Di Campakakan Camat Di Kejar Komandan Elite

..... Flashback on .....

Satria baru saja tiba di mansion megahnya setelah menyelesaikan misi negara yang melelahkan. Ia berjalan lesu melewati ruang tamu, tempat Mommy Maria, ibunya, sedang asyik bermain dengan cucu-cucunya.

"Satria, kamu kapan memperkenalkan calonnya sama Mommy? Mommy sudah tak sabar ingin nambah cucu lagi seperti yang lainnya," keluh Mommy Maria sedikit khawatir, sambil menatap cucu-cucunya yang lagi bermain di ruang tamu.

Ia curiga kalau putranya tidak menyukai lawan jenis, pasalnya dia sangat dingin terhadap perempuan kecuali pada keluarganya. Ia dan suaminya sudah berulang kali mengatur perjodohan untuknya, namun selalu berakhir dengan kegagalan.

Bahkan para sepupunya yang usianya dua tahun lebih muda darinya, udah pada punya buntut. Sedangkan putranya jangankan buntut calonya aja entah dimana.

Satria Pratama Dirgantara. Adalah keturunan keluarga konglomerat yang disegani, tak hanya di dalam negeri, bahkan bisnis keluarganya sampai ke belahan dunia Eropa. Ia merupakan pewaris ke tujuh dari keluarga besar Dirgantara. Ia juga seorang komandan elite, profesinya itu hanya semata-mata untuk mengabdi pada negara.

Dengan ketampanan bak dewa Yunani, postur tubuh tinggi, atletis, gagah, dan matanya yang tajam, membuat para kaum hawa langsung tersihir dalam pesonanya.

Hanya satu kekurangan si tampan Satria, yaitu tidak bisa mengungkap isi hatinya. Hari-harinya sibuk dengan misi negara yang tidak ada habisnya.

Saat Satria ingin mengutarakan niatnya jika ia sebenarnya sudah ada gadis yang dia taksir, tiba-tiba sang adik muncul dari arah dapur dan ikut duduk di sofa. "Mommy tahu enggak? Ternyata Aisya sudah dilamar Pak Camat lho! Katanya sih dijodohkan," ujar Syaikha, adik sulung dari Satria.

"Dijodohkan? Kapan? Kok Mommy gak tahu, Syai?" tanya Mommy Maria penasaran.

Ucapan sang adik bagai petir di siang bolong buat Satria. Hatinya mendadak perih. Wanita yang selama ini mencuri hatinya, kini sudah dipinang orang. Ia tak menyalahkan Aisya karena memang dirinyalah yang pandai menyimpan perasaan hingga Aisya di lamar pak camat. Dan sebagai laki-laki terhormat, tak ada yang bisa ia lakukan selain mundur dan mengubur dalam-dalam perasaannya.

Aisya bukan orang asing di keluarga Dirgantara, Aisya teman dari istri sepupunya, jadi hampir setiap weekend mereka berkumpul di mansion Dirgantara. Keceriaan dan kecantikan alami Aisya, mampu mengusik Satria yang dingin, ia diam-diam menyukai Aisya tapi tak berani mengungkapkannya.

Satria langsung berbalik, melangkah pergi. Mommy Maria gegas menegurnya, "Mau kemana?" tanya Mommy Maria saat melihat sang putra yang tiba-tiba pergi.

"Lari," jawab Satria singkat tanpa menoleh. Satria terus berlari mengelilingi mansion tempat tinggal keluarga Dirgantara. Ia pikir dengan berlari bisa sedikit mengobati hatinya yang kini sedang tak baik-baik saja, namun kenyataannya tak semudah itu melupakan sosok Aisya. Satria Pratama Dirgantara patah hati.

*

*

Seminggu kemudian, Satria menghadiri acara ulang tahun teman SMP-nya dulu. Di sana ia tak sengaja bertemu Riska, gadis yang dulu pernah ia taksir secara diam-diam.

Riska pun langsung menyapanya dengan ramah. Wajah Satria yang tampan membuat Riska tak bisa mengabaikan Satria begitu saja.

"Kamu Satria, kan? Yang suka naik motor butut itu?" sapa Riska ramah.

Satria tersenyum tipis. Ia senang ternyata ada yang masih mengingat dirinya. Ya, Satria meski terlahir dari keluarga konglomerat, ia tidak suka pamer, bahkan ia lebih suka naik motor butut milik tukang kebun di mansion-nya ketika ke sekolah. Tidak banyak yang tahu jika dia keturunan keluarga Dirgantara, termasuk Riska yang mengira kalau Satria pemuda tampan dari keluarga sederhana.

Dari situ mereka jadi lebih dekat dan Satria sempat berpikir jika ia akan mencoba membuka hatinya pada Riska, sampai saat ia membuat janji untuk bertemu dengan Riska dan melamarnya, namun ia masih ingin mengetes ketulusan hati Riska sebelum benar-benar mengantikan posisi Aisya di hatinya.

Mereka akhirnya bertemu di salah satu cafe, tapi kali ini Satria datang dengan menyamar jadi seorang kakek. Ia memberi tahu Riska secara tiba-tiba tidak bisa datang karena suatu hal, tapi ia mengutus seseorang untuk menemui Riska.

Riska yang sudah terlanjur datang akhirnya mengiyakan, meskipun merasa kesal. Tak lama seorang kakek tua menghampiri meja Riska.

"Riska, ya? Saya Kakeknya Satria, ia menitipkan ini," ujar sang kakek yang sebenarnya adalah ia sendiri yang sedang menyamar.

"Apa ini?" tanya Riska membuka kotak perhiasan kecil yang sedikit lusuh.

"Satria bilang ia ingin melamar kamu, apa kamu mau?" tanya si kakek serius.

Riska terkejut dengan ucapan si Kakek, ia menatap tak percaya. Lalu matanya menoleh pada cincin di dalamnya ... "Ini pasti bukan emas, kan?" tebak Riska dengan muka masam.

Si kakek menggeleng pelan. "Terima aja, Satria bulan depan naik pangkat jadi mandor, bukan lagi kuli," ujarnya mencoba membujuk.

Riska merasa jijik dan kesal. Ia memang mengagumi ketampanan Satria, tapi jika kismin, ia gak mau. Ia menginginkan pria yang tajir melintir yang bisa memenuhi semua keinginannya yang bejibun.

"Maaf, Kek, cucu kakek memang tampan, tapi dia bukan kriteria saya. Lagian saya sudah ada calon sendiri," tolak Riska langsung, lalu gegas pergi dengan tergesa-gesa, wajahnya terlihat sangat kesal.

Satria Pratama kembali patah hati yang kedua kalinya. Ternyata Riska tak menerimanya dalam versi apa adanya.

Satria yang penasaran akhirnya mengikuti langkah Riska diam-diam. Ia ingin memastikan kemana Riska pergi. Ternyata Riska pulang ke desa menemani sahabat sekaligus bos-nya.

Saat di perjalanan, Satria yang masih dalam penyamaran tak sengaja melihat seekor kelinci yang berlari cepat karena dikejar seekor anjing sampai kelinci itu terpeleset ke sungai. Jiwa pahlawan-nya langsung meronta-ronta tanpa pandang bulu. Ia berlari cepat ke arah jembatan. Saat itulah Aisya datang menghentikan aksinya.

..... flashback off ....

Setelah pertemuannya dengan Aisya. Ia baru tahu jika Aisya ternyata batal nikah dengan pak Camat. hatinya bersorak kegirangan. Ia merasa Allah telah memberikan dirinya kesempatan kedua.

Dan kali ini ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia akan melakukan apapun untuk bisa bersama Aisya gadis pujaannya.

*

*

"Tapi janji ya, jika kali ini saya bisa memenuhi persyaratan, kamu harus mau menikah sama saya, sepakat ya?" ujar Satria tegas.

Aisya ketat ketir mendengar permintaan si kakek, ia tak langsung menjawab, Aisya berpikir keras.

"Ok! Sepakat!" jawab Aisya setelah merasa menemukan ide.

"Baiklah, apa syarat kali ini? saya akan penuhi!"

"Kakak yakin, Mending Kakek mundur deh! Syaratnya berat loh!" balas Aisya menakuti.

"Saya tak akan mundur, karena saya hanya ingin menikah denganmu!" tegas Satria.

"Yakin nih!"

"Yakin, Humaira! Cepat katakan apa syaratnya? desak Satria tak sabar.

"Syaratnya Kakek lihat lapangan itu?" tunjuk Aisya pada lapangan bola yang tak jauh dari rumahnya.

"Ia kenapa emangnya?"

Aisya tersenyum penuh kemenangan. Karena syarat pertama di penuhi sama si kakek karena ia memang orang kaya, tapi kali ini Aisya yakin fisik si kakek tidak akan kuat memenuhi persyaratan ke-dua.

"Dari lapangan Kakek harus menerbangkan sebuah helikopter melayang ke angkasa. Lalu Kakek terjun ke bawah dengan parasut dan setelah itu mendaki bukit yang ada di ujung desa sana, bagaimana? Tatang Aisya tersenyum puas.

"Hanya itu?" tanya satria santai.

Senyum Aisya langsung sirna melihat sikap santai si kakek."Kakek harus menyiapkan helikopter sendiri loh! Sekalian dokternya juga, siapa tahu nanti kakek tiba-tiba encok, kan?"

"Tentu, aku akan persiapkan," ujar Satria lalu beranjak dari duduknya sambil tersenyum samar di balik wajah topengnya.

Aisya melongo tak percaya. 'Ini kakek-kakek beneran apa siluman sih? Kok kayaknya gak ada takutnya sama sekali?' batin Aisya semakin bingung.

"Kek! ini serius lo, mending Kakek mundur aja dari pada kenapa-kenapakan!"

"Kita lihat aja besok, Humaira! Kamu sudah janji jika persyaratannya terpenuhi, kita akan menikah!"

Aisya menelan ludahnya dengan susah payah melihat ekspresi tenang si kakek.

"Hm! Paling si kakek hanya ngomong doang. Lagian mana mungkin sih! Kakek-kakek bisa mengemudi helikopter dan mendaki gunung lalu terjun payung, kecuali si kakek minta bantuan kura-kura ninja."

"Gak papa lah jomblo juga. Mungkin jodohku masih tersesat di Antartika bersama para pinguin," lanjut Aisya semakin ngawur. Sedangkan Satria sudah pamit pulang dari sana untuk mempersiapkan aksinya besok.

Bersambug ....