Manusia antarbintang : "Uhhh, dia sangat menggemaskan. Tuan! bolehkah aku mencubit pipi gembul nya?
Monster dan mutan : "SEMUANYA LARI! DIA AKAN MEMAKAN KITA ...."
Bonbon : "Mamam Cana, mamam cini, mamam mana-mana ...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WIZARD_WIND26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa bilang Bonbon tidak makan?
"AAAAAA ... LAJU LAGI BELIAN! LAJUUU LAGIIIII ...."
Rumput kecil berteriak saat diterpa angin kencang. Dengan ditopang perut kotak-kotak! rumput dalam pot itu tidak terbawa arus angin, dan bahkan menikmati perjalanan menyenangkan ini.
"Khe ... dasar bocah," gumam Belian sebelum menambah kecepatan motor, hingga teriakan dan tawa Bonbon menjadi lebih keras.
"AHAHAHAHAHA ...."
Tawa susu seringan kapas yang enak didengar oleh telinga. Ternyata, tidak sia-sia mengajak makluk ini jalan-jalan sambil patroli.
"Apa kamu suka diluar? Mana yang paling bagus! Tetap di markas atau jalan-jalan bersamaku?" tanya Belian dengan seulas senyum disudut bibir.
"Dua na baguc. Lumah Belian Bonbon dapat ail, tluc main cama manteman na. Kalau cini, Bonbon bica naik blum blum ... WAAA! BELIAN, AWAC ADA BATU ITAM ITAM ....."
Bonbon berteriak panik ketika dalam radius pandang, menangkap batu hitam didepan.
Tapi, bukannya melambat atau menghindar ... Belian justru tidak berhenti dan malah makin melaju seperti hendak menabrakkan diri pada batu hitam itu.
"AAAAAA ...."
Pekik melengking Bonbon terdengar.
"HAHAHHAHA ...."
Sementara si pelaku malah tertawa, dan dengan cekatan menekan tombol-tombol pada motor, hingga motor yang melayang semakin melayang tinggi ...sebelum kembali ke ketinggian awal.
"Bagaimana dengan itu? Aku lebih keren dari mereka bukan?" tanya Belian namun tidak mendapat jawaban apapun dari rumput yang nebeng didepan perutnya.
Sontak Belian menatap kebawah, hanya untuk mendapati daun yang sedikit tergulung dan gemetar ketakutan.
Menghentikan motor, Belian segera melihat kondisi Bonbon ... dan baru menghela nafas lega, setelah dipastikan Mutan itu baik-baik saja.
"Ada apa? Apa Bonbon takut?" Dengan alis naik turun, Belian bertanya tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Dan Bonbon yang mendengar ini! Segera membuka gulungan, merasa ingin sekali memukul si kambing ... ah, tidak, manusia yang hampir membuatnya mati serangan jantung. Ya, meskipun dia tidak punya jantung.
"Dacal manuca! Napa Belian bawa blum blum na talbak batu becal? Cemana kalau mati kita Cana tadi! Tluc, batu na bica cakit cuga. Batu cinj dah celamat Bonbon pac klual dali benih. Bonbon cama batu dah manteman!!"
Suara marah dari si cadel susu, membuat Belian tertegun ditempat. Dia tidak mengerti sebagian besar kemarahan sikecil, tapi dia menikmati bagaimana Bonbon marah, mencak-mencak, dan dua daun kecil yang muncul disisi kiri dan kanan sang rumput ... memukul-mukul udara dengan lemah.
Tunggu? Daun kecil lain?
Mata Belian mengerjap, dan tangannya tanpa sadar terulur ... memegang daun yang baru tumbuh disisi Bonbon.
"Apa pegang pegang! Ndak liat Bonbon na cedang malah ini? Belian denal Ndak! Ndak baik talbak batu, mati kita nanti ...." si kecil menepis tangan sang komandan, masih marah, tapi Belian malah ingin bermain-main dengan tubuhnya.
"Berhenti lah marah, lihat dirimu ... apa ini?" Belian bertanya sambil memegang ujung daun disisi kiri Bonbon.
Merasakan sentuhan itu! Bonbon hanya bisa mendengus, kemudian melihat apa yang dipegang Belian.
Oh! Dia memiliki daun baru ternyata.
"Ini daun Bonbon. Balu tumbuh," jawab sang rumput, mengangguk-angguk kan ujung daunnya.
Hingga ... daun itu berdiri kaku, lalu memeriksa lagi dua sulur kecil yang baru tumbuh.
"WOAHH ... BONBON NA PUNA DAUN BALU? BELIAN! BONBON NA PUNA DAUN BALUUU ...."
Pot bunga melompat-lompat kegirangan, dan kalau bukan karena Belian yang menangkapnya tepat waktu ... Bonbon sudah pasti jatuh dari motor.
"Ayo, Belian! Pulang kita. Bonbon mau kaci liat cama dep, lenol, piji, cama piloa cuga! mleka haluc liat daun balu Bonbon."
Jika Bonbon memiliki mata yang bisa Belian lihat! Pasti sang komandan merasa silau, karena tatapan berbinar itu.
Memutar mata malas, Belian menyalakan motor lagi kemudian pergi melanjutkan perjalanan.
"Belian? Napa Ndak pulang? Jalan pulang Cana! Napa pigi cini ...." Bonbon bertanya penasaran sambil menunjuk kebelakang! Tapi Belian ... membawa motor santai dengan tatapan datar kedepan.
"Kita tidak akan pulang," jawabnya masih menatap lurus.
"Napa? Bonbon mau kaci liat cama cemua manuca, kalau Bonbon dah puna daun balu!"
"Tidak ya tidak. Jangan membantah, atau daun barumu ku cabuti satu-persatu."
Mendengar ini Bonbon menegang. Ingin rasanya protes dan kembali marah, tapi ... aura gelap yang mengelilingi Belian, cukup membuat si kecil bungkam dan hanya pasrah sambil menunduk.
"Napa Belian na cemini (seperti ini) aa? cepelti malah cama Bonbon. Tapi, Bonbon baik pun, Ndak ada buat calah ...."
Gumaman Bonbon bisa didengar oleh telinga tingkat S Belian. Mendengar itu, Belian malah semakin ingin marah pada rumput kecil ini. Tapi ... tidak bisa dilampiaskan.
Dia yang pertama kali menemukan Bonbon, serta menyelamatkannya juga. Tapi mengapa, si kecil lebih dekat dengan orang lain?
"Seharusnya aku mengurungnya dalam wadah kapsul dari awal, dengan begitu hanya aku yang ada di otak daunmu."
Itulah yang diucapkan Belian, karena kesal sebab beberapa hari belakangan ini dia tidak memiliki waktu untuk bermain dengan mutan kesayangannya.
"Belian? Beliaaan ... Belian na malah cama Bonbon?" Panggilan rumput kecil terdengar, tapi pria itu tidak berniat menjawab.
Apakah ekspresi marahnya kurang jelas? mengapa Bonbon masih bertanya lagi.
"Janan malah Belian. Walopun Bonbon Ndak ada calah na! Bonbon minta maap."
Mengapa manusia begitu sulit diprediksi. Terkadang marah, terkadang takut, terkadang menangis ... seperti bayi saja. Lihat dia, rumput dewasa yang bisa mengatur emosi. Tidak pernah marah, menangis, ataupun takut. Memang hanya rumput ini yang normal diantara manusia.
"Khe ... tidak bersalah, hmm? Lucu sekali," ujar Belian sebelum menekan rem motor dan berhenti di suatu tempat.
Bonbon menatap sekitar, entah mengapa tempat ini terasa familiar ....
"Waaa! Itu na batu manteman Bonbon. Aha! Dah lama Ndak temu kita." Sikecil menunjuk dua batu yang saling berdempetan.
Dia tumbuh diantara celah itu setelah berhasil keluar dari benih.
"Hooo ... jadi batu itu temanmu? Lalu, mengapa Bonbon tidak meminta air padanya saat kamu kehausan?"
Alis Belian terangkat saat dia melepas helm. Turun dari motor sambil membawa pot kecil, kemudian meletakkan Bonbon disamping dua batu meteorit hitam.
"Batu Ndak ada ail. Kan Belian ada ail, tluc kaci Bonbon!" sang rumput masih mengingat kejadian dimana dia kehausan, hampir mati karena kekurangan air.
"Kamu ingat sekarang! Siapa orang yang telah menyelamatkanmu?" Berdiri dengan tangan terlipat kedada, alis Belian naik turun menatap Bonbon dibawah.
Sungguh, otak rumput Bonbon tidak mengerti arah pembicaraan ini. Dan lagi, kenapa sepertinya kemarahan Belian semakin bertambah?
"Aku yang menyelamatkan mu? Tapi mengapa kamu begitu dekat dengan Dave, Leonore, serta yang lain? Apakah tidak menyenangkan bermain dengan ku, hmm?"
Jika bawahan Belian melihat ini! Maka mereka akan berpikir kalau sang komandan, sedang melampiaskan rasa cemburu pada kekasihnya.
Tapi itu benar! Dia memang cemburu, cemburu melihat mutan yang telah dianggap sebagai miliknya sendiri ... malah tertawa ria dengan orang yang jelas-jelas tidak berhubungan dengannya sedari awal.
Apa-apaan itu! Dia hanya menitipkan Bonbon pada mereka sebentar, tapi Bonbon sudah menganggap orang-orang itu temannya!?
"Mulai besok ikut denganku selama patroli, jangan dekat dengan mereka, lalu ... aku akan memberimu air, yang lebih bagus dari milik Dave," titah sang komandan, membuat rumput yang sedari tadi mendengarkan ... benar-benar ditempat.
"Apa Bonbon mendengar itu?" tanya Belian lagi, seperti tidak ingin dibantah.
"Belian? Apa tuh patoli? Tluc Bonbon na dekat cama capa?" Ujung daun Bonbon melengkung, tidak memahami apa yang sebenarnya diungkapkan oleh manusia didepannya ini.
'Plakkk ....'
Ujung-ujungnya Belian menampar dirinya sendiri. Mengapa dia begitu bodoh dan bersikap uring-uringan? Makluk ini hanya rumput yang berpikiran polos. Bonbon akan menganggap siapapun berharga, selama mereka tidak mencoba memakannya.
"Sudah, tidak usah membahas ini lagi. Ayo, kita kembali." Mengambil rumput diatas pasir yang mulai tampak gerah, Belian pergi dari sana berniat kembali ke markas.
Tapi, sebelum Belian bisa menarik gas motor! Sesuatu yang besar tiba-tiba menutupi langit, atau lebih tepatnya ... cahaya matahari diatas.
Sontak Belian mendongak, hanya untuk melihat helaian sayap raksasa yang membentang dan mengepak, sebelum suara melengking terdengar
"KHIIIIIIKKKKK ...."
Seperti jeritan elang yang digabung dengan gema berfrekuensi tinggi! yang bisa membuat pendengar merasakan rasa urgensi menakutkan.
Segera perangkat kecil yang terhubung di dalam helm hitam berbunyi, menandakan markas sedang memanggil komandan mereka.
"Khe, akhirnya ada yang muncul juga. Bonbon! lebih merapat keperutku. Kita akan meningkatkan kecepatan!" peringat Belian pada si kecil.
Namun, tidak ada jawaban dari rumput itu. Apa dia ketakutan lagi? Belian menunduk dan mendapati ujung daun Bonbon melengkung keatas ... seolah mendongak menatap makluk terbang disana.
"Jangan takut, dia hanya monster yang tidak terlalu berbahaya." mengusap sedikit tubuh Bonbon, Belian berusaha menenangkan sang rumput.
Si kecil masih melengkung, mengabaikan ucapan Belian sepenuhnya.
Maka, dengan terpaksa satu tangan Belian melindungi pot kecil Bonbon didepan perut ... dan sebelah lagi mengemudikan motor, agar cepat sampai ke markas.
"Komandan! Gorgon reptile, sepertinya mengincar markas kita."
Dari helm terdengar suara Viola. Tampak bersemangat, dan tidak tersirat rasa takut sedikitpun.
"Aku hampir sampai," jawab Belian singkat dan dengan perintah dari otak, sambungan terputus.
Monster terbang diatas adalah gorgon reptile. Makluk menyerupai elang berkepala ular, dan memiliki sayap besi dengan ketahanan luar biasa.
Monster ini sering berpindah-pindah antar planet, karena bisa terbang tanpa takut terbakar di atmosfer. Dengan kecepatan terbangnya! Setiap kepakan sayap akan membawa oksigen, yang memungkinkan dia bisa bertahan lama diluar angkasa.
Gorgon reptile biasanya memiliki kekuatan api, sangat cocok untuk membuat larutan nutrisi elemen yang sama. Tapi bukan hanya batu monster yang bisa dimanfaatkan! Bulu-bulu sekeras besi namun ringan, juga menjadi salah satu bahan dalam membuat kapal perang ruang angkasa.
"Melihat dari ukurannya, sepertinya panen yang cukup besar. Prizil juga bisa memanfaatkan batu monster itu." Inilah yang diucapkan Belian! Berkonsentrasi antara jalan didepan, monster diatas, serta pot tanaman kecil didepan perut.
"Mnn ... becal. Slurppp, kenang Bonbon ini kalau mamam."
Gumam Bonbon, hampir membuat Belian menabrak batu. Tapi karena pengalaman tinggi! Motor melayang berhasil dikendalikan dengan sempurna.
"Apa yang kamu __"
Belian hendak bertanya apa yang tadi diucapkan oleh rumput ini? Namun terhenti ketika ... melihat asap hitam keluar dari tubuh Bonbon.
"KHIIIIIIIIIIK KHIIIIIIIKKK ...."
Tiba-tiba, Monster yang tampak garang dan siap menghancurkan manusia diatas sana, terpekik panjang, dan terbang kalang kabut seolah takut akan sesuatu.
Belian yang melihat fenomena aneh ini, menghentikan kendaraan ... menatap si Monster yang semakin menjauh dari planet, lalu sikecil yang tidak diselubungi lagi oleh asap hitam.
"Lali mamam Bonbon na? OYYY, BALIK CINI, JANAN PIGIIIII. BONBON MAU AJAK BICALA MAMAM NA CIKIJAP ...." teriak Bonbon, gagal bernegosiasi dengan sang makanan.
Padahal dia mau bertanya pada burung berkepala ular itu. Bagian mana yang boleh Bonbon makan?
Soalnya, sewaktu dalam wujud benih, Bonbon tidak bisa berbicara apapun. Jadi, dia hanya bisa memakan semua Monster dan mutan di planet ini, tanpa menyisakan bagian tubuh lain sedikit pun.
TO BE CONTINUE
Jangan lupa! Tekan like, subscribe, plus komentarnya ya. Biar makin semangat author update, plis kasih ulasan sama bintangnya juga🙈🙈
Babay 👋
.
.
Jejak-kaki 👣👣👣
minta upnya double dong Thor
kangen setelah mao-mao, bon-bon adalah penyemangat ku buka noveltoon ini khusus buat bon bon
😄😄😄