Sekuel dari novel Cintaku Dari Zaman Kuno
Azzura hidup dalam kemewahan yang tak terhingga. Ia adalah putri dari keluarga Azlan, keluarga terkaya dan paling berpengaruh di negara Elarion. Namun, dunia tidak tahu siapa dia sebenarnya. Azzura menyamar sebagai gadis cupu dan sederhana semua demi kekasihnya, Kenzo.
Namun, tepat saat perkemahan kampus tak sengaja Azzura menemukan sang kekasih berselingkuh karena keputusasaan Azzura berlari ke hutan tak tentu arah. Hingga, mengantarkannya ke seorang pria tampan yang terluka, yang memiliki banyak misteri yaitu Xavier.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Zion
Usai menyantap sarapan hangat di kamar, Azzura mengenakan dress putih santai dan cardigan tipis, lalu membuka pintu kamar besar itu dengan hati-hati. Begitu melangkah keluar, matanya disambut oleh lorong luas dan para pelayan berdiri rapi di sepanjang sisi ruangan.
Mereka tidak berkata sepatah kata pun.
Hanya menatap datar, diam. Penuh tekanan yang tak dimengerti Azzura.
Azzura sedikit canggung, tapi ia memilih untuk tak menggubris. Ia berjalan perlahan menuruni anak tangga marmer, hingga aroma laut dan suara debur ombak menarik perhatiannya.
Begitu pintu kaca terbuka, hamparan pantai putih dan laut biru terbentang di depan mata.
“Indah sekali,” gumamnya, angin laut menerpa wajahnya lembut.
Ia melangkah menyusuri tepian taman vila menuju pasir. Jemarinya menyentuh dedaunan, matanya terpukau dengan ketenangan yang ditawarkan tempat ini.
Tanpa sadar, langkahnya membawanya lebih jauh, menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil di belakang vila. Hingga suara teriakan dan hentakan kaki terdengar dari kejauhan.
Azzura menghentikan langkah. Ia melihat area pelatihan terbuka, semacam lapangan tanah padat yang dikelilingi pohon. Di sana, belasan pemuda dan pemudi bertelanjang kaki sedang melakukan latihan fisik berlari, meninju, menghindar, dan menyalurkan energi yang intens.
Mereka tampak tidak seperti manusia biasa.
Di tengah kerumunan itu berdiri seorang wanita berambut pendek dan sikap tegas, mengenakan pakaian tempur hitam-hitam. Sorot matanya tajam, dan ia tampak memimpin sesi itu dengan penuh kendali.
“Dia hebat,” Azzura bergumam, tanpa tahu siapa wanita itu sebenarnya.
Begitu Celin melihat Azzura latihan langsung berhenti.
Satu per satu anggota Omega menghentikan gerakan mereka. Semua menoleh. Menatap tajam ke arah Azzura, yang berdiri di batas rerumputan. Wajah mereka berubah. Dingin. Tajam. Curiga.
“Siapa itu?” bisik salah satu Omega laki-laki.
“Itu dia ... gadis yang digendong Alpha malam itu sang Luna,” jawab yang lain.
Celin melangkah maju. Sorot matanya menghantam langsung ke mata Azzura.
“Kau,” katanya datar. “Kau tersesat?”
Azzura mengernyit, menatap sekitar dengan bingung.
“Aku … hanya jalan-jalan. Maaf, aku tidak tahu ini area pelatihan.”
Celin menyilangkan tangan.
“Tempat ini bukan untuk orang luar.”
Azzura merasa tekanan itu meski tak memahami sepenuhnya kenapa semua orang di sana menatapnya seolah dia musuh.
“Aku … tidak bermaksud mengganggu,” katanya pelan.
“Tapi kau sudah mengganggu,” potong salah satu Omega perempuan dengan nada tajam.
Beberapa orang mulai berbisik. Suasana jadi tak nyaman. Azzura menggigit bibir bawahnya. Ia masih belum tahu, bahwa semua mata itu kini menilainya sebagai Luna—pemimpin betina mereka. Dan mereka tidak suka.
“Kau belum tahu, ya?” Celin berkata pelan namun menusuk.
Azzura menatapnya bingung.
“Tahu … apa?”
Celin melangkah lebih dekat, hingga jaraknya hanya satu meter dari Azzura.
“Alpha kami … Tuan Xavier ... sudah memilihmu.”
“Apa … maksudmu?” Azzura menelan ludah.
“Kau telah ditandai. Artinya, kau adalah Luna. Tapi kau tidak tahu apapun tentang dunia ini. Tentang kami.”
Azzura mundur setapak. “Dunia … apa?”
Celin menatapnya lama, kemudian menghela napas sinis. "Dunia manusia ser—"
“Cukup Celin.”
Suara berat dan berwibawa memecah suasana.
Semua kepala menoleh.
Langkah mantap terdengar dari balik deretan pohon.
Xavier.
Ia mengenakan jas panjang berwarna biru gelap, kaus dalam hitam, dan celana bahan. Elegan, namun memancarkan aura pemimpin yang tak bisa disangkal. Matanya tajam, menyapu seluruh lapangan hingga berhenti pada Celin, lalu pada Azzura.
“Azzura,” ucapnya tenang, tapi penuh penekanan. “Kau tidak seharusnya di sini. Ayo.”
Azzura menunduk sedikit, masih memegang pundaknya yang ngilu.
Ia mengangguk, dan tanpa berkata apa-apa, melangkah pergi mengikuti Xavier.
Xavier berjalan mendahuluinya sedikit, dan sebelum menghilang dari pandangan, ia sempat menatap tajam ke arah Celin dan seluruh Omega. Tatapannya cukup untuk membuat semua menunduk spontan.
Begitu Azzura dan Xavier menghilang dari pandangan, keributan kecil pecah.
“Serius? Itu Luna kita?” celetuk salah satu Omega laki-laki sambil menyeka peluh di lehernya.
“Dia bahkan nggak punya aura Alpha, lemah, dan manusia pula!”
Omega perempuan lainnya menimpali,
“Dia bahkan nggak tahu apa itu pack. Dia jalan ke sini kayak turis. Malu-maluin.”
Celin tetap diam sejenak, menatap ke arah jalan yang tadi dilewati Xavier dan Azzura.
“Kita tidak berhak menilai keputusan Alpha,” gumamnya akhirnya.
Namun nada suaranya terdengar getir, dan matanya masih penuh pertanyaan.
“Tapi, apakah manusia sepertinya bisa bertahan di dunia kita?”
Omega lainnya menyahut tajam,
“Kau tahu jawabannya. Dia bukan salah satu dari kita. Bahkan jika dia Luna itu cuma nama. Bukan kekuatan.”
Mereka kembali ke latihan, tapi bisik-bisik, sindiran, dan keraguan kini menyelimuti seluruh kelompok.
***
Brak!
Di dalam vila dosen, suasana sudah jauh dari tenang. Pak Damar, Bu Tania, dan beberapa pengurus lapangan hanya bisa berdiri menunduk saat Zion menggebrak meja kayu di hadapan mereka.
“Bagaimana bisa kalian membiarkan putriku menghilang di bawah pengawasan kalian?!” suara Zion menggelegar seperti petir.
“Kalian bahkan tak tahu kapan terakhir dia terlihat!”
“T—tuan Zion … kami mohon maaf,” suara Pak Damar bergetar. “Kami tidak menyangka hal seperti ini bisa terjadi. Kami sedang menyisir seluruh area bersama tim.”
Zanaya, yang duduk di sofa, menatap lurus ke jendela, matanya dingin dan penuh kecemasan yang tersembunyi dalam keanggunannya.
“Jika sesuatu terjadi pada Azzura,” ucapnya lirih namun menusuk, “maka seluruh tempat ini akan kubalik.”
Para dosen saling pandang. Mereka tahu keluarga ini bukan keluarga biasa.
Sementara itu, di luar vila, para anggota BEM berkumpul di dekat truk logistik, duduk-duduk sambil makan camilan seadanya. Suasana masih ramai, tapi mereka sibuk membicarakan kedatangan mengejutkan Tuan Zion dan Nyonya Zanaya.
“Gila, kalian lihat mobil-mobilnya?” bisik Yuna, bendahara BEM. “Itu pasti mobil sultan, plat khusus, dan dijaga ketat. Tuan Zion benar-benar miliarder.”
Kenzo, yang duduk santai sambil memakan keripik, langsung menyahut, “Ya iya. Emang dia donatur utama Asteria. Tapi ngapain juga jauh-jauh datang ke sini. Gak mungkin bukan hanya karena satu mahasiswi culun yang hilang?”
Boby, sahabat Kenzo yang dari tadi diam, tiba-tiba menatap Kenzo serius.
“Tapi, jangan-jangan Azzura itu putri Tuan Zion?”
Beberapa anggota BEM langsung terdiam sesaat, lalu terkekeh bersamaan.
“Gak mungkin!” Kenzo tertawa keras. “Azzura? Yang bawa bekal sendiri, pakai sepatu sobek, dan ngerjain tugas orang biar dapet uang tambahan?”
Rica menimpali sambil mengejek, “Dia itu anak beasiswa. Ngaku tinggal sama tantenya. Mana mungkin anak orang kaya.”
“Putri donatur utama?” Kenzo tertawa lagi,
“Yang bener tuh dia putri pembantu villa ini!”
Yang lain ikut tertawa. Tapi Boby tak ikut. Ia hanya menatap vila mewah di kejauhan dengan tatapan bingung.
“Tapi ... kenapa Tuan Zion kelihatan benar-benar marah? Dan Sania dia manggil mereka Om dan Tante.”
Rica mengangkat bahu.
“Ya bisa aja dia punya koneksi, tapi Azzura mah tetap aja bukan siapa-siapa.”
"Atau enggak. Tuan Zion kasihan melihat anak pembantunya yang ilang. Makanya membantu mereka," sahut Kenzo menambahkan dengan suara mengejek
kenzo aja aneh g nagaca kan hadeh munafik bget deh si kenzo ini
dia baik tp baik sm siap.dlu
lah ini apaaaaa
zanaya sm penduduk kecil baik g pelit kasih modal usaha dan pelatihan
lah manusia jmn skrg yg ada iri dengki dan tamak
bukan nya tau tata krama tp mlh ngelunjak
yaa nikmati aja cara mu didik anak wkwkwk mampus kau slh cari lawan
nahh blm tau azura aja sok2an loe.