NovelToon NovelToon
Obsesi CEO Psikopat

Obsesi CEO Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mantan Perawat

Aluna gadis yatim piatu berusia 21 tahun, menjalani hidupnya dengan damai sebagai karyawan toko buku. Namun hidupnya berubah setelah suatu malam saat hujan deras, ia tanpa sengaja menyaksikan sesuatu yang tidak seharusnya. Di sebuah gang kecil ia melihat sosok pria berpakaian serba hitam bernama Darren seorang CEO berusia 35 tahun yang telah melenyapkan seorang pengkhianat. Bukannya melenyapkan Aluna yang menjadi saksi kekejiannya, Darren justru membiarkannya hidup bahkan mengantarnya pulang.

Tatapan penuh ketakutan Aluna dibalik mata polos yang jernih menyalakan api obsesi dalam diri Darren, baginya sejak malam itu Aluna adalah miliknya. Tak ada yang boleh menyentuh dan menyakitinya. Darren tak ragu melenyapkan semua yang pernah menyakiti Aluna, entah itu saat sekarang ataupun dari masa lalunya.

Ketika Aluna perlahan menyadari siapa Darren, akankah ia lari atau terjatuh dalam pesona gelap Darren ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mantan Perawat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.10

© Toko Buku : Perangkap Yasmin Untuk Aluna ©

Suasana siang itu terasa tenang di dalam toko buku kecil yang beraroma kertas lama. Aluna duduk di balik meja kasir, menghitung stok buku dengan teliti. Sesekali, dia menyentuh pipinya yang chubby, kebiasaan kecilnya saat berpikir. Di sudut ruangan, Yasmin bersandar di rak buku, matanya tajam mengawasi gadis lugu itu.

Ponselnya bergetar. Pesan masuk dari orang suruhannya membuat sudut bibirnya melengkung puas.

"Kami sudah berada di lorong luar samping toko. Waktunya bergerak."

Yasmin melirik sekitar. Hanya ada dua pelanggan lain,dua pria tinggi yang tampak sibuk membaca. Yasmin tak peduli. Baginya, mereka hanya orang biasa.

Dengan ekspresi ramah yang dibuat-buat, Yasmin melangkah ke meja kasir. "Aluna, ada pelanggan yang ingin melihat koleksi buku lama. Bisa tolong ambilkan di gudang belakang?"

Aluna tersentak. Kata-kata Yasmin tadi sebelum mereka membuka toko kembali terngiang di benaknya. 'Waktumu sebentar lagi akan tiba'. Sebuah firasat buruk menelusup, tapi Yasmin menatapnya dengan sabar, menunggu.

"Baik, kak," jawab Aluna ragu.

Gadis itu melangkah menuju pintu belakang, pikirannya dipenuhi ketakutan yang tak beralasan.

Di sudut ruangan, Hernan dan Arga saling bertukar pandang. Mereka sudah menduga Yasmin sedang menjebak nona kecil mereka.

Hernan mendekat ke Arga, berbisik, "Waktunya dimulai." Arga mengangguk, lalu melangkah mendekati Yasmin.

"Maaf, bisa bantu aku menemukan buku tentang psikopat gila melawan gadis licik yang bodoh ?" Arga bertanya dengan suara tenang.

Yasmin mendengus sekaligus dibuat meremang mendengar pria itu menanyakan buku yang menurutnya menyeramkan yang hampir tak masuk akal juga menakutkan, tetapi tak punya pilihan selain melayani pria itu. Sementara itu, Hernan dengan cepat mengirim pesan pada Darren bos mereka.

"Bos, Yasmin mulai bergerak. Nona Aluna ada di gudang belakang."

Di luar toko, sebuah mobil hitam baru saja berhenti dengan elegan. Darren turun, jas hitamnya tertata rapi, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Begitu masuk ke dalam, Yasmin mencoba menyambutnya, tapi Darren berjalan melewatinya seolah dia bukan siapa-siapa.

Matanya bertemu dengan Hernan dan Arga. Tanpa kata, mereka bertukar isyarat. Yasmin mulai merasa gelisah.

© Gudang Lama Toko Buku : Aksi Darren  & Penyelamatan Aluna ©

Gudang belakang gelap dan berdebu. Aluna menggigit bibir, mencari sakelar lampu, tetapi sebelum menemukannya, dua pria muncul dari belakang dalam gelap.Salah satu menarik tangannya, membekap mulutnya dengan kasar. Yang lain mengeluarkan pisau lipat, mengarahkannya ke lehernya.

Air mata Aluna mengalir deras. Tubuhnya gemetar.

"Selesaikan dia," bisik salah satu pria.

Aluna mencoba meronta, tapi cengkeraman mereka terlalu kuat. Saat pisau hampir menyentuh kulitnya......

BRAK!

Pintu gudang terbuka dengan tendangan keras.Darren muncul di ambang pintu, siluetnya begitu mengintimidasi. Matanya yang tajam menyapu ruangan, bibirnya melengkung membentuk seringai licik,kedua tangannya berada di saku celana.

Hernan bersiul santai di belakangnya. "Ah, ini akan menyenangkan."

Dua pria itu terkejut, pisau terlepas dari tangan salah satunya.Sebelum mereka sempat bereaksi, Darren melangkah maju, cepat dan mematikan. Tendangan kerasnya menghantam leher pria yang membekap Aluna,membuatnya tersungkur ke lantai.

Sementara Hernan memelintir tangan pria yang satunya hingga terdengar bunyi retakan menyakitkan.

KREEEKK...!!!

Darren berjongkok di depan pria yang masih mengerang kesakitan. Dengan tenang, dia menekan dadanya dengan sepatu, lalu mencengkeram lehernya, suaranya rendah dan dingin, "Siapa yang menyuruh kalian?"

Darren tetap bertanya walau sudah tahu siapa pelakunya,ia hanya ingin Aluna si 'Baby Chubby' miliknya mendengar langsung nama Yasmin disebut.

Pria itu menggigit bibir, tak berani menjawab.

Darren menekan lebih kuat. "Aku benci mengulang pertanyaan."

Pria itu terbatuk, wajahnya memucat. "Ya-Yasmin… Yasmin yang menyuruh kami…"

Mata Aluna membesar. Jantungnya berdetak kencang.Darren tersenyum samar, lalu menghantam tengkuk pria itu hingga pingsan.

Hernan melakukan hal yang sama pada pria satunya.Dengan isyarat singkat, Hernan mengirim pesan pada Arga.

"Bawa Yasmin ke gudang."

© Toko Buku : Ingatan Malam Kelam Aluna & Bisikan Darren ©

Darren menoleh ke arah Aluna yang masih terduduk di lantai. Gadis itu tampak begitu kecil dan rapuh, air matanya terus mengalir.

Tanpa bicara, Darren mengeluarkan sapu tangan dari sakunya, menghapus jejak air mata di pipi chubby Aluna.

Tangannya terulur. "Berdiri."

Aluna menolak, tubuhnya masih gemetar ketakutan. Tapi ketika Darren mengulurkan tangan sekali lagi, kali ini dengan tatapan yang lebih lembut, Aluna akhirnya menerimanya.

Darren menariknya dengan mudah,menahannya agar tetap tegak. Tatapan Aluna bertemu dengan matanya,sebuah sensasi aneh mengalir di dadanya.

"Jangan takut," suara Darren terdengar tenang, hampir lembut dan lagi-lagi berpura-pura bertanya seolah ia baru mengenal Aluna.

"Namaku Darren,namamu siapa ?"

Aluna membeku. De javu.

Malam itu. Sosok pria bertopeng yang bertanya namanya,caranya sama seperti Darren saat ini.

Aluna menggeleng cepat, menepis ingatan itu. Dengan suara terbata, dia menjawab, "A-Aluna."

Darren tersenyum tipis. Aluna Baby Chubby miliknya.

Tak lama, Arga masuk ke gudang, menyeret Yasmin yang meronta.

"Kak Yasmin jahat !" Aluna menatap Yasmin dengan mata berkaca-kaca. "Kenapa kak Yasmin melakukan ini ?"

Yasmin menatapnya dengan sinis, tapi sebelum dia sempat menjawab, Darren menyela dengan suara dingin, "Hernan, Arga, bawa mereka ke kantor polisi."

Senyum menyeringai menghiasi wajah kedua pengawalnya. Mereka tahu maksud Darren. 'Kantor polisi' itu adalah penjara bawah tanah di markasnya,lebih tepatnya tempat eksekusi seperti neraka kecil.

Arga membuat Yasmin pingsan sebelum membawanya ke mobil. Hernan menyeret dua pria tak sadarkan diri melewati pintu belakang.

Darren kembali menatap Aluna, lalu menarik tangannya pelan, membawanya keluar dari gudang.

Setelah sampai di dalam toko, Darren mendudukkan Aluna di kursi. Tanpa banyak bicara, dia mengambil kotak P3K, lalu berjongkok di depannya.

Aluna mencoba menolak. "A-aku bisa sendiri…"

Darren mengabaikannya, dengan telaten membersihkan luka di lutut gadis itu.

Aluna menunduk, jemarinya saling bertaut. Lalu, dengan suara hampir berbisik, dia berkata, "T-terima kasih… sudah menyelamatkanku…"

Darren mendengus kecil. "Aku hanya kebetulan ada di sini."

Dia berbohong. Tapi Aluna terlalu polos untuk menyadarinya.Dengan seringai samar, Darren menyisipkan satu fakta yang sepenuhnya dibuat-buat, "Dua pria yang membawa Yasmin dan orang yang menyerangmu tadi,Hernan dan Arga mereka berdua temanku. Kami memang berjanji bertemu di sini."

Aluna menatapnya, bingung.Darren menyentuh pipinya dengan ujung jari, sekilas menikmati tekstur lembutnya.Sentuhan ujung jari Darren,lagi-lagi mengingatkannya pada pria bertopeng malam lalu yang menyentuh pipinya dengan tanpa dosa setelah melenyapkan seseorang.Sentuhan dengan rasa yang sama,namun Aluna kembali mencoba menepis ingatannya.

"Jangan takut, Aluna…" bisiknya. "Aku akan menjagamu."

© Toko Buku : Manipulasi Darren & Kecurigaan Aluna ©

Aluna masih duduk diam di kursinya, jemari mungilnya menggenggam rok dengan erat. Rasa takut masih menggelayut dalam dadanya, meski orang-orang yang ingin mencelakainya sudah dibawa pergi. Tatapan matanya berkabut, terpaku pada lututnya yang sudah dibersihkan dan diperban oleh Darren.

Darren sendiri masih berjongkok di depannya, kedua sikunya bertumpu pada lutut, memperhatikan setiap ekspresi Aluna dengan intens. Ada kepuasan terselubung dalam sorot matanya, melihat gadis itu yang semakin terjebak dalam pusaran yang ia ciptakan.

Keheningan yang menggantung membuat Aluna semakin gelisah. Dia mengangkat kepala sedikit, tetapi segera menunduk lagi saat menyadari Darren masih menatapnya.

Tatapan itu…

Tatapan itu sama seperti tatapan pria bertopeng malam itu.

Bukan hanya tatapan,setiap gerakan Darren juga terasa familiar. Sentuhan tangannya di pipinya barusan, caranya berbicara, caranya menatap seakan ingin menelannya bulat-bulat…

Aluna menggigit bibir bawahnya. Tidak… Itu hanya kebetulan, kan?

Darren tiba-tiba tertawa kecil, nada suaranya dalam dan memikat. "Kenapa menunduk? Apa aku terlihat begitu menakutkan?"

Aluna menelan ludahnya dengan susah payah. Dia ingin menyangkal, tetapi tubuhnya berkata lain.

Melihat gadis itu tak menjawab, Darren mendekat, mengangkat dagu Aluna dengan ujung jarinya, memaksanya menatap langsung ke dalam matanya. Aluna membeku seketika.

"Jangan takut, Baby Chubby."

Aluna tersentak. Napasnya tercekat di tenggorokan.

Panggilan itu…

Baby Chubby.

Itu panggilan dari orang yang mengirimnya sepatu sneakers mewah dan makanan kemarin.

Jantungnya berdebar lebih kencang, bukan karena malu, tetapi karena ketakutan yang merayap pelan ke seluruh tubuhnya.

Jangan-jangan…

"Ka-kak Darren… barusan kakak memanggilku apa?" Aluna memberanikan diri bertanya, suaranya bergetar.

Darren tersenyum, tetapi sorot matanya tak terbaca. "Baby Chubby. Kenapa?"

Aluna mencengkeram roknya semakin erat. Pikirannya berputar liar, mencoba mencari penjelasan logis untuk semua ini.

"Ka-kakak tahu… panggilan itu…" Aluna menggigit bibirnya. "O-orang yang mengirimi hadiah padaku juga memanggilku begitu…"

Darren mengangkat alisnya seolah terkejut. "Oh? Benarkah?"

Ada nada geli dalam suaranya.

Aluna mengangguk perlahan. "Jangan-jangan… Kakak…"

Darren mencondongkan tubuhnya lebih dekat, menyandarkan satu tangannya ke sandaran kursi Aluna. Napasnya yang dingin menyentuh kulit gadis itu, membuatnya semakin terpojok.

"Hm?" Darren menyipitkan mata. "Apa aku terlihat seperti seseorang yang suka mengirim hadiah diam-diam?"

Aluna tercekat.

Tidak, jika hanya melihat penampilan Darren yang dingin dan misterius, dia memang tidak terlihat seperti tipe orang seperti itu. Tetapi entah kenapa, semakin dipikirkan, semakin masuk akal bahwa Darren lah orangnya.

Jika benar Darren yang mengirim hadiah itu… berarti… Darren sudah memperhatikannya sebelum kejadian hari ini bukan?

Lalu, jika benar Darren tahu apa yang akan terjadi padanya hari ini dan langsung datang menyelamatkannya… apakah itu berarti Darren memang sudah tahu sejak awal?

Aluna merinding.

"Dengar," suara Darren terdengar lebih lembut sekarang, tetapi ada nada berbahaya yang tersembunyi di dalamnya,ia lagi-lagi mengatakan satu kebohongan. "Aku hanya kebetulan datang ke toko ini untuk menemui Hernan dan Arga. Aku tidak tahu soal hadiah-hadiah yang kau terima."

Aluna menggigit bibirnya. "T-tapi...."

Darren mengangkat jari telunjuknya ke bibir gadis itu, membungkamnya dengan halus. "Jangan terlalu banyak berpikir, Baby Chubby."

Aluna membeku di tempatnya. Sentuhan ringan itu terasa begitu familiar, persis seperti pria bertopeng yang menempelkannya di bibirnya malam itu.

Tidak… Tidak mungkin…

Darren menatapnya lama, menikmati ekspresi campur aduk di wajah mungil gadis itu. Rasa takut, kebingungan, dan sedikit kepasrahan. Dia bisa melihat Aluna mulai tenggelam dalam manipulasi halusnya.

Sangat menggemaskan.

Tiba-tiba, Aluna menepis tangan Darren dari bibirnya dan beringsut sedikit ke belakang, meskipun tidak ada lagi ruang untuknya menghindar.

"Aku… aku ingin pulang…" katanya pelan.

Darren diam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Aku antar."

Aluna langsung menggeleng. "T-tidak perlu! Aku bisa sendiri…"

Darren menatapnya tajam, lalu menghela napas dramatis. "Setelah apa yang terjadi tadi, kau yakin ingin pulang sendiri?"

Aluna mengatupkan bibirnya.

Benar juga. Bagaimana jika masih ada orang lain yang ingin mencelakainya?

Tetapi, pergi bersama Darren juga membuatnya tidak nyaman.

Darren melihat keraguan di mata Aluna dan tersenyum dalam hati. Dia tahu gadis ini terlihat takut padanya, tetapi juga tidak punya pilihan lain.

"Ayo, aku antar," katanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih lembut. "Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu lagi, Baby Chubby."

Aluna menggigit bibirnya.Dengan berat hati,dia mengangguk pelan.

Darren tersenyum puas.

Gadis ini semakin masuk ke dalam perangkapnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!