Aku tak pernah membayangkan bahwa aku akan merasakan kepahitan dalam hidup. keluargaku yang memiliki aset kekayaan yang melimpah tiba-tiba saja bangkrut mendadak, dan yang lebih gilanya lagi Papah dan Mamah memaksa aku menikah dengan kepercayaan sang papah yang terkenal dingin dan datar itu. Aku sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan pernikahanku bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijaloverrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Assalamu'alaikum jangan lupa like dan komen 😄
Selamat membaca☺
####
Hari yang ditentukan oleh para pemilik saham sudah berlalu dan tersisa hanyalah satu minggu saja. Terlihat Danu dan Para Pekerja diperusahaan sedang sibuk-sibuknya. Beberapa kali Danu dan Pandu terlihat sedang Menghubungi seseorang.
Tok..Tok…
Suara ketukan pintu mengalihkan fokus Danu dan Pandu sekilah lalu kembali fokus pada pekerjaan.
“Masuk.” Tak berapa lama Suara pintu yang dibuka menampilkan seorang Pria paru baya yang memakai setelan jas kantoran.
“Halo sobat,lama tak bertemu.” Sapa Pria Paru baya itu pada Danu. Danu yang mendengar suara familiar ditelinganya menoleh dan seketika ia menampilkan wajah datar dan marah.
“NGAPAIN KAMU KESINI.” Marah Danu sampai ia berdiri dari kursi kerjanya. Pria yang datang adalah Musuh bebuyutan Danu yang bernama Surya Darutana. Mereka rival sejak dibangku kuliah dulu. Danu dan Surya adalah sahabat karib pada masa kuliah. Saat itu mereka sama-sama menyukai perempuan yang sama yaitu Iriana. Dan Iriana hanya menyukai Dan menerima cinta dari Danu. Dan berakhir mereka menjadi musuh.
“Hei apakah kamu tidak menyambut teman lamamu ini?” Tanya Surya dengan menampilkan senyum smirknya.
“Saya tidak punya teman seperti kamu. Seharusnya sejak dulu saya mencobloskan kamu ke penjara surya.”
“Aku datang dengan itikad baik.” Surya duduk tampa dipersilahkan oleh Danu.
Pandu yang berada disana memilih diam menunggu perintah dari Danu. Ia tidak akan ikut campur tampa diminta oleh atasannya itu. ia hanya menatap datar pada pria parubaya yang ia ketahui adalah musuh dari Danu.
Danu membuang napas kasar meredakan emosi yang sudah muncul dalam dirinya. Ia berjalam menuju sofa yang di duduki Surya dan memilih duduk Berhadapan menampilkan raut datarnya. Pandu memilih berdiri dibelakang Danu.
“Ngapain kamu kesini?” Tanya Danu sambil menaikkan satu alisnya.
“kamu tidak mau menawarkan tamumu ini kopi?” Surya mengabaikan pertanyaan Danu.
“Pandu buatkan manusia tidak tau malu ini kopi, dan jangan lupa tambahkan racun tikus.” Titah Danu. Mendengar itu senyum mengejek yang sedari tadi ditampilkan surya seketika berganti dengan raut wajah datar.
“baik Tuan.” Pandu bergegas keluar untuk membuatkan kopi. Ia tau Tuannya itu hanya bercanda soal racun.
Lama Danu dan Surya hanya saling menatap tajam. Danu membuang napas kasar melihat manusia didepannya itu. “Saya Tanya sekali lagi, Apa tujuanmu kesini? Sebelum saya suruh anak buah saya menyeretmu keluar dari sini.” Danu melipat kedua tangannya didada dan menaikkan satu kakinya diatas kaki yang lain.
“Saya suka gayamu. Saya kesini ingin mengajakmu kerja sama.” Ucap Surya masih menampilakan senyumannya.
“Saya tidak butuh bekerja sama dengan orang munafik sepertimu.” Balas Danu cepat.
“oh ya, padahal niatku baik.saya tau perusahanmu diambang kebangkrutan.” Balas Surya telak. Danu sedikit terkejut darimana manusia didepannya ini tau perusahaannya sedang bermasalah.
“Saya akan memberimu keuntungan besar. Tapi ada syaratnya.” Senyum Surya.
Danu menatap Surya semakin tajam. “Saya tidak butuh bantuan darimu. Lagian Manusia sepertimu mana bisa dipercaya.”
“Terserah saja. Tapu-“
Ucapan Surya terpotong karena seseorang masuk. Surya terpaku menatap wanita parubaya yang masuk. Melihat itu Danu menoleh kebelakang dan mendapati sang istri datang dengan membawa rantang makanan.
“Mas apa aku mengganggu?” Iriana kager melihat tamu suaminaya.
“Tidak sayang,kemarila.” Jawab Danu dengan senyuman.
Iriana melangkah kearah Danu lalu menyalami tangan Danu tampa menghiraukan Surya yang sedari tadi menatapnya.
“Mas ngapain di kesini?” Tanya iriana lirih kepada suaminya. Ia masih ingat jelas saat surya menculiknya dulu.
