Alana tidak pernah menyangka bahwa satu malam di kamar nomor delapan ratus delapan akan menukar seluruh masa depannya dengan penderitaan. Di bawah pengaruh obat yang dicekoki saudara tirinya, dia terjebak dalam pelukan Kenzo Alfarezel, sang penguasa bisnis yang dikenal dingin dan tidak punya hati.
Sebulan kemudian, dua garis merah pada alat tes kehamilan memaksa Alana melarikan diri, namun kekuasaan Kenzo melampaui batas cakrawala. Dia tertangkap di gerbang bandara dan dipaksa menandatangani kontrak pernikahan yang terasa seperti vonis penjara di dalam mansion mewah.
Kenzo hanya menginginkan sang bayi, bukan Alana, tetapi mengapa tatapan pria itu mulai berubah protektif saat musuh mulai berdatangan? Di tengah badai fitnah dan rahasia identitas yang mulai terkuak, Alana harus memilih antara bertahan demi sang buah hati atau pergi meninggalkan pria yang mulai menguasai hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Sebulan Kemudian Garis Dua Merah
Dia tidak menyadari bahwa di balik kemegahan mansion tersebut ada sebuah rahasia besar tentang kehamilannya yang sebentar lagi akan terungkap ke permukaan. Alana terbangun dengan rasa mual yang luar biasa hebat hingga dia harus berlari terburu-buru menuju kamar mandi di dalam kamar mewahnya.
Wajahnya tampak sangat pucat pasi saat dia menatap pantulan dirinya di dalam cermin besar yang dikelilingi bingkai emas murni. Seluruh tubuhnya bergetar hebat ketika dia mengeluarkan sebuah benda kecil yang telah dia beli secara sembunyi-sembunyi melalui pelayan rumah.
"Kumohon, jangan biarkan hal buruk ini benar-benar terjadi padaku sekarang," bisik Alana dengan suara yang sangat parau.
Dia menunggu dengan jantung yang berdegup sangat kencang hingga dadanya terasa sesak seolah kehabisan seluruh pasokan udara di dalam ruangan. Mata Alana terbelalak lebar saat melihat dua garis merah muncul dengan sangat jelas di atas alat tes kehamilan tersebut.
Dunia seolah berhenti berputar dan kaki Alana terasa sangat lemas hingga dia jatuh terduduk di atas lantai marmer yang sangat dingin. Air mata kepedihan mulai mengalir membasahi pipinya karena dia menyadari bahwa janin di dalam rahimnya adalah milik pria kejam itu.
"Apa yang sedang kau sembunyikan di balik punggungmu itu, Alana?" suara bariton Kenzo tiba-tiba menggelegar dari ambang pintu kamar mandi.
Alana tersentak kaget dan segera menyembunyikan alat tersebut di balik gaun tidurnya dengan jari jemari yang gemetar luar biasa. Kenzo melangkah mendekat dengan tatapan mata yang sangat tajam seolah mampu menembus langsung ke dalam jantung Alana yang sedang ketakutan.
Pria itu mencengkeram bahu Alana dengan sangat kuat lalu memaksa wanita itu untuk berdiri dan menatap langsung ke arah matanya. Kenzo merasakan ada sesuatu yang aneh dari aroma tubuh Alana serta wajahnya yang tampak sangat kacau seperti orang yang sedang sakit.
"Katakan padaku sekarang juga atau aku akan membongkar seluruh isi kamar ini dengan tanganku sendiri!" bentak Kenzo dengan kemarahan yang meluap-luap.
Alana hanya bisa menggelengkan kepala sambil terisak pelan karena dia belum siap menghadapi konsekuensi jika Kenzo mengetahui tentang keberadaan calon bayi mereka. Kenzo tidak kehilangan akal dan segera merogoh saku gaun Alana hingga dia menemukan benda yang sejak tadi disembunyikan dengan susah payah.
Rahang Kenzo mengeras dan otot-otot di lengannya menonjol keluar saat dia menatap dua garis merah yang menjadi bukti nyata dari malam terkutuk itu. Dia melemparkan alat tersebut ke dalam wastafel hingga menimbulkan suara dentingan yang sangat memilukan bagi pendengaran Alana yang sedang rapuh.
"Jadi kau benar-benar ingin menjebakku dengan menggunakan benih haram ini di dalam perutmu?" tanya Kenzo dengan nada suara yang penuh dengan penghinaan.
Alana menatap Kenzo dengan rasa benci yang mulai tumbuh di balik rasa takutnya karena pria itu berani menghina darah dagingnya sendiri secara keji. Dia mengepalkan tangan hingga kuku-kukunya memutih sambil mencoba mengumpulkan sisa keberanian untuk membalas perkataan pria sombong yang ada di hadapannya.
Malam itu Kenzo langsung memanggil dokter pribadi keluarga untuk memastikan kebenaran dari hasil alat tes kehamilan yang menurutnya bisa saja direkayasa oleh Alana. Dia tidak akan membiarkan satu pun rencana menghilangkan jejak berhasil dilakukan oleh Alana sebelum dia mendapatkan kepastian yang benar-benar akurat.