Nyatanya, menikah dengan pria yang dicintai tak selamanya membuat Naomi bahagia. Baru beberapa bulan Naomi merasakan kebahagiaan menjalani biduk pernikahan dengan Gilang, badai besar datang menerpa rumah tangga mereka.
Melvina, adik ipar Naomi yang berstatus sebagai adik angkat Gilang, ternyata juga mencintai Gilang dan berusaha melakukan berbagai macam cara untuk memisahkan Naomi dan Gilang.
“Maaf, aku terpaksa harus menikahi Melvina menjadi istri keduaku untuk menyembuhkan rasa trauma di dalam hati Melvina.” Pernyataan Gilang malam itu berhasil membuat hati Naomi hancur berkeping-keping.
“Lebih baik aku pergi dari pada harus di madu dan merasakan sakit hati seumur hidup.” ~Naomi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPRT 6 - Jangan Ambil Alih Tugasku!
Naomi tidak tahu rencana apa yang sedang disusun oleh Melvina. Dia memilih mengikuti alur permainan Melvina sambil menahan kesal dalam hati. Ingin menolak pun rasanya tidak mungkin. Karena bukan hanya hubungannya dan Gilang saja yang bisa merenggang, tapi dengan mertuanya juga.
“Kak Gilang, biar aku yang masak untuk makan siang, ya!” Pinta Melvina setelah selesai membereskan barang-barangnya di ruangan tamu.
Naomi yang sudah berniat untuk bergerak memasak seketika menyahut. “Gak usah, Melvina. Biar aku saja yang masak. Kebetulan aku sudah siapin bahan-bahannya.”
“Boleh ya Kak Gilang?” Bukannya merespon perkataan Naomi, Melvina justru meminta persetujuan pada Gilang.
Gilang berara di ambang kebimbangan. Ingin menolak keinginan Melvina demi menghargai perasaan istrinya, rasanya sulit karena Melvina baru saja sedikit pulih dari rasa traumanya.
“Biar Melvin aja yang masak. Kamu istirahat aja di kamar.” Kata Gilang pada Naomi sekaligus memberitahu Melvina dengan secara tidak langsung jika dia menyetujui keinginan Melvina.
Senyuman di wajah Melvina terkembang. Rasanya dia senang sekali mendengar keputusan Gilang. Tatapan mata Melvina pun nampak sinis menatap wajah Naomi. Dia merasa menang dari Naomi saat ini.
Tak ingin berdebat, Naomi membiarkan Melvina memasak di rumahnya. Mama Ruby pun nampak membantu Melvina memasak setelah Melvina beranjak menuju dapur.
“Maaf, bukannya aku gak pengen makan masakan buatan kamu. Tapi gak masalah bukan kalau sesekali Melvina aja yang masak di sini. Mana tahu aja dengan begitu rasa traumanya semakin berkurang karena dia sudah sibuk dengan kegiatannya sehari-hari.
“Sampai kapan?” Bukannya menjawab pertanyaan Gilang, Naomi justru bertanya balik. Rasanya dia tak bisa terus bersabar.
Gilang menghela nafas. Dia mengerti dengan maksud perkataan Naomi. Gilang pun berusaha menjawab dengan hati-hati. “Sampai keadaan Melvina benar-benar pulih. Aku melakukan ini semua agar dia bisa segera sembuh dan mama gak bersedih lagi.”
Naomi mengalihkan pandangannya ke arah samping. Lagi, Gilang hanya memperdulikan perasaan Melvina dan ibunya saja. Sama sekali tidak peduli dengan perasaannya.
Tanpa kata, Naomi beranjak menuju kamar. Biarlah Melvina yang memasak dibantu dengan Mama Ruby. Dia sama sekali tak berniat membantu. Toh mereka juga tidak menyukainya bukan. Jadi untuk apa dia berpura-pura baik pada mereka?
Di dalam kamar, Naomi berusaha mengatur nafas. Mengontrol emosinya agar stabil. Naomi tak ingin menangis lagi karena perbuatan Melvina. Sudah cukup air matanya jatuh beberapa waktu belakangan ini.
“Aku harus kuat. Aku gak boleh lemah!” Naomi mengingatkan dirinya. Jangan sampai dia kalah dengan Melvina.
“Gilang, istri kamu kemana? Kok udah ilang aja. Gak niat siapin piring buat makan siang apa?” Mama Ruby bertanya ketus. Menatap ke arah Gilang dengan tatapan tak suka.
“Aku menyuruhnya istirahat, Mah. Lagian udah ada Mama yang bantuin Melvina. Menurutku lebih baik Naomi istirahat saja.”
“Kamu itu gimana sih, Gilang. Mentang-mentang Melvina udah baik mau bantu masak di sini, kamu malah biarin istri kamu enak-enakan tidur di dalam kamar. Lagian istri kamu juga, bersikap seenaknya saja. Sudah tahu adik iparnya yang masak, gak ada inisiatif buat siapin piring. Malah nurut aja disuruh istirahat sama suami!”
Gilang merasa bingung untuk memberikan tanggapan pada mamanya. Jika beberapa bulan lalu dia berani melawan mamanya demi membela Naomi, sekarang rasanya sulit. Bukannya tidak ingin, tapi Gilang tak ingin membuat suasana hati mamanya yang sudah memburuk karena keadaan Melvina, jadi semakin parah.
Pukul satu siang, Gilang nampak masuk ke dalam kamar hendak memanggil Naomi untuk makan siang bersama. Melihat Naomi masih sibuk berdoa di atas sejadah, membuat Gilang urung untuk memanggil istrinya itu.
“Sayang…” melihat Naomi yang sudah selesai berdoa, membuat Gilang memanggilnya dan perlahan mendekatinya.
Pandangan Naomi lantas beralih pada Gilang. Menatap wajah suaminya dengan tatapan datar. “Ada apa?”
“Ayo turun. Kita makan bareng sama mama dan Melvina.”
“Aku gak lapar. Kalian lanjutkan saja makan siang bersama tanpa aku.” Tolak Naomi. Dia sungguh tak berselera mau makan bersama Gilang dan keluarganya.
Gilang berusaha untuk tenang menghadapi sikap istrinya. Dia tak ingin terpancing emosi setelah mendengar perkataan Naomi barusan. “Makanlah sedikit. Jika kamu gak suka sama Melvina, setidaknya harga Mama yang udah datang ke sini dan siapin makan untuk kita.”
Naomi kembali menurunkan egonya. Dia menurut dan sudah turun ke lantai bawah untuk makan siang bersama Mama Ruby dan Melvina. Kedatangannya pun disambut dengan tatapan tak suka oleh Mama Ruby. Entah apa lagi salahnya hingga Mama Ruby menatapnya seperti itu.
“Kak Gilang, biar aku yang ambilin makannya, ya!” Baru saja Naomi hendak mengambilkan makanan untuk Gilang, Melvina sudah bersuara lebih dulu ingin mengambil alih tugasnya. Tak terima dengan sikap Melvina yang suka seenak hatinya, membuat Naomi langsung bersuara.
“Aku sudah mengizinkan kamu untuk memasak di dapurku, Melvina. Tapi untuk kali ini maaf, aku tidak bisa mengizinkan kamu untuk mengambil alih tugasku lagi melakukan kewajibanku pada Gilang!” Tegas Naomi dengan tatapan tajam pada Melvina. Dia tidak peduli kalau sikapnya saat ini membuat Mama Ruby kesal pada dirinya.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
biasanya kmau bisa bilang kalo ini semua dia lakukna buat ulet keket sembuh....
ayolah ngomong gitu kaya kamu ngomong di depan Naomi...
kamu ngomong sama semua untuk ngertiin posisi fia sekarang yang mencoba untuk menyembuhkan traumnanya ulet keket...ko g abisa jawab sih....cuma berani jawab fo depan Naomi ya....
keliatan bnaget y ulet keket lagi kegatelan...
udaj liat gitu ko kamu g abisa mikir sih lang...kalo apa yang di omongin Naomi kalo ulet keket itu cinta sama kamu sebagai perempuan dewasa ke lelaki dewasa bukan cinta sebagai adik ke kakakanya....
percuma jadi bos beaar kalo hal sepele gini kamu ga peka...
itu bibit pelakor...
tapi ya sudahlah kan itu yang kamu pilih...
lebih memilih menjadi obat traumanya ulet keket dn menjadi anak yang berbakti dengan mengikuti kemaunnya ibu tersayang kamu
Derdy sangat curiga melvina itu hanya sandiwara hanya tuk menarik perhatian mama ruby dan gilang dasar ular berbisa...
Gilang merasa tidak nyaman dekat-dekat sm melvina, tidak menjawab pertanyaan ingin menikahi melvina hanya diam aja....
Gilang makanya jd pria hrs tegas dan punya pendirian jgn mau hidupmu disetir mamamu itu yg egois bingit memaksakan kehendaknya....
Derby sangak muak skl sm melvina sok jaim dan kalem pdhal asli ular berbisa sangat jahat dan licik sampai tega menghancurkan rumahtangga noami dan gilang...
Ayo Debby n papa Rega cari bukti u/ membuka kebusukan ulet bulu