FAKE LOVE

Lucy dan kedua orang tua nya duduk di taman belakang sambil menikmati teh Chamomile yang baru saja di sajikan pelayan.

"Jadi kapan kamu akan mengambil tindakan ?" tanya Ibu memulai obrolan setelah menyeruput teh dari cangkir yang asap nya masih mengepul halus itu.

"Lucy butuh satu bukti lagi untuk semakin menguatkan video sebelumnya, Bu."

Ibu mengerutkan dahi nya. "Bukti lain ? Aduh, nak, Video yang kamu ambil diam-diam itu sudah sangat bisa menjadi bukti kuat untuk kamu mengajukan cerai." Ibu Davina jadi geregetan, sebab ingin nya, Lucy segera mengambil tindakan.

"Bu, di Video itu tidak terlihat dengan jelas dengan siapa Fajar berbuat. Lucy mau bukti yang lain....misalnya..... bukti chit chat mereka, foto kemesraan atau bahkan saat kemungkinan mereka merencanakan sesuatu yang buruk padaku..." Lucy menjeda ucapan nya beberapa detik sebelum akhirnya melanjutkan.. "Lucy bukan cuma mau cerai tapi Lucy juga mau mereka menerima hukuman nya. Hukum Penjara dan Sanksi Sosial. Lucy akan melaporkan Fajar atas perzinahan, apalagi lawan main nya sesama jenis. Masyarakat akan murka. Fajar akan hancur ke neraka yang dia ciptakan sendiri!"

Berbeda dengan Ibu yang terlihat syok mendengar rencana Lucy yang sadis, Ayah Yusuf terlihat menarik satu sudut bibirnya. Terselip makna dari tatapannya yang teduh pada sang putri.

"Bagus, Nak! Ayah bangga padamu! Rencanakan semuanya dengan matang, jangan ragu untuk meminta bantuan kami!" Ucap Ayah membuat Lucy tersenyum.

"Terimakasih, Yah, Bu."

"Ibu doakan semoga rencana kamu berhasil, sayang. Maaf karena Ibu sudah memaksa kamu untuk buru-buru mengambil keputusan."

Lucy mengambil tangan Ibu, lalu mengusap punggung tangan itu dengan lembut.

"Aku tau Ibu khawatir karena Ibu sangat menyayangi ku. Tapi, aku juga sudah mengambil tindakan, aku menghubungi kawan ku yang seorang Pengacara. Lusa aku akan bertemu dan konsultasi dengan nya tentang masalah yang sedang aku hadapi ini. Dan...satulagi... Mungkin kurang dari sebulan perusahaan ku akan mengadakan pesta peluncuran produk terbaru. Tapi, sebelum itu terjadi, aku akan mengundang wartawan untuk mengumumkan perceraian ku dan Fajar!!"

Prok!

Prok!

Prok!

Ayah bertepuk tangan dengan ritme pelan sambil menyunggingkan senyumnya lagi.

"Hebat! Strategi kamu di luar ekspektasi Ayah! Dengan begini, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui!!"

Ayah mengangkat cangkirnya, mengajak Lucy bersulang. Merayakan betapa luar biasanya rencana yang sudah Lucy rancang seorang diri.

Lucy membalas senyum ayah lalu mengangkat cangkirnya....

Ting!

Bunyi cangkir yang beradu.

🍂

Setelah dari rumah orang tua nya, Lucy langsung pulang.

Begitu turun dari mobil, Lucy menatap rumah dua lantai miliknya yang selama ini menjadi tempat tinggal nya bersama Fajar. Rumah yang biasanya terasa hangat, kini terasa asing dan sepi.

Lucy memejamkan mata sejenak, lalu tetap melangkah masuk ke dalam rumah yang tak lagi menyambut kedatangan nya.

"Sayang. Kita harus bicara!" Suara tegas Fajar menahan langkah Lucy yang mau masuk kamar. Lucy tau Fajar ada dirumah, di lihat dari mobilnya yang terparkir di depan tadi..

Fajar berjalan mendekat, tapi Lucy tetap diam di tempat nya.

"Jangan menghindariku terus! Aku tau ku marah, tapi kita bisa selesaikan ini baik-baik!! Jangan seperti anak kecil, baru masalah begini saja sudah menyinggung soal pengadilan!" Fajar mencebik. Kali ini lelaki itu telah menunjukkan wujud aslinya.

Fajar yang terkenal soft spoken saat bicara dengan Lucy, kini berubah drastis.

Lucy membalikkan badan nya, menatap mata Fajar tanpa gentar sedikit pun.

"Jika itu yang kau pikirkan, teruskan saja! Aku tetap dengan pendirian ku!" Lucy berbalik kembali, namun dia tambahkan kalimat terakhirnya yang memukul telak harga diri Fajar.. "Sebaiknya kamu segera berkemas karena aku akan melelang rumah ini! Kembalilah tinggal di rumah Mama mu, lumayankan rumah nya sekarang sudah bagus tanpa susah-susah kau mengeluarkan biaya untuk merenovasi nya!!"

Deg!

Jantung Fajar bukan lagi berhenti berdetak melainkan serasa copot dari rongga nya.

Lucy menutup pintu kamar nya. Di balik pintu, bibirnya yang tidak terkatup rapat karena emosi, kini menegang membentuk senyum tipis. Senyum yang mengandung campuran rasa, rasa jijik dan sekaligus rasa marah yang selama ini terpendam.

Sementara di luar, Fajar mematung tak berkutik dengan mimik seperti orang yang baru saja melihat hantu. Pucat pasi.

Tubuhnya gemetar hebat. Tak menyangka Lucy, wanita yang begitu mencintai nya berubah drastis hanya karena masalah sepele.

Pikiran nya buntu kali ini, dia menyambar kunci mobil nya lalu pergi dari rumah dalam keadaan emosi.

Lucy yang mendengar deru mesin mobil Fajar bergegas menghubungi seseorang..

["Halo, dek. Kamu masih di coffee shop dekat Mall X ?"] tanya Lucy saat terhubung dengan Nio di telepon pintar nya.

["Iya, Mbak. Kenapa ?"]

[Fajar baru saja keluar, cepat ikuti dia! Mbak yakin dia pasti mau ketemu sama b*ti nya itu!]

["Asiikkk! Jadi detektif-detektif-an lagi, nih. Siap, Boss! Siap menjalankan misi."] Ucap Nio dengan penuh semangat. Lucy yang mendengar nya menggeleng-gelengkan kepala sambil senyum gemas.

Telepon Lucy akhiri. Sekarang dia tinggal menunggu berita apa yang akan di dapat Nio dari 'penyelidikan' kali ini.

Beruntung Lucy memiliki adik seperti Nio. Dia selalu bisa di andalkan. Meskipun kadang tingkah nya kelewat absurd.

Satu jam kemudian Mbok Tur mengetuk pintu kamar.

"Ada apa, Mbok ?" tanya Lucy yang baru saja selesai mandi.

"Ada tamu, Nyah."

Lucy berjalan ke arah pintu lalu membukanya.

"Siapa, Mbok ?"

"Katanya sahabat Nyonya. Aduh, tapi nama nya siapa, ya... Susah banget nyebutin namanya, Nyah... Kalau nggak salah, Saori, apa sauri ya...eh, bukan.." Si mbok mencoba mengingat-ingat, tapi nama yang tamu ucapkan tadi memang sulit di lafalkan oleh lidah nya yang ndeso.

"Mana ada sih Mbok orang namanya Saori, di kira turunan tiram kali!" Ucap Lucy sambil berlalu untuk menemui tamu itu.

Langkah Lucy terhenti tepat di antara sekat pembatas ruang tamu dan ruang keluarga...

"SAORISE (dibaca Sher-Sha)!!" Bola mata Lucy hampir lompat keluar saat melihat siapa yang duduk di ruang tamu nya.

"Holla darling! Do you miss me ??" Ucap seprang wanita berambut Blonde ciri khas wanita bule. Wanita itu kemudian berdiri sambil merentangkan kedua tangan nya.

Lucy langsung berlari memeluk sahabat nya.

"I miss you so Much, Sha!"

Kedua nya saling melepas rindu untuk beberapa menit.

Setelah di rasa cukup, Lucy mengajak Sher-Sha untuk duduk kembali.

"Apa kabar mu ?" tanya Sher-Sha.

"Seperti yang kamu lihat.." Ucap Lucy. "Darimana kamu tau aku tinggal disini ?"

"Tentu saja dari Ayah dan Ibu angkat ku, alias orang tua mu.." Jawab Sher-Sha.

Sher-Sha menelusuri setia sudut ruangan rumah Lucy dengan mata nya..

"Seleramu masih seperti dulu, Elegan and very Classy."

Lucy tersenyum tipis seolah setuju dengan ucapan Sher-Sha .

"O.Ya. Kata Ayah dan Ibu kamu sudah menikah. Where's your husband ? I'd like to meet him."

Mendapat pertanyaan itu seketika senyum Lucy langsung pudar.

"Ada apa ? Kenapa kamu terlihat sedih ?" Sher-Sha menggenggam tangan Lucy.

"Ceritanya panjang! Huhft! Sudahlah. Kamu kan baru sampai, ayo masuk... Kita makan malam bersama. Pasti kamu belum makan, kan ?" Lucy mengajak sahabatnya masuk ke dalam menuju meja makan.

Di meja makan, Lucy dan Sher-Sha sesekali berbincang ringan, mengingat-ingat cerita masa lalu mereka.

Sher-Sha adalah sahabat karib Lucy sepanjang dia SD sampai SMA. Mereka bersekolah di Golden Internasional School.

Itu adalah nama sebuah yayasan pendidikan Internasional ternama di Jakarta. Sekolah dengan kurikulum Internasional dimana uang gedung nya bisa mencapai ratusan juta serta SPP bulanan nya sekitar tiga puluh jutaan.

Mereka bersekolah di sana dari kelas 1 SD sampai kelas 12 SMA. Dan kedua nya selalu satu kelas dan tak terpisahkan. Namun keadaan berubah saat mereka lulus karena Sher-Sha melanjutkan pendidikan nya di luar negeri, di negara asal Mama nya, Canada.

Karena kesibukan masing-masing, Lucy dan Sher-Sha jarang sekali berkomunikasi dan akhirnya Lost Contact hingga seminggu yang lalu Sher-Sha datang kembali ke Indonesia. Dan hari ini mereka baru bertemu lagi setelah bertahun-tahun.

"Are you married yet ?" tanya Lucy. Dari tadi Sher-Sha yang terus bertanya, kini giliran Lucy.

Sher-Sha menggeleng, "Not Yet." Ucap nya sambil tertawa sumbang.

"Kenapa ? Apa di Canada tidak ada pria tampan ?" Goda Lucy.

"Tentu saja banyak. Dan......salah satu pria tampan itu ada disini!" Jawab Sher-Sha malu-malu.

Lucy menaikkan satu alisnya, "Disini ?" Dia menoleh ke kiri dan kanan.. "Tidak ada!"

"Ck! Maksudnya, bukan disini dirumah mu, tapi di Indonesia..."

Lucy terkekeh, dia hanya bercanda, ternyata lucu juga menggoda Sher-Sha yang sedang jatuh cinta.

"Siapa pria beruntung itu ?" tanya Lucy lagi

"emm....Nanti aku ceritakan. Sekarang, aku ingin mendengar kisah cinta mu dulu." Sher-Sha meletakkan garpu dan sendok nya di atas piring, menandakan dia sudah selesai dengan makan malam nya.

Lucy melakukan hal yang sama.

"Ayo ke kamar ku." Lucy mengajak Sher-Sha masuk ke kamar tamu yang kini menjadi kamar nya untuk sementara.

"Mbok! Tolong di bersihkan dan bawakan camilan dan teh ke kamar ya ?!"

"Baik, Nyah." Jawab si Mbok