Niatnya ingin bertemu teman lama, Anne malah salah masuk kamar. Bukan bertemu teman malah bertemu lawan.
Sky dalam pengaruh obat merasa tenang saat seorang wanita masuk ke kamarnya. Ia pikir wanita ini telah di atur oleh asistennya untuk melepaskan hasratnya.
Anne memberontak saat Sky menarik dan menciumnya secara paksa. Tenaganya jelas tidak sebanding dengan pria ini. Sekuat tenaga memberontak pada akhirnya Anne hanya bisa pasrah. Kesuciannya diambil oleh orang yang sangat ia benci.
**
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Apa yang akan Sky lakukan saat tahu Anne hamil anaknya? Menikah atau ada opsi lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Kamar
Niatnya Anne datang ke hotel ingin bertemu teman lama. Denis namanya. Seorang pria berkewarganegaraan Amerika, namun juga memiliki keturunan Indonesia, yang kebetulan sedang berkunjung ke Indonesia. Namun siapa sangka Anne malah salah masuk kamar. Bukan bertemu teman malah bertemu lawan.
Lawan yang dimaksud adalah lawan bisnisnya.
Sky Dom Kendrick. Dulu mereka bersekolah di SMA yang sama, satu jurusan dan satu kelas. Bersaing memperebutkan peringkat kelas dan yang terbaik di angkatan mereka. Nilai Sky dan Anne selalu imbang, membuat keduanya mendapatkan gelar pasangan ideal. Sayangnya saat itu Sky sudah memiliki kekasih berbeda jurusan. Sehingga gelar pasangan ideal sempat menimbulkan masalah yang melibatkan Anne, Sky dan kekasihnya.
Mungkin bagi sebagian besar orang persaingan nilai adalah hal biasa, termasuk bagi juga Anne yang awalnya menganggap begitu. Namun memasuki tahun ajaran baru, secara terang-terangan Sky mengatakan tidak menyukainya sebagai teman kelas karena dianggap sebagai pesaing berat. Memang bagi pria bersaing dengan wanita cukup memalukan ya? Pikir Anne saat itu.
Entah apa yang terjadi semakin lama Sky suka mem-bully dirinya. Mengatakan jika Anne itu pendek dan jelek seperti kurcaci di serial Cinderella. Ya memang, Anne akui tinggi badannya tidak sebanding dengan kekasih Sky, tapi bukan berarti dia sependek itu.
Tidak hanya soal fisik, Sky juga kerap mengganggunya di jam olahraga atau istirahat. Hal terparah yang paling membekas di ingatan Anne adalah saat pria itu dengan sengaja menguncinya di ruang OSIS. Meskipun pada akhirnya di bukakan kembali, tapi Anne marah besar karena takut dengan gelap.
Lulus sekolah mereka berpisah, Anne melanjutkan studi ke luar negeri sedangkan Sky entah kemana. Jelas Anne bahagia karena tidak harus bertemu kembali dengan pria menyebalkan itu. Sampai lulus kuliah, Anne kembali ke Indonesia dan menggantikan kakaknya mengurus perusahaan.
Nasib sial kembali mempertemukan mereka. Anne dan Sky bertemu sebagai lawan bisnis yang berusaha memenangkan tender proyek besar. Jelas itu persaingan yang sengit karena mendekati tahap akhir, hanya perusahaan mereka yang lolos. Secara otomatis keduanya harus bersaing lebih ekstra lagi.
Rupanya hal seperti itu beberapa menimpa keduanya. Kadang perusahaan Anne yang menang, kadang juga Sky. Itu berjalan selama 2 tahun ini. Jadi sangat wajar jika Anne menganggap Sky lawannya. Orang yang sangat dia benci sejak lama.
Dan malam tadi keduanya malah menghabiskan malam panas bersama. Apa kata teman-teman mereka jika tahu hal ini.
Seperti Denis saat ini yang masih mematung menatap Anne. Wajah pria itu terlihat panik sekali. Seakan baru di ketahuan melakukan sesuatu yang tidak pantas.
Mendadak Anne menutup mulutnya. Ketakutan akan dirinya yang baru saja keluar dari kamar Sky mendadak hilang, digantikan rasa curiga pada Denis dan wanita yang berdiri disebelahnya.
"Kalian baru saja menghabiskan malam bersama?" tanya Anne dengan tatapan menyelidik.
Terlihat Denis hanya menggunakan handuk hotel, wajahnya seperti orang baru bangun tidur. Sedangkan wanita di sebelahnya tampak masih acak-acakan, dilihat dari warna lipstik nya cocok dengan bekas bibir yang ada di pipi Denis.
"Tidakkkk... "
"Iyaaaaa... "
Keduanya menjawab bersamaan namun berbeda. Anne tertawa mendengarnya.
"Baik-baiklah, aku mengerti dan tidak akan menggangu kalian." kata Anne membuat Denis mengusap kasar wajahnya.
"Anne, ini kesalahpahaman." Denis berniat mencoba menjelaskan.
"Denis, kamu tidak perlu menjelaskan apapun. Kalian sama-sama orang dewasa dan hal itu wajar. Oh ya maaf semalam aku tidak jadi datang karena ada urusan. Sekarang selesaikan urusan kalian dulu. Nanti malam kita bertemu di cafe saja oke. Untuk alamat akan aku kirimkan nanti."
Setelah mengatakan itu Anne bergegas pergi meninggalkan mereka berdua. Selain enggan ikut campur, dirinya juga sudah sangat tidak nyaman dengan penampilannya.
"Lihat, gara-gara dirimu gadis itu pergi meninggalkan ku." Denis berseru kesal. "Katakan bagaimana kamu bisa masuk kamar ku? Apakah kamu dikirim oleh seseorang?" tanya Denis menginterogasi.
"Iya memang aku dikirim oleh seseorang, yaitu asisten mu. Kata asisten mu, aku harus melayani mu dengan baik. Lagi pula semalam kamu yang langsung menarik ku masuk ke kamar tanpa bertanya siapa aku. Jadi itu bukan salahku. Sekarang ku tidak mau tahu, cepat bayar aku." pinta wanita itu dengan nada memaksa.
"Jika kamu tidak mau membayar ku maka jangan salahkan aku akan berteriak jika ada orang kaya hanya mau gratisan bermain dengan wanita panggilan." ancamnya menambahkan.
"Sialan, asisten siapa lagi. Jelas asisten ku sudah ku minta kembali lebih dulu ke Amerika." batin Denis kesal.
Tapi mau bagaimana lagi, jelas semalam dia telah menjalani wanita itu hingga pagi. Salahnya juga kenapa harus mabuk karena kesal menunggu Anne lama datang.
"Baiklah aku akan membayar mu. Tunggu sebentar." Denis masuk dan mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya.
Tidak lama dia keluar lagi menghampiri wanita itu. "Ini bayaran untukmu. Aku rasa itu lebih dari cukup."
Wajah wanita itu berbinar melihat cukup banyak Denis memberikan uang dollar bercampur rupiah. "Nah coba begini dari tadi, aku tidak perlu repot-repot berteriak. Senang berbisnis dengan mu, tuan. Selain perkasa, kau juga kaya."
Setelah mengatakan itu, baru dia pergi dengan wajah berbinar. Sedangkan Denis menggelengkan kepala memandang kepergiannya.
"Kau juga sangat enak, sayangnya desahan mu kurang mantap. Bintang 3 untukmu." ujarnya lalu buru-buru masuk dan mengunci pintu.
Wanita tadi reflek berbalik arah dan memakai Denis. "Dasar bule campuran kurang ajar. Jelas-jelas aku yang bilang semalam jika desahanku sangat menggoda. Memang laki-laki lain di mulut lain dirasa."
Sedangkan dikamar, Sky baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya sedikit pusing dan badannya terasa pegal. Dia mencoba mengingat apa yang sebenarnya sudah terjadi.
"Ahh kenapa aku harus melepaskan keperjakaan dengan wanita bayaran yang aku sendiri tidak ingat wajahnya." ungkapnya kecewa.
Sky menyalakan lampu di meja samping lalu menyebabkan selimut. Pandangannya langsung tertuju pada noda darah yang berceceran. Bahkan ada yang sudah mengering.
"Aku harus tanya pada Tom siapa wanita semalam. Apakah sudah dibayar mahal? Dia masih perawan dan sepertinya aku sangat keras padanya semalam." katanya semakin menyesali perbuatannya.
"Jika bukan karena Sonya, aku pasti tidak perlu seperti ini. Lihat saja, aku akan membuat perhitungan padanya."
Segera Sky menelpon Tom, asistennya.
"Halo Tom, kamu bayar mahal tidak wanita yang semalam menemani ku? Dia ternyata masih perawan."
"Bayar apa? Wanita itu mengatakan baru bayar jika sudah di pakai. Lagi pula dia sudah tidak perawan, Sky. Tapi memang bukan wanita sembarangan karena sudah ahlinya."
"Apaaa? Tapi wanita itu memang masih perawan, Tom. Meski aku dalam pengaruh obat, aku tahu dia belum pernah terjamah sama sekali. Ahhh masalahnya saat aku bangun juga sudah tidak ada dia."
"Aduh gawat, semalam aku tidak memberikan k0ndom untuk kalian. Jika semalam bukan wanita pilihan ku bagaimana? Jika dia hamil anakmu juga bagaimana?"