Dua Orang yang tidak mempercayai cinta, dipertemuan dalam sebuah pernikahan yang dilakukan hanya untuk pencitraan semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Calon mertua
"Sepertinya kali ini Dhiv tidak salah pilih. Kau beruntung mendapatkan calon istri yang begitu pengertian, kalau begitu perkenalkan dia kepada ibumu lain kali," ucap Dario kemudian mempersilakan keduanya menikmati makan siangnya
"Baik ayah," sahut Dhiv
Tiba-tiba ponsel Dario berdering, lelaki itu segera beranjak dari duduknya dan meninggalkan keduanya.
Tidak lama ia kembali, "Maaf aku tidak bisa menemani kalian makan siang karena ada rapat mendadak,"
Setelah berpamitan Dario kemudian bergegas meninggalkan keduanya.
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga," ucap Lala mengusap dadanya
"Yes, akhirnya lulus juga!" Dhiv bersorak bahagia saat ayahnya merestui hubungannya.
"Terimakasih Lala, terimakasih!!" ucap Dhiv memeluk erat gadis itu
"Kau memelukku terlalu erat sampai aku kesulitan bernapas," ucap Lala berusaha melepaskan diri dari pelukan Dhiv
"Sorry, aku terlalu bahagia...." lelaki itu kemudian melepaskan pelukannya dan terlihat salah tingkah dihadapan Lala.
"Karena tugasku sudah selesai apa aku boleh pergi?" tanya Lala
"Karena ayahku sudah memberikan restunya kepada kita, jadi mulai sekarang kau tidak boleh jauh-jauh dariku. Aku takut mereka akan mengawasi mu, jadi tidak boleh ada kesalahan sampai hari pernikahan kita."
"Terus???"
"Sam sedang membuatkan kontrak kita jadi sabar dulu. Bagaimana kalau aku traktir kamu untuk merayakan keberhasilan kita?" tanya Dhiv
"Ok, kalau begitu aku mau mie ayam ekstra pedas," jawab Lala bersemangat
"Tapi disini tidak ada menu mie ayam??"
"Kalau begitu kita cari di luar," ajak Lala
Ia kemudian beranjak dari duduknya, dan berlalu pergi.
Dhiv segera mengejar gadis itu dan mengikutinya kemana ia pergi.
Ia mendengus kesal karena Lala terus berjalan tanpa menghiraukan dirinya yang kelelahan.
"Oii!!" seru Dhiv memanggilnya
Gadis itu tak menghiraukan seruan Dhiv, ia terus menyusuri jalanan untuk mencari kedai mie ayam.
Dhiv kemudian menghentikan langkahnya karena kelelahan, ia mengambil ponselnya. Wajahnya seketika berseri-seri saat berhasil mendapatkan kedai bakso tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Lala!!" serunya memanggil gadis itu,
Namun Lala sudah tak terlihat lagi di sepanjang jalan itu, tentu saja hal itu membuat Dhiv khawatir.
"Dimana dia??"
Dhiv berlari mengejar gadis itu, berharap menemukannya jika ia berlari lebih kencang. Namun sayangnya ia tetap tak menemukan gadis itu dimanapun.
Ia semakin kesal saat ponsel Lala juga tak bisa dihubungi.
"Ah sial, apa dia sengaja melarikan diri,"
"Jangan suudzon!" pekik seorang wanita menyodorkan segelas es kopi padanya
"Ah segar sekali!" ucap Lala setelah menyeruput es kopinya
"Darimana saja kamu?" tanya Dhiv jutek
"Cari minum, abis jalan kamu gak peka sih!" celetuk Lala kemudian berjalan meninggalkannya
"Ish, yang ada juga lo yang gak peka!" cibir Dhiv
Lala langsung menghentikan langkahnya saat mendengar cibiran pemuda itu. Ia kemudian menoleh kearahnya dan menghampirinya.
"Kalau aku gak peka, mana mungkin aku mencarikan minuman untukmu, dasar gak tahu diri!" sahut Lala lalu pergi
Dhiv segera mengejar gadis itu, "Mau kemana lagi??" tanya Dhiv terengah-engah mengejarnya
"Pulang,"
"Apa kamu tidak mau makan mie ayam?"
"Percuma saja, sepertinya kita tidak akan menemukan kedai mie ayam di sepanjang jalan ini," jawab Lala
"Jangan suudzon dulu," cetus Dhiv menirukan gaya bicara Lala
"Apa kau menemukannya??" tanya gadis itu berseri-seri
"Tentu saja, apa sih yang gak bisa di lakukan oleh Dhivo Caffaso," sahut Dhiv menyombongkan diri
"Kalau gitu kuy!" seru Lala menarik lengan pemuda itu
Lala begitu bahagia saat tiba di kedai mie ayam itu. Karena kedai itu begitu ramai Lala menebak jika mie ayam di tempat itu pasti sangat enak sehingga begitu digemari.
Gadis itu begitu bersemangat saat memesan makanan favoritnya itu.
Tidak lama pesanan mereka datang.
"Hmm, aku sudah tak sabar mencicipinya," Lala segera mengambil sumpit dan menambahkan beberapa sendok sambal kedalam mangkuknya
Dhiv hanya bergidik melihat gadis itu menambahkan begitu banyak sambal kedalam mie ayamnya.
"Sebenarnya kau ini mau makan mie ayam atau mie sambal sih?"
"Dua-duanya," jawab gadis itu kemudian memasukkan makanannya ke mulutnya
"Hmmm, yummy!!" serunya begitu bahagia
Dalam sekejap gadis itu langsung menghabiskan mie ayamnya.
"Kau pasti sangat menyukai mie ayam hingga begitu cepat menghabiskan makanan itu hanya dalam hitungan menit," Dhiv hanya menggelengkan kepalanya melihat prilaku Lala.
"Apa perutmu baik-baik saja?" tanya Dhiv mengkhawatirkannya
"Tentu saja, aki sudah terbiasa makan makanan pedas jadi sans aja," jawab Lala
Dhiv meninggalkan gadis itu saat ponselnya berdering.
Ia segera mengajak Lala pergi dari tempat itu setelah selesai menerima telpon.
"Apa kau tidak kelelahan??"
"Gak, memangnya kenapa?" Jawab Lala balik bertanya
Dhiv kemudian memberitahukan kepadanya jika ibunya ingin bertemu dengannya. Lala tidak keberatan dengan permintaan Dhiv, wanita itu bahkan membelikan oleh-oleh untuk calon ibu mertuanya itu.
"Sepertinya ibuku tidak memerlukan oleh-oleh, lagipula dia bisa membelinya sendiri jadi kau tak perlu repot-repot,"
"Tentu saja aku tahu, namun bagaimanapun juga aku tak bisa melupakan adat timur yang sudah mendarah daging dalam diriku. Ibuku bilang kalau kita harus membawa sesuatu saat berkunjung ke rumah orang tua kita, jadi intinya jangan datang dengan tangan kosong meskipun kita tahu mereka tak mengharapkan itu dari kita, apa kau paham?" terang gadis itu
Dhiv hanya mengangguk mendengar penjelasan Lala.
Keduanya kemudian melesat menuju ke kediaman keluarga Dario Caffaso.
Seorang wanita paruh baya terlihat anggun duduk di sofa ruang tamu. Meskipun usianya sudah tidak muda lagi namun kecantikannya masih terpancar dari wajahnya.
Dhiv segera menyalami wanita itu, dan Lala segera mengikutinya.
"Apa dia wanita itu?" tanya Shelomita menatap lekat kearah Lala
"Benar Ibu, dia adalah Lala calon istriku," jawab Dhiv
"Selamat sore tante, maaf aku tidak jika Dhiv akan memperkenalkanku denganmu jadi aku tidak sempat membawakan oleh-oleh yang pas untuk dirimu," Lala kemudian memberikan paper bag kepada wanita itu.
"Ternyata dia begitu mirip dengan ibumu, selalu pandai mengambil hati orang lain dengan membawakan sesuatu untuknya. Ngomong-ngomong bagaimana kabar ibumu??" tanya Shelomita
"Ibuku masih dirawat intensif di rumah sakit,"
"Apa dia masih rutin menjalani cuci darah?"
"Benar ibu, karena kondisi ginjalnya yang semakin memburuk membuat ibu harus rutin melakukan cuci darah," jawab Dhiv
"Menyedihkan sekali, aku harap kau menikahi wanita itu bukan karena kondisi ibumu." ujar Shelomita melirik kearah Lala
"Jangan pernah melakukan kesalahan yang sama seperti ayahmu, menikahlah dengan wanita yang kau cintai bukan terpaksa atau sebagai formalitas demi mendapatkan kekayaan ayahmu," imbuhnya
"Tentu saja Ibu," jawab Dhiv singkat.
"Sebelum menjadi istrimu, aku ingin sekali mengenal calon menantu ku, jadi kalau kau tidak keberatan aku ingin dia tinggal di sini untuk sementara waktu sampai hari pernikahan kalian," tutur Shelomita membuat Dhiv terkejut mendengarnya
"Tinggal disini???" tanya Dhiv mengernyitkan keningnya
"Tentu saja, apa kau keberatan karena takut ketahuan??" sahut Shelomita balik bertanya
"Ah tentu saja tidak Ibu, hanya saja kita perlu bertanya dulu kepada Lala apa dia bersedia atau tidak," jawab Dhiv
Shelomita kemudian bertanya kepada Lala ada dia bersedia tinggal di rumahnya atau tidak. Diluar dugaan Lala setuju tinggal di rumah itu membuat Dhiv tak habis pikir kenapa Lala menyetujuinya.
"Apa kau tidak tahu jika mereka sengaja menyuruh mu tinggal disini untuk menyelidiki kita berdua. Aku sudah mengenal keluarga ini dab aku tahu betul mereka pasti tidak akan memberikan restunya dengan mudah saat aku berusaha menikah dengan gadis biasa seperti dirimu. Mereka berusaha mencari tahu jatidiri mu dan memisahkan kita, itulah kenyataannya," jelas Dhiv
"Tentu saja aku tahu, itulah alasanku menyetujui permintaannya, bukankah mereka akan semakin curiga jika aku menolak tawarannya??" jawab Lala membuat Dhiv terperangah mendengarnya
"Kau tenang saja, aku akan mengatasi semuanya. Kau tidak perlu khawatir, karena kau sudah menyelamatkan ibuku, maka aku juga akan menyelamatkan ibumu," jawab Lala menepuk bahu Dhiv
ada