NovelToon NovelToon
Kalong

Kalong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Hantu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Zia Ni

Desa Semilir dan sekitarnya yang awalnya tenang kini berubah mencekam setelah satu persatu warganya meninggal secara misterius, yakni mereka kehabisan darah, tubuh mengering dan keriput. Tidak cukup sampai di situ, sejak kematian korban pertama, desa tersebut terus-menerus mengalami teror yang menakutkan.

Sekalipun perangkat desa setempat dan para warga telah berusaha semampu mereka untuk menghentikan peristiwa mencekam itu, korban jiwa masih saja berjatuhan dan teror terus berlanjut.

Apakah yang sebenarnya terjadi? Siapakah pelaku pembunuhannya? Apakah motifnya? Dan bagaimanakah cara menghentikan semua peristiwa menakutkan itu? Ikuti kisahnya di sini...

Ingat! Ini hanyalah karangan fiksi belaka, mohon bijak dalam berkomentar 🙏

Selamat membaca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menik Menghilang

Dalam ketidak berdayaannya, pria itu berusaha untuk memanjatkan doa-doa, hingga akhirnya 25 menitan kemudian tubuh Pak Haji Mashudi berhasil bebas dari tindihan.

Sadar sedang menghadapi keadaan genting, segera saja pria itu duduk bersila di atas ranjang lalu melantunkan ayat-ayat suci al-qur'an dengan suara cukup keras sambil memutar biji-biji tasbihnya.

Duarr!!

Terdengar ledakan keras di atas atap rumah, yang tak lain itu adalah kiriman banaspati. Setelah suara ledakan menghilang, tiba-tiba rumah tersebut bergoyang seperti layaknya terjadi gempa bumi selama belasan menit.

Dengan khusyuk, Pak Haji terus melantunkan ayat-ayat suci al-qur'an dan pasrah pada Allah jika sekiranya malam ini dia kehilangan nyawanya mengingat kemampuan lawannya sangatlah kuat. Namun ternyata peristiwa menegangkan itu akhirnya berhenti tapi Pak Haji tetap terus berdoa hingga keesokan paginya.

Rupanya, peristiwa tadi malam hanyalah sekedar peringatan keras yang ditujukan untuk Pak Haji Mashudi agar dia tidak ikut campur dengan musibah yang terjadi di Desa Semilir.

Tapi sebagai manusia yang memiliki hati nurani dan empati, pria itu tetap berencana akan meminta bantuan pada beberapa temannya yang sesama pemuka agama dan mempunyai kelebihan seperti dirinya bahkan diantara mereka ada yang kemampuannya beberapa tingkat di atasnya.

*

3 hari kemudian...

Di sebelah Selatan Desa Semilir, terdapatlah sebuah desa yang bernama Desa Glagah yang juga cukup dekat dengan hutan terlarang.

Jam 3.12 sore itu, tampaklah beberapa anak sedang bermain petak umpet di depan halaman rumah Pak Candra dan Bu Aisyah, yang di sebelah Timur rumah mereka terdapat tegalan yang memanjang ke arah belakang.

Diantara sekian anak yang bermain petak umpet, ada seorang anak perempuan berusia 7 tahunan yang bernama Menik, biasa bersembunyi di area tegalan bagian depan. Sama halnya sore itu, bocah perempuan tersebut juga bersembunyi di tegalan itu.

Tanpa Menik sadari, beberapa meter di belakangnya, terdapatlah seekor kelelawar yang sedang bergelantungan di salah satu ranting pohon jambu biji dengan sorot matanya yang berwarna merah menyala.

Beberapa detik setelah Menik bersembunyi, dari sepasang mata kelelawar tersebut, keluarlah asap hitam tipis menuju ke arah bocah perempuan itu yang sesaat kemudian membuat Menik bangkit berdiri lantas berlari cepat ke arah belakang tegalan dan terus berlanjut menuju ke hutan terlarang.

Di pinggir hutan terlarang, telah menunggu seorang pria yang pakaiannya serba hitam, rambutnya gondrong dan berjenggot panjang. Ketika Menik sudah berada di depan pria itu, segera saja bocah perempuan tersebut dibopongnya lalu dibawa masuk ke hutan yang terkenal sangat angker itu.

Karena si pelaku menggunakan ilmu hitam, beberapa anak yang sedang bermain petak umpet itu baru tersadar jika Menik belum dicari setelah 1,5 jam kemudian bocah perempuan tersebut pergi dari tegalan.

"Meniik! Meniik! Kamu dimanaa?!" teriak Rafa, salah satu anak yang bermain petak umpet dan umurnya paling tua sambil menyusuri tegalan diikuti oleh 2 anak lainnya yang bernama Yuli dan Sekar.

Mendengar ada suara beberapa anak memanggil nama Menik, Bu Aisyah yang tadinya di dalam rumah pun akhirnya keluar.

"Ada apa, Zak? Kok ada yang manggil-manggil namanya Menik," tanya wanita itu pada anak bungsunya yang bernama Zaki yang masih kelas 3 SD.

"Menik belum ketemu, Buk," sahut bocah laki-laki berumur 9 tahunan itu.

"La memangnya Menik tadi sembunyi dimana?" lanjut Bu Aisyah.

"Di tegalan seperti biasanya, Buk," balas Zaki yakin.

"Yang lain cepetan pulang, sudah sore ini!" istrinya Pak Candra menyuruh beberapa anak yang masih berkumpul di halaman depan rumahnya untuk segera pulang.

"Kamu juga cepetan mandi Zaki, sebentar lagi Bapak sama Mas mu pulang dari sawah lo, Ibuk tak nyari Menik dulu."

Dengan segera Bu Aisyah pun berjalan ke arah tegalan milih Mbah Sastro untuk mencari Menik hingga dia bertemu dengan Rafa, Yuli dan Sekar di bagian paling belakang tegalan itu.

"Bagaimana ini Bu Ais, Menik kok gak ketemu juga?" Yuli mulai panik begitu juga dengan 2 anak yang lain.

"Lebih baik sekarang kalian pulang dan cepetan mandi, biar Ibuk yang nyari Menik," perintah istrinya Pak Candra yang langsung dituruti oleh ke 3 anak itu.

Sepeninggal ke 3 anak tadi, Bu Aisyah masih sempat celingukan hingga hidungnya mencium bau langu yang entah dari mana sumbernya. Ketika wanita itu sedang berpikir, dia dikejutkan oleh suara panggilan suaminya yang baru pulang dari sawah.

"Piye Buk? Menik sudah ketemu?" tanya Pak Candra dengan pakaian yang masih kotor karena hari ini tadi dia memang sedang membajak lahan sawah.

"Belum ki Pak, Ibuk tak ke rumah Menik dulu saja ya, siapa tahu dia pulang duluan tanpa pamit."

Baru saja Bu Aisyah hendak melangkah, dari kejauhan tampak si Santi, Ibunya Menik yang menghampiri mereka berdua dengan wajah agak cemas.

"Mbak Ais, Menik dimana? Sudah hampir maghrib kok belum pulang juga," ucap perempuan berumur 29 tahun itu yang langsung membuat Pak Candra dan istrinya kaget.

"Loh, Menik belum pulang to, Dik Santi? Di sini sudah sepi anak no," perasaan Bu Aisyah mulai tidak enak.

"Belum pulang lo Mbaak, piye ikii?," jawab Santi dengan wajah panik.

"Astaghfirullaah... Ayok kita minta bantuan tetangga untuk mencari Menik," ujar Pak Candra yang dengan segera mereka mendatangi beberapa rumah tetangga untuk minta bantuan.

Setengah jam an kemudian, puluhan kaum adam mulai bergerak mencari keberadaan Menik dalam beberapa kelompok dan berpencar. Sementara itu, Santi yang sekarang ini sedang berada di rumah Bu Aisyah menangis sesenggukan karena sangat mengkhawatirkan keselamatan anak tunggalnya.

Hingga jam 9 malam, Menik masih belum diketemukan juga yang tentu saja hal ini membuat Faruq, bapaknya Menik, semakin tambah panik.

Sekalipun tubuh Pak Candra tampak kotor, lengket dan bau keringat gegara tidak sempat mandi, namun pria beranak 2 itu tidak peduli sebab kondisi yang sedang mereka hadapi sekarang ini sangatlah urgent.

Pencarian masih terus berlanjut hingga tengah malam, namun hasilnya tetap sama, Menik masih belum diketemukan juga.

"Bagaimana ini, Pak RT?" tanya Faruq pada Pak Wicak dengan air mata mengalir.

"Saya telponkan pihak kepolisian saja," timpal Pak RT itu yang kemudian langsung mengambil HP nya yang dia letakkan di saku celana, tapi sayang, malam itu tidak ada sinyal sama sekali.

"Maaf sekali Mas Faruq, sinyalnya tidak ada. Bagaimana kalau kita nekat pergi ke kantor polisi saja?" Pak Wicak memberikan solusi yang disetujui oleh bapaknya Menik.

1
kalea rizuky
pantes dendam warga desa emank jahat bgt
🎧✏📖
semangat✌
Kezia Suhartini: trimakasih Kak... 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!