NovelToon NovelToon
Tumbal Rahim Ibu

Tumbal Rahim Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Kumpulan Cerita Horror / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:549
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

​"Ibu bilang, anak adalah permata. Tapi di rumah ini, anak adalah mata uang."
​Kirana mengira pulang ke rumah Ibu adalah jalan keluar dari kebangkrutan suaminya. Ia membayangkan persalinan tenang di desa yang asri, dibantu oleh ibunya sendiri yang seorang bidan terpandang. Namun, kedamaian itu hanyalah topeng.
​Di balik senyum Ibu yang tak pernah menua, tersembunyi perjanjian gelap yang menuntut bayaran mahal. Setiap malam Jumat Kliwon, Kirana dipaksa meminum jamu berbau anyir. Perutnya kian membesar, namun bukan hanya bayi yang tumbuh di sana, melainkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lapar.
​Ketika suami Kirana mendadak pergi tanpa kabar dan pintu-pintu rumah mulai terkunci dari luar, Kirana sadar. Ia tidak dipanggil pulang untuk diselamatkan. Ia dipanggil pulang untuk dikorbankan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Cermin Retak di Sudut Lemari

Ia cepat cepat menyembunyikan cermin itu, tetapi ia tidak bisa mengusir perasaan bahwa aroma melati yang kuat, yang tiba tiba menyeruak, berasal dari entitas yang melihatnya melalui retakan tersebut.

Aroma melati itu terasa dingin, manis, dan mencekik, seolah udara dalam kamar telah digantikan oleh wewangian kematian. Kirana mencengkeram cermin rias tua itu, bingung harus menyembunyikannya di mana. Ia tidak berani meletakkannya kembali di ceruk dinding. Ia memilih untuk membungkus cermin itu dengan handuk dan menyembunyikannya di bawah bantalnya, dekat dengan kunci emas yang ia temukan di mobil.

Kirana menyentuh perutnya, mencoba menenangkan dirinya dan bayinya. Ia memaksa dirinya berpikir rasional. Bau melati mungkin berasal dari bunga yang ditanam Nyi Laras di halaman, atau mungkin ia terlalu sensitif karena kehamilan. Namun, bayangan yang ia lihat di cermin retak itu terasa sangat nyata.

Ia mengambil cermin itu lagi, hanya untuk memastikan retinanya tidak menipunya.

Ia menatap pantulan dirinya, yang terlihat samar dalam cahaya remang remang kamar. Benar. Retakan pada cermin itu bukan hanya kerusakan biasa. Mereka menjalar seperti urat nadi yang membusuk, membentuk ilusi visual yang menakutkan. Di tengah pantulan dirinya yang sedang hamil, retakan itu seolah meniadakan tonjolan perutnya, menampilkan sosok Kirana yang ramping dan tidak berbadan dua.

"Ini hanya pantulan, hanya kaca pecah," bisik Kirana pada dirinya sendiri, suaranya gemetar. Ia mencubit lengannya keras keras, berusaha kembali membumi.

Tiba tiba, pantulan yang tidak hamil itu seolah tersenyum sedih. Senyum yang identik dengan ekspresi Kakak Sulungnya, Laksmi.

Kirana melempar cermin itu kembali ke bantal secepat kilat. Debu beterbangan. Ia terengah engah. Rasa teror itu kini telah menjadi personal; bukan hanya janinnya yang diincar, tetapi identitasnya sebagai ibu, bahkan keberadaannya, seolah sedang diproyeksikan ke masa lalu, ke titik di mana ia belum mengandung.

Kirana berjalan ke jendela, merobek sedikit tirai beludru tebal itu untuk melihat keluar. Ia ingin mencari sumber bau melati dan memastikan tidak ada yang mengawasi.

Di luar, halaman rumah yang luas tampak sunyi. Namun, pandangannya tertarik pada satu titik di pojok kebun belakang, tempat cahaya lampu tidak mencapai. Ada sebuah bangunan kecil, seperti gudang, dan di sampingnya, sebuah sumur tua yang ditutup oleh papan kayu tebal.

Tepat di samping sumur itu, ia melihat setumpuk besar bunga melati segar, seperti baru dipetik dari kebun yang luas. Jumlahnya terlalu banyak untuk sekadar hiasan.

Saat Kirana mengamati tumpukan bunga itu, ia melihat bayangan bergerak cepat di balik papan penutup sumur. Bayangan itu tinggi, kurus, dan sejenak tampak mengendusnya, seolah mencari sumber wangi.

Kirana mundur dua langkah, jantungnya berpacu seiring dengan gerakan bayi di perutnya yang terasa keras dan tajam, seolah ikut bereaksi terhadap bahaya di luar. Ia kembali ke ranjang.

Matahari sudah benar benar tenggelam di balik hutan jati. Suasana di dalam rumah berubah drastis. Jika sebelumnya dingin, kini terasa lembap dan pengap. Ia tidak bisa lagi mengandalkan Dimas, yang kini menghilang lagi.

Malam telah datang, dan bersamaan dengan itu, bau melati yang semula tajam, kini berubah intensitasnya menjadi sangat pekat, terasa menyesakkan dan manis hingga membuat kerongkongan Kirana perih. Bau itu bukan lagi aroma bunga, melainkan aroma dari sesuatu yang busuk dan ditutupi oleh wewangian yang memabukkan.

Kirana mencoba membuka pintu kamar untuk mencari udara segar, tetapi gagang pintu itu terkunci rapat dari luar. Ia menarik dan mendorongnya, tetapi pintu itu tak bergerak sedikit pun. Ia kini benar benar terperangkap.

Ia mendekatkan wajahnya ke celah pintu. Bau melati di luar koridor terasa jauh lebih kuat dan lebih dingin. Bau itu menyeruak masuk, membuat paru parunya sesak dan mualnya kembali datang, kali ini bukan mual kehamilan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!