NovelToon NovelToon
Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romantis / Epik Petualangan / Reinkarnasi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.

Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.

Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 : Ratu Laba Laba Putih

Cang Yan dan Xue Er melangkah perlahan memasuki Hutan Seribu Bayangan. Pepohonan yang menjulang tinggi dengan dedaunan lebat menutupi sinar matahari.

Xue Er melirik ke arah Cang Yan yang tetap tenang. "Senior, aku..." Ia menggigit bibirnya, ragu untuk melanjutkan.

Cang Yan menoleh sekilas. "Bicara saja. Kalau kau ingin mundur, ini kesempatan terakhir."

Xue Er menggelengkan kepalanya, pipinya seketika memerah. "Aku tidak akan mundur. Aku hanya ingin berterima kasih. Tidak banyak orang yang mau membantu seseorang yang bahkan tak mereka kenal."

"Jangan terlalu cepat mengucapkan terima kasih. Kita bahkan belum bertemu laba-laba itu."

Xue Er tersenyum tipis, walaupun kegugupan masih terpancar jelas dari wajahnya. "Baik senior, Aku melihat senior begitu sangat tenang seperti seseorang yang telah memahami situasi apapun."

Cang Yan cuman tersenyum dengan lembut, kemudian keheningan kembali menyelimuti perjalanan mereka. Hanya suara ranting yang terinjak dan desiran angin yang menemani langkah mereka.

Beberapa menit telah berlalu, hingga tiba-tiba suara ranting patah terdengar dari arah semak belukar. Xue Er berhenti, tangannya bergetar saat ia dengan cepat mengeluarkan pedang dari cincin penyimpanannya.

"Tenang," ujar Cang Yan dengan nada santai.

Namun, suara desisan samar mulai terdengar memecah ketenangan hutan. Cang Yan berhenti, matanya menyipit dengan tajam.

Dari balik semak belukar, seekor laba-laba berukuran sebesar anjing besar muncul, matanya yang merah menyala tampak menatap dengan buas. Xue Er melangkah mundur secara refleks dan wajahnya seketika memucat.

"Kau bisa menangani itu bukan?" tanya Cang Yan, suaranya terdengar hampir seperti lelucon.

Xue Er menarik napas panjang, berusaha menguasai dirinya. "Bisa... aku bisa." Suaranya gemetar, tetapi cengkeraman tangannya pada pedang semakin erat.

Saat laba-laba itu melompat ke arahnya, Xue Er mengayunkan pedangnya dengan gerakan yang cukup rapi. Tebasannya menghantam tubuh laba-laba itu dengan presisi dan membelahnya menjadi dua.

Namun, sebelum ia sempat bernapas lega, dua laba-laba lainnya muncul dari sisi kiri, bergerak cepat dengan mata merah menyala.

"Perhatikan sekitarmu," ujar Cang Yan dengan nada tegas sambil melesat ke depan. Pedang Huang Ming Jian berkilauan emas seperti kilat menebas laba-laba yang mendekat dengan satu ayunan tajam.

"Jangan terlalu fokus pada satu musuh saja."

Xue Er mengangguk dengan cepat, keringat dingin mengalir di pelipisnya. "Aku... aku mengerti senior"

Pertempuran berlangsung sengit selama beberapa menit. Dengan kerja sama yang terkoordinasi, mereka akhirnya berhasil mengalahkan laba-laba itu.

Xue Er berdiri terengah-engah tubuhnya sedikit gemetar, sementara Cang Yan berdiri tegak, ekspresinya tetap tenang seolah tak terpengaruh oleh pertempuran barusan.

"Kau cukup hebat juga," ujar Cang Yan sambil menyarungkan pedangnya. "Tapi kau terlalu kaku saat menggunakan pedang. Terlihat jelas kau seperti sedang menghafal teknik, bukan benar-benar bertarung dengan naluri."

Xue Er menundukkan kepala, wajahnya memerah karena malu. "Aku jarang bertarung dengan makhluk seperti ini Senior,"

Cang Yan tertawa kecil, "Tidak apa-apa. Dari gerakanmu seharusnya kau tidak mempelajari teknik pedang seperti itu. Teknik itu tidak cocok untuk seseorang seperti dirimu."

Xue Er mengerutkan kening mendengar komentar Cang Yan. Dia memang menyadari bahwa teknik pedang yang dipelajarinya adalah teknik yang berat dan tidak dirancang untuk gaya bertarungnya. Namun, melihat pria di depannya yang dengan sekali pandang mampu memahami teknik pedang membuatnya terkesan.

Cara Cang Yan berbicara dengan kepercayaan diri dan keahlian yang nyata membuat kekagumannya semakin besar.

Namun, sebelum dia sempat meresapi perasaan itu lebih dalam, suara desisan yang jauh lebih keras terdengar menggema hingga ke seluruh penjuru hutan. Suara itu membawa hawa dingin yang membuat bulu kuduknya berdiri.

Cang Yan dan Xue Er serentak menoleh ke arah sumber suara, ekspresi mereka berubah serius.

"Hah, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga," kata Cang Yan

Xue Er menelan ludahnya, kedua tangannya menggenggam pedangnya dengan erat erat. "Itu... itu pasti Ratu Laba-Laba Putih,"

katanya dengan suara bergetar, matanya menatap ke arah tempat suara itu berasal.

Cang Yan tersenyum tipis, tetapi ada ketegangan di balik senyumannya. "Bagus. Ini akan menjadi ujian yang sebenarnya."

Dari balik pepohonan, sesosok laba-laba raksasa muncul dengan gerakan yang menakutkan. Tubuhnya berwarna putih cemerlang, dihiasi pola-pola menyerupai ukiran es yang tampak luar biasa.

Delapan matanya bersinar merah menyala, memancarkan aura ganas yang membuat udara di sekitar mereka terasa semakin berat.

Cang Yan melangkah maju dengan tenang. "Kalau kau ingin mundur, ini kesempatan terakhir sebelum terlambat," ucapnya.

Xue Er menggigit bibirnya, tubuhnya sedikit gemetar. Namun, ia tetap berdiri tegak di tempatnya memaksa dirinya untuk menahan rasa takut. "Aku tidak akan mundur. Ini... untuk keluargaku," katanya dengan nada penuh tekad, meskipun suaranya sedikit bergetar.

Cang Yan tersenyum  tipis. "Baiklah kalau begitu. Jangan menyesal ya nanti."

Laba-laba raksasa itu mengeluarkan suara melengking yang memekakkan telinga, suaranya cukup kuat untuk mengguncang dedaunan di sekitarnya. Tanpa peringatan, makhluk itu melompat ke arah mereka, dengan gerakan yang cepat dan mematikan.

Dengan refleks yang mengagumkan, Cang Yan mengangkat pedang Huang Ming Jian, menangkis serangan itu dengan satu ayunan. Benturan itu cukup kuat untuk membuat laba-laba tersebut terpental mundur beberapa langkah, menciptakan jejak retakan di tanah tempat ia mendarat.

Sementara itu, Xue Er sudah menyiapkan posisi dan memusatkan energi pada pedangnya. Cang Yan melirik sekilas ke arahnya dengan senyum kecil. "Kau harus tau ya," ujarnya dengan nada sedikit menggoda, "Kalau aku berhasil mengalahkan binatang ini, aku mungkin akan meminta bayaran lebih dari sekedar ucapan terima kasih."

Xue Er hampir saja tersenyum, tetapi ketakutan di wajahnya terlalu nyata untuk disembunyikan sepenuhnya. Ia menjawab dengan nada serius meskipun wajahnya sedikit memerah, "Kalau Senior berhasil, aku akan melakukan apa pun yang Senior minta."

Cang Yan tersenyum kecil, meskipun matanya tetap waspada pada gerakan laba-laba raksasa itu. "Baiklah, kamu harus mengingat nya, karena aku pasti akan menagihnya," katanya dengan nada ringan.

Cang Yan kemudian mengangkat pedang Huang Ming Jian dan menggenggamnya erat dengan kedua tangannya. Seketika, pedang itu memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan. Suara raungan naga menggema mengguncang seluruh area sekitar dan membuat udara terasa bergetar.

Di hadapannya, Ratu Laba-Laba Putih menegang, matanya yang merah bersinar semakin terang menunjukkan kewaspadaan terhadap kekuatan luar biasa yang terpancar dari Cang Yan. Hawa tekanan yang mereka lepaskan saling berbenturan dan menimbulkan getaran di udara.

Cang Yan tersenyum tipis dan tatapannya sangat dingin saat ini. "Baiklah Ratu Laba-Laba Putih. Tunjukkan kepadaku seberapa hebat kekuatanmu."

Tiba-tiba, laba-laba itu mengeluarkan suara desisan yang jauh lebih keras dari sebelumnya. Dari mulutnya terlihat cahaya putih berkilauan, mengumpulkan energi besar yang tampak seperti akan meledak kapan saja.

Xue Er berdiri kaku di tempatnya, wajahnya pucat namun matanya menunjukkan kekaguman dan kekhawatiran sekaligus. "Senior... apa kau yakin bisa menahan itu?" bisiknya.

Namun, sebelum Cang Yan sempat menjawab, laba-laba raksasa itu melesat maju dengan kecepatan yang luar biasa, mengarahkan serangannya yang dahsyat ke arah mereka.

Cahaya keemasan dari pedang Huang Ming Jian bersinar semakin terang, bersiap menyambut serangan yang akan menentukan segalanya.

1
Nanik S
bukankah Li Wei ada ditempat yang sama... kenapa tak ada yuh menyadari
Celestial Quill: harus di baca dulu bagian terakhir dari reinkarnasi dewa pedang abadi🤭
total 1 replies
Nanik S
Li Wei ternyata banyak gadis yang menunggu... gawat
Nanik S
lanjutkan Tor dan makin bagus
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Dominan Pedang
Nanik S
Laaaanhut
Nanik S
Teman makan teman
Nanik S
Good Joob
Nanik S
Beri saja Teknik dari langit
Nanik S
Siapa suruh mau membantu
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Cuuuuuus
Nanik S
Teruskan Tor
Nanik S
Mcnya kenapa begitu saja mau
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya menarik sekali
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Ceritanya Bagus Tor
Green Boy
Seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!