roh jahat tingkat rendah, yang disebut ‘Jelmaan Keputusasaan’ oleh Jendral Mao, mulai muncul. Mereka bukan kultivator, melainkan sisa-sisa jiwa yang korup, bergerak tanpa pikiran, hanya didorong oleh naluri menghisap energi kehidupan.
HIIIISSSS!
Suara mendesis seperti ratusan ular terdengar, memenuhi Kuburan Tua. Puluhan Jelmaan Keputusasaan, berbentuk gumpalan asap hitam dengan mata merah pudar, mulai mengepung Ling Yuan. Mereka tertarik pada aura kultivasi gelap yang tiba-tiba muncul di wilayah mereka.
Ling Yuan menarik Pedang Kutukan Mao dari punggungnya. Ia tidak menghunusnya. Sarung kayunya adalah senjata pertahanan. Jendral Mao telah mengajarkan bahwa pedang ini terlalu mematikan untuk pertempuran biasa; menggunakannya secara gegabah akan menarik perhatian Dewa dan Kaisar Kekaisaran.
“Seranglah, roh-roh pengecut,” bisik Ling Yuan pelan, suara yang nyaris tak terdengar setelah sekian lama bisu. Ini adalah latihan verbal dan spiritual.
Roh-roh itu menyerang serempak. Mereka tidak memiliki serangan fisik, tetapi sentuhan mereka adalah drainase spiritual yang cepat, mampu membuat kultivator tingkat Mortal pingsan karena kelelahan.
WHOOSH!
Ling Yuan bergerak. Bukan kekuatan brutal, melainkan keanggunan seorang penari yang menghindari jaring. Ini adalah 'Teknik Langkah Bayangan' tahap awal, sebuah teknik Pedang Kutukan yang berfokus pada efisiensi gerak dan penyembunyian. Ia meliuk, memutar, membiarkan serangan Jelmaan Keputusasaan melewatinya hanya sejengkal.
“Fokus! Pedang Kutukan harus menjadi ekstensi jiwamu,” Jendral Mao mendesak. “Jangan hancurkan mereka dengan kekuatan penuh. Gunakan energi murni Pedang untuk membersihkan racun spiritual mereka, seperti memurnikan air kotor.”
Ling Yuan memutar sarung pedang.
SWING!
Ia menghantam roh pertama. Bukannya hancur, roh itu bergetar hebat. Energi kutukan murni dari sarung pedang—yang kini memancarkan cahaya ungu gelap tipis—mengalir masuk, menetralkan energi korosif roh.
SSSST!
Roh itu tidak musnah, melainkan berubah menjadi uap putih bersih dan menghilang, terbebas dari siksaan. Ini adalah teknik pembersihan spiritual yang diajarkan oleh Jendral Mao, tujuan sejati Kitab Seribu Kutukan: penebusan, bukan penghancuran.
Namun, jumlah roh terlalu banyak. Dua roh menyentuh lengan Ling Yuan secara bersamaan.
ZAP! Rasa dingin yang membekukan menjalar, mengancam untuk membekukan jalur kultivasinya.
Ling Yuan mengerang, menahan rasa sakit. Ia segera memfokuskan kembali energi kutukan di dalam dirinya, menggunakannya sebagai penangkal petir. Energi gelapnya, yang kini lebih teratur, memukul mundur Jelmaan Keputusasaan.
Ia menyadari kelemahan mereka: mereka bergerak tanpa strategi. Ling Yuan, memanfaatkan kecerdasannya, mulai mengarahkan gerakan mereka satu sama lain. Ia menggunakan sarung Pedang Kutukan untuk mendorong satu roh ke jalur roh lainnya, menciptakan kekacauan yang terkoordinasi.
Pertarungan berlangsung selama hampir satu jam. Ling Yuan dipaksa bergerak di batas maksimalnya, menghindari ratusan sentuhan yang mematikan, sambil secara presisi memurnikan setiap roh dengan ujung sarung pedang.
Saat fajar menyingsing, Jelmaan Keputusasaan terakhir telah dibersihkan. Udara di Kuburan Tua terasa ringan, bahkan hangat, untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun. Ling Yuan berdiri terengah-engah, tubuhnya gemetar, bukan karena kelelahan fisik, tetapi karena tekanan spiritual yang sangat ekstrem....
“Bagus, Yuan'en. Kontrolmu meningkat. Kecepatanmu memuaskan,” puji Jendral Mao. “Kau membersihkan puluhan roh dan tidak menghabiskan energi lebih dari yang dibutuhkan untuk menyalakan lilin.”
Ling Yuan menyeka keringat di dahinya. Ia telah berhasil. Ia telah menggunakan kekuatannya untuk membersihkan korupsi, memperkuat segelnya, dan mengasah teknik Pedang Kutukan dasar—semua tanpa menarik perhatian Dewa. Ia kembali merasa stabil dan kuat.
Namun, di saat yang sama, ia merasakan getaran halus yang berbeda dari sebelumnya. Bukan getaran spiritual dari roh yang baru saja ia bersihkan, melainkan getaran mekanis, seolah-olah sebuah perangkat pendeteksi telah diaktifkan di suatu tempat.
Ling Yuan menoleh ke arah timur, ke jantung Kota Kekaisaran. Di sana, di kediaman mewah klan Yang, ia merasakan gelombang energi yang familier—dingin, licik, dan sangat tua.
...****************...
Di kediaman Yang yang megah, Selir Sin duduk di kamar tidurnya yang dihiasi batu giok dan sutra. Di depannya, sebuah cermin perunggu kuno yang terukir dengan simbol-simbol terlarang tiba-tiba bersinar dengan cahaya merah samar.
Mata Selir Sin yang biasanya tenang, kini memancarkan kegembiraan yang berbahaya. Ia telah menyebar jaring pendeteksi energi gelap ke seluruh Kota Kekaisaran setelah insiden Si Buruk Rupa, berharap menangkap benang kusut yang sama.
PING!
Cermin itu berbunyi sekali. Itu adalah sinyal frekuensi tinggi—bukan energi gelap liar, tetapi energi gelap yang 'terkendali', memancarkan aura pemurnian yang asing dan menakutkan.
“Energi ini…” Selir Sin bergumam, suaranya seperti beludru yang dipenuhi racun. “Ini bukan hanya sihir gelap biasa. Ini... Pedang Kutukan. Aura Jendral Mao.”
Aura tersebut berasal dari pinggiran Kota Kekaisaran, tempat yang paling diabaikan. Selir Sin tersenyum lebar, senyum yang dapat membuat kultivator paling berani pun gemetar.
“Kau berani menunjukkan dirimu, anak yang dibuang? Ling Yuan?” bisiknya. “Aku tahu kau hidup, tetapi aku tidak menyangka kau begitu berani, atau begitu bodoh.”
Ia memanggil agen bayangannya, sosok kultivator yang berdiri di bayangan tanpa menimbulkan suara sedikit pun.
“Siapkan tim terbaikmu,” perintah Selir Sin. “Bawa racun kutukan yang paling mematikan yang kita miliki. Pergi ke Sektor Bawah. Cari sumber energi ini. Dan pastikan kau membawa kembali informasi detail, atau setidaknya, potongan tubuhnya.”
“Siap, Nyonya,” jawab agen bayangan itu dengan suara yang serak.
Selir Sin menatap cermin perunggu itu lagi. Kekuatan yang baru saja digunakan Ling Yuan terasa kuat, tetapi masih mentah. Ini adalah kesempatan sempurna untuk memadamkan api sebelum menjadi bencana.
“Waktunya untuk membersihkan kekacauan yang ditinggalkan oleh Jendral Mao,” katanya, tertawa kecil. Ia tahu bahwa targetnya kini telah keluar dari bayangan. Pengejaran atau lebih tepatnya perburuannya ... telah dimulai dari sekarang....