Di Campakakan Camat Di Kejar Komandan Elite

Di Campakakan Camat Di Kejar Komandan Elite

Bab 1

"Pernikahan ini batal!" ujar Andrian tegas tanpa memikirkan perasaan Aisya dan keluarganya.

Aisya Humaira gadis cantik berjilbab itu, sudah di lamar oleh pria bernama lengkap Adriansyah. Seorang camat muda yang lumayan tampan jika di bandingkan sama pemuda-pemuda yang ada di desanya.

Semua persiapan sudah selesai. Termasuk tenda, pelaminan, bahkan undangan sudah tersebar, tinggal menunggu hari H saja.

Namun beberapa hari yang lalu Riska, teman masa kecilnya Adrian sekaligus asistennya, mengusulkan untuk melakukan tes kesuburan pada calon istri sahabatnya itu.

Dan tanpa curiga Aisya mengiyakan usulan itu tanpa ragu. Namun, tidak ada yang tahu saat hasil tesnya keluar, Riska dengan sengaja menukarnya dengan yang palsu, di mana Aisya di nyatakan mandul alias tidak subur.

Hal itulah yang membuat keluarga Adrian yang awalnya menyukai sosok Aisya kini berubah drastis ketika tahu jika calon menantu mereka ternyata mandul.

Aisya dan kedua orang tuannya juga ikut terkejut saat membuka hasil tes tersebut, tapi mereka tak bisa membela diri karena kertas yang mereka pegang tertera nama Aisya Humaira di atasnya.

"Apa?" seru kedua orang tua Aisya yang terkejut dengan keputusan sepihak dari Adrian.

"Batal!" hanya karena kertas ini," timpal Aisya yang tak terima begitu saja keputusan Andrian sambil menggenggam erat kertas di tangannya.

Aisya dan Adrian memang baru saling kenal beberapa minggu ini setelah perjodohan antara keduanya. Tepat beberapa hari sebelum acara lamaran. Aisya disuruh pulang ke desa karana Adrian mau meminangnya.

Namun hari ini apa yang terjadi? Aisyah tak menyangka sedikitpun, pria yang penuh semangat ingin meminangnya jadi istri, kini tiba-tiba dengan mudah membatalkan pernikahan yang sudah di depan mata.

"Hanya karena kertas katamu, Aisya? Hay! kertas itu sangat berpengaruh bagi masa depan putraku. Kasian Adrian jika harus menikah dengan wanita mandul sepertimu, mending Adrian menikah dengan Riska. Saudara Riska banyak, sudah pasti dia subur. Bisa melahirkan anak untuk Adrian," cibir Bu Sari ibunya Adrian.

Riska melambung tinggi mendengar pujian dari Bu Sari Senyum kemenangan tersungging lebar di wajahnya.

"Mas Adrian, boleh kita bicara empat mata?" pinta Aisya yang merasa perlu meluruskan masalah ini berdua saja tanpa ikut campur orang lain.

"Buat apa? Kamu pasti ingin mempengaruhi Adrian, kan?" cetus Bu Sari cepat, sambil menatap sinis Aisya.

"Bu, disini yang mau menikah itu aku dan mas Adrian, jadi wajar kalau kami perlu bicara," tegas Aisya yang mulai kehilangan kesabarannya menghadapi sikap Bu Sari.

"Alah! Ngeles terus kamu ya! Udah jelas anak saya membatalkan pernikahan ini, apa kamu tuli hah!" lanjutnya.

"Hm! Sabar dan tenang dulu, kita bisa bicarakan baik-baik, lagian pernikahan sudah di depan mata, apa kata orang-orang jika pernikahan ini batal," tegur Ruslan Abi-nya Aisya yang sedari hanya diam memantau situasi.

"Ya, Sari, pernikahan mereka tinggal 2 hari lagi," timpal Ella Umi-nya Aisya membenarkan ucapan suaminya.

Adrian terdiam sejenak dengan ekspresi terlihat gusar, matanya menoleh ke arah lapangan yang tak jauh dari rumahnya Aisya dimana tenda-tenda dan pelamin sudah berdiri dengan megah di sana.

Riska yang menangkap gelagat keraguan di wajah Adrian. Wanita itu dengan cepat mendekat sambil menyelipkan lengannya di lengan Adrian dengan manja. Membuat Aisya yang melihatnya memutar matanya jengah dengan kelakuan Riska yang sok akrab.

"Adrian? Aku prihatin sama kamu, bagaimana masa depan Kamu nanti? Jika menikah dengan Aisyah, selain mandul ...," ujarnya berusaha mempengaruhi Adrian.

"Aisya umurnya sudah 25 tahun, udah tua," lanjutnya memelankan suaranya saat mengatakan kata tua.

"Eh! siapa yang kamu sebut tua hah! Aku tak se jompo itu ya! Lagian kamu dan aku cuman beda 2 bulan doang!" amuk Aisya tak terima saat mendengar bisikan Riska yang mengatakan dirinya tua.

"Tuh Adrian, lihat belum apa-apa udah ngamuk nggak jelas," cibir Riska semakin semangat mengompori Adrian.

Umi-nya Aisya langsung menarik putrinya saat melihat Aisya bergerak maju ingin menghajar Riska. "Tenang Aisya," ujarnya lembut menenangkan putri satu-satunya itu.

"Tidak bisa Umi, tuh cewek udah kelewatan, ia perlu di beri pelajaran. Mas Adrian ngomong dong! Jangan diam aja, masak kamu percaya begitu aja ucapan Riska." ujar Aisya sambil memberontak dalam dekapan Umi-nya.

Riska langsung memainkan dramanya, dengan memasang wajah menyedihkan, seolah ia sangat terluka dengan ucapan Aisya.

Adrian menatap keduanya bergantian lalu menarik nafas dalam. "Keputusanku sudah bulat Aisya. Aku tidak ada masa depan jika menikahimu!" ujar Adrian tegas membuang mukanya ke arah lain.

Aisya membeku di tempat dengan mata melotot sempurna, ia tak menyangka jika ia akan di campakkan begitu aja oleh Adrian. Rasanya seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai.

"Satu lagi, kami minta semua biaya di kembalikan, termasuk hantaran yang telah kami berikan pada, Aisya," tambah Bu Sari tanpa perasaan.

"Loh! Kok gitu? Kalian yang batalkan pernikahan? Kenapa kami yang harus ganti rugi?" protes Umi-nya Aisya, tak terima dengan permintaan mantan besannya itu.

"Adrian yang membatalkan, tapi semua ini juga karena Aisya, coba kalau Aisya tidak ada masalah dengan kesehatannya, pasti pernikahan ini tidak akan batal," elak Bu Sari seperti bajai lewat.

"Gak bisa gitu dong! Bu Sari! Mas Adrian! Keluargaku pasti malu dengan pembatalan pernikahan ini, terus kalian minta ganti rugi, enak aja kalian!" geram Aisya yang sudah melupakan rasa hormat dan santunnya sama yang lebih tua.

"Kata siapa pernikahan ini batal? Andrian akan tetap menikah, tapi bukan sama kamu! Tapi sama Riska," ujar Bu Sari sambil melirik Adrian dan Riska dengan senyum penuh kemenangan.

Adrian terlihat sedikit terkejut dengan ucapan ibunya, namun ia tak punya pilihan lain selain mengangguk setuju. Menurutnya Riska juga cantik yang penting bisa memberikan ia keturunan pikirnya.

"Ia, aku akan menikah dengan Riska!" ujarnya tegas dengan nada terdengar pasrah.

Mendengar itu emosi Aisya semakin memuncak, tangannya mengepal kuat di sisi badannya, ingin rasanya ia menggantung Adrian di menara Eiffel sekarang juga sangking geramnya ia sama pria itu.

"Mas Adrian! Disini tak hanya kamu yang mengeluarkan biaya! Aku juga menguras tabunganku untuk melaksanakan pesta ini sesuai keinginan kedua keluarga!" tegas Aisya, sambil mengadahkan tangannya meminta uangnya di kembalikan.

Aisya lebih memilih tegar dari pada harus menangisi nasibnya, minimal ia tak mau rugi lah!

"Enak saja, udah kamu yang mandul malah minta ganti rugi! Gak, gak ada! Cepat kalian ambil semua ambil hantaran itu," perintah Bu Sari tegas pada pelayan yang ikut bersamanya untuk mengambil kotak-kotak hantaran yang masih tersusun rapi di sudut ruang tamu rumah Aisya.

"Apa-apaan ini?" Protes Aisya yang melihat seorang pelayan sedang mengangkat kotak yang berisi baju kebaya pengantin untuk akad nikahnya.

Keduanya saling tarik menarik, tak ada yang mau mengalah antara Aisya dan pelayan Bu sari.

"Adrian, baju kebayanya indah, ya? Pasti sangat bagus jika aku yang pakai," cetus Riska dengan tak tahu malunya.

"Ambil aja!" jawab Adria singkat.

"Enak aja! Kebaya ini aku membelinya dengan uangku sendiri. Aku membelinya di Jakarta, sana jauh-jauh kalian!" teriak Aisya tak terima.

Aisya dengan sekuat tenaga ia mempertahankan kebayanya, untung ikut latihan beladiri sejak kecil. Kini ia terpaksa menggunakan beberapa jurusnya, hingga membuat para pelayan yang menghadangnya sampai ketar ketir di buatnya.

"Ayo siapa lagi yang ingin maju?" tantang Aisya dengan memasang kuda-kudanya siap membantai lawannya.

Kedua orang tua Aisya berdiri di belakang Aisya, mereka terlihat panik, karena diluar rumahnya kini sudah banyak warga yang berdatangan karena mendengar suara ribut-ribut di dalam rumahnya.

Bu Sari langsung menarik Riska hingga mereka mundur beberapa kebelakang. "Lihat Adrian, bar-bar sekali dia, tak ada lembut-lembutnya! Untung kita sudah membatalkan pernikahan ini."

Aisya memutar bola matanya jengah, tak habis pikir sama ucapan mantan calon ibu mertuanya itu. Ada aja alasannya seolah ia bernafas saja salah di depan matanya.

"Ayo kita pergi dari sini!" titah Adrian, ia sudah sangat pusing dengan situasi ini.

"Ayo Riska," ajak Bu Sari pada Riska yang tengah tersenyum penuh kemenangan pada Aisya.

Para pelayan Bu Sari dengan cepat mengambil hantaran lamaran, memasukan kembali kedalam mobil. Adrian, Riska dan Bu Sari cepat-cepat masuk kedalam mobil lalu langsung pergi meninggalkan halaman rumahnya Aisya.

Sedangkan Aisya dan kedua orang tuanya hanya menatap nanar kepergiaan mobil hitam mantan calon suaminya itu.

"Sabar ya Aisya," ujar umi Ella sambil mengelus punggung sang putri dengan penuh kasih.

Beberapa warga mulai berkerumun dengan bisik-bisik ingin tahu, namun Abi-nya Aisyah langsung membubarkan para warga dan menutup pintu rumahnya rapat-rapat.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Mba nyunyun

Mba nyunyun

Aisyah...Allah lebih sayang padamu,karena batal menikah,punya mertua kyk gitu akan makan hati seumur hidup
lebih baik batal drpd makan hati nantinya

2025-10-09

4

YuniSetyowati 1999

YuniSetyowati 1999

Itu belum tentu bu!!!!!Orang tuanya anaknya sekandang tp anaknya mandul juga banyak.
Lagian pernikahan bukan hanya soal mendapatkan keturunan.Tp lebih dalam arti dan maknanya.Dan itu hanya bisa dimengerti oleh orang2 baik berhati tulus.Bukan orang yg ngakunya orang kaya tp miskin adab.

2025-10-09

2

🍁ηιℓα💃🅱🆁🅰🅼❣️

🍁ηιℓα💃🅱🆁🅰🅼❣️

kamu terselamatkan Aisyah dari punya mertua macam bu sari yang modelan kayak gitu, tenang aja nanti kamu pasti dapat pengganti

2025-10-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!