Duda-ku
Sinta Permatasari menghadap ksebuah cermin setelah 2 jam bersolek
“Ka Hana hari ini aku harus menyaksikan kamu menangis darah karena tunangan kamu aku ambil, dan itu bukan salah aku, itu semua salah kamu kenapa kamu mempunyai tunangan yang lebih kaya dari tunanganku, aku selmanya harus mengalahkanmu” ucap Sinta dalam hati
Kemudian sinta keluar kamar, tampak disana sudah Andri tunangannya,
Riko duduk didampingi kedua orang tuanya
“Kenapa lagi andri datang” gerutu sinta namun kahirnya sinta tersenyum dalam hati.
"Aku benar-benar jadi bintangnya malam ini. Aku diperebutkan dua orang lelaki. Kak Hana pasti cemburu melihatku," ucap Sinta dalam hati.
Pintu dapur terbuka. Hana datang membawa nampan yang berisi beberapa minuman dan cemilan. Dengan terampil, Hana menatanya di meja tamu tanpa ekspresi, seolah tamu-tamu yang ada di depannya tidak berarti.
“Ini dia kakaku,,dia cantik cerdas dan aku tidak suka sama dia, dia selalu menang banyak hal dariku tapi sekarang aku akan mengalahkanmu, bersiaplah kamu akan menangis darah sebentar lagi” ucap sinta dalam hati
"Coba saja kamu mmau akusentuh sebelum kita menikah, Hana… mungkin kejadiannya tidak seperti ini," gumam Riko dalam hati.
Hana akan berbalik meninggalkan ruang tamu, namun Sinta tiba-tiba berkata,
“Kak Hana, tolong duduk bersama kami. Jangan sampai orang mengira kakak adalah pembantu di rumah ini. Kakak bagian dari keluarga ini,” ucap Sinta seolah bijaksana, padahal ingin menegaskan bahwa Hana memang lebih cocok menjadi pembantu daripada bagian dari keluarga Handoko.
“Ya, duduklah, Hana,” ucap Handoko dengan lembut.
“Kak Hana, kamu harus menyaksikan kalau aku lebih cantik dari kamu. Buktinya, aku diperebutkan dua orang lelaki, sementara kamu dicampakan oleh Riko,” gumam Sinta dalam hati.
Hana duduk sendirian dekat Andri, jaraknya agak berjauhan.
Heri nampak menghela napas berat, seolah apa yang akan ia sampaikan adalah sesuatu yang sangat serius.
“Pak Handoko, sebelumnya saya minta maaf, tapi ini harus saya ucapkan. Perkara rumah tangga bukan perkara main-main, harus dipertimbangkan dengan matang. Mohon maaf, Pak… rupanya Riko masih bimbang dengan perasaannya. Walaupun Riko dan Hana sudah lama saling mengenal, dan kami juga mengenal baik siapa Hana—Hana anak yang baik, cerdas, pintar, dan rajin—sayangnya, perasaan Riko rupanya masih belum tetap sama terhadap Hana.”
pak heri menghela napas berat, seolah apa yang akan ia ucapkan selanjutnya sangat berat.
“Jadi, Riko ini ingin membatalkan pernikahan dengan Hana,” ucap pak heri
Ia menatap sekilas Hana, seolah ingin memastikan apakah Hana baik-baik saja dengan keputusan ini. Heri menyukai Hana, tetapi ia bukan tipe orang tua yang mengatur keinginan anak.
Satu bulan yang lalu, ia melamar Hana untuk Riko. Namun, tiba-tiba kemarin Riko meminta dirinya melamar Sinta, adik Hana.
“Kenapa tidak ada raut kesedihan sedikitpun dari Hana, ya?” gumamnya dalam hati setelah melihat ekspresi Hana yang biasa saja—tidak tersenyum, tidak kaget—seolah kabar pembatalan pernikahan yang tinggal tiga minggu itu bukan berita berat bagi Hana.
“Hana, Bapak mohon maaf. Bapak tidak bisa memaksa keputusan Riko, Hana,” ucap Heri memastikan perasaan Hana.
“Tidak masalah, Pak,” jawab Hana singkat.
“Sial, kenapa dia tidak terlihat kecewa?” gumam Riko dalam hati.
“Sial… kenapa tidak terlihat sedih? Harusnya dia merasa tertekan, dong. Apa dia nggak malu undangan sudah tersebar tapi tidak jadi menikah? Ah, pasti dia sok kuat,” ucap Sinta dalam hati.
“Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Percayalah sama Ibu… Ibu berharap tadinya kamu… nak,” ucap Mila dengan tulus.
“Tidak masalah, Bu. Aku baik-baik saja,” jawab Hana singkat.
Handoko tersentak mendengar kabar ini, tadi pagi sinta meminta dirinya untuk membatalkan pernikahan dengan andri, dan sekarang keluarga riko yang awalnya meminang hana datang untuk membatalkan pernikahan hana dengan riko. Dua kabar yang membuat dia bingung,
“kami kecewa, Pak, dengan kabar seperti ini. Bagaimanapun, kami sudah mengeluarkan banyak uang untuk mempersiapkan pernikahan ini. Persiapannya sudah 50%, tapi tiba-tiba saja dibatalkan. Bagaimana kami harus menanggung malu, Pak?” ucap Handoko dengan wajah kesal
“Inilah hal kedua yang akan kami sampaikan, Pak,” ucap Heri. Ia menghela napas berat.
“Kita juga sudah menyebar undangan, dan Riko juga sudah mengeluarkan uang untuk mempersiapkan pernikahan. Maka, untuk itu, kami tetap akan melaksanakan pernikahan, hanya saja dengan pengantin wanita yang berbeda.”
Heri menatap wajah Hana, karena ucapan selanjutnya pasti akan menyakitinya.
“Riko rupanya mempunyai hati pada Sinta. Maka, dengan ini, kami mau meminang Sinta, mala mini,” ucap Heri.
Handoko dan Mirna kaget mendengar kabar ini tapi bagi mirna ini adalah kabar baik karena anak kesayangannya diperebutkan oleh dua orang lelaki..dan sebenarnya mirna lebih condong Sinta menikah dengan Riko
“hahah bagus pak,,hana pasti menangis darah,,kalau dibatalin pernikahan kurang menyakitkan pasati dengan riko memilih aku akan membuat dia sakit hati” ucap sinta dalam hati
Dia melihat ekspresi hana “siallll kenapa dia tidak menangis” gerutu sinta dalam hati
“Tidak!” teriak Andri memecahkan keheningan dia tidak permintaan orang tua riko
“Diam, kamu!” teriak Riko pada Andri.
“Kamu yang diam! Aku yang pertama melamar Sinta. Kenapa kamu sekarang melamar Sinta?” ucap Andri.
“Pa Han, ini siapa?” tanya Heri.
“Maaf, Pak, ini nak Andri. Dia memang yang duluan melamar Sinta,” jawab Handoko.
“Riko, ternyata Sinta sudah dilamar orang. Kenapa kamu tidak bilang?” ucap Heri.
Tiba-tiba Sinta berkata,
“Andri, maaf sebelumnya. Aku mengecewakan kamu. Aku berusaha mencintai kamu, tapi maaf, perasaan tidak bisa dibohongi. Aku memilih Mas Riko,” ucap Sinta.
“Brak!” Andri menggeram, menghantam meja.
“Kenapa, Sinta… kenapa kamu tega sama aku?” ucap Andri.
“Karena kamu juga tega sama aku, Andri,” jawab Sinta.
“Kenapa, Sinta… sebutkan kesalahanku, Sinta?”
“Kamu… mengaku orang kaya, padahal kamu hanya tukang ojek,” ucap Sinta.
Andri menghembuskan napas berat.
“Oh… itu rupanya alasan kamu… Baiklah, aku mengerti. Awalnya aku mengira ada yang salah dalam diriku, ternyata aku beruntung tidak jadi menikahi kamu,” ucap Andri.
Kemudian Andri bangkit dan pergi dengan langkah besar, meninggalkan rumah Sinta.
Semua orang awalnya memprediksi bahwa Hana yang akan terlihat tertekan dan kecewa, tetapi Hana malah tampak biasa saja, seolah pembatalan pernikahan dengan Riko bukan masalah besar yang menyakiti dirinya, apalagi karena Riko memilih adiknya sendiri.
“Hana, bagaimana dengan kamu?” tanya Handoko, menatap putri sulungnya dengan heran.
“Aku tidak masalah, Pak,” jawab Hana dengan nada biasa.
“Sial… sial… kenapa dia tidak tertekan? Kenapa dia tidak terlihat stres? Harusnya dia terlihat stres, dan kalau bisa, dia sampai ingin bunuh diri mendengar kabar ini,” gumam Sinta dalam hati.
“Hana… kenapa kamu baik-baik saja? Hana, sHanaeharusnya kamu kecewa. Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi, Hana?” ucap Riko.
Beberapa kali Riko mengajak Hana melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan, tetapi Hana selalu menolaknya. Riko pun kecewa dengan Hana, dan akhirnya mengincar adiknya.
Sinta awalnya tidak peduli dengan Riko, karena pacarnya, Andri, lebih kaya daripada Riko. Namun, setelah Sinta memergoki Andri menjadi tukang ojek online, ia merasa kecewa. Apalagi setelah mengikuti Andri, Sinta mengetahui bahwa Andri tinggal di rumah yang sangat sederhana.
Maka, Sinta pun akhirnya mendekati Andri. Dua orang yang kecewa dengan pasangan masing-masing itu akhirnya bertemu, dan terjadilah perselingkuhan antara Sinta dan Riko. Semua itu memiliki satu tujuan: menghancurkan perasaan Hana.
Tapi sayang, Hana tetap bersikap biasa saja.
Kenapa dia bersikap biasa saja? Tentu saja jawabannya di bab 2
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments