NovelToon NovelToon
Object Of Desires

Object Of Desires

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Pengantin Pengganti / Romansa / Kaya Raya
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Elin Rhenore

Takdir kejam menuntutnya menjadi pengantin pengganti demi menebus sebuah kesalahan keluarga. Dan yang lebih menyakitkan, ia harus menikah dengan musuh bebuyutannya sendiri: Rendra Adiatmaharaja, pengacara ambisius yang berkali-kali menjadi lawannya di meja hijau. Terjebak dalam pernikahan yang tak pernah ia inginkan, Vanya dipaksa menyerahkan kebebasan yang selama ini ia perjuangkan. Bisakah ia menemukan jalan keluar dari sangkar emas Rendra? Ataukah kebencian yang tumbuh di antara mereka perlahan berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elin Rhenore, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Blood And Water

Helaan nafas keluar dari pernafasan Vanya setelah mendengar pertanyaan Rendra. Merasa sudah memasuki situasi yang lebih serius akhirnya Vanya memposisikan duduknya bersila di samping Rendra tapi dengan tubuh yang menghadap ke arahnya, sembari menatap Rendra yang sedang menunggu jawabannya.

"Aku sudah melihat isinya."

Alis Rendra terangkat, ia agak heran karena bukan ini reaksi yang ia harapkan. Setelah menyerahkan amplop cokelat berisi flashdisk pada Vanya, ia berpikir jika perempuan itu akan mengamuk padanya, atau setidaknya mengeluarkan sedikit amarah. Namun, saat ini yang terjadi justru sebaliknya. Gadis itu sangat tenang, setenang air di danau, tapi Rendra tahu ini adalah kabar buruknya.

Sepanjang karirnya menjalani persidangan demi persidangan Rendra hampir selalu bertemu dengan lawan yang berapi-api penuh semangat. Ia baru mendapati lawan yang begitu tenang mirip dengan dirinya saat berhadapan dengan perempuan cantik bernama Vanya Anantari. Selain cantik, cerdas, juga sangat tenang dalam berekspresi.

"Lalu? Kamu tidak marah?" tanya Rendra meneliti ekspresi wajah Vanya dengan seksama hingga pandangannya berakhir pada bibir merah muda yang menggoda, bibir yang memiliki kenikmatan unik. Rendra menelan ludahnya saat pikirannya teringat pada ciuman impulsifnya.

"Kamu berharap aku marah, Mas?" tanya Vanya, kemudian ia memutar tubuhnya dan bersandar pada sofa. Meletakkan kepalanya di sandaran dan menatap langit-langit dengan tatapan dipenuhi beragam pikiran.

"Setelah aku melihatnya, awalnya aku marah ...." Vanya melanjutkan, dia tidak berbohong.

Setelah Rendra pergi untuk bekerja, ia membuka amplop tersebut dan menemukan sebuah diska lepas. Tentu Vanya merasa penasaran, bagaimana pun juga dia merasa dijebak dalam pernikahan ini. Di satu sisi ia merasa ini sangat tidak adil tapi di sisi lainnya ia merasa bersyukur, setidaknya ia bisa membalas budi dengan menyelamatkan Alessia dari pernikahan yang tak diinginkannya.

Rasa ketidakadilan dalam hatinya mendorong Vanya untuk lekas membuka isi diska lepas itu, di sana terdapat sebuah video, lebih tepatnya video cctv. Satu per satu diputar oleh Vanya, dalam video tersebut menampilkan di dalam sebuah ruangan yang mirip seperti meeting room, ada Harun, Rendra, dan seorang lagi yang tak dikenal oleh Vanya. Pembicaraan mereka, terlihat sangat intens. Dalam percakapan tersebut orang yang tak dikenal itu mengenalkan dirinya sebagai Widjaya Adiatmaharaja, nama ini tentu saja tidak asing bagi Vanya. Nama keluarga yang sama menunjukkan kekerabatan.

Awal percakapan mereka membicarakan tentang dendam lama antara keluarga Widjaya dan keluarga Harun Murya. Singkatnya, Adik Harun Murya dan kakak perempuan Widjaya kawin lari, mereka kabur ke Inggris. Keluarga Harun yang tidak terima, mengejar dan menimbulkan perselisihan yang entah bagaimana merenggut nyawa kakak perempuan Widjaya. Dalam video tersebut Harun berlutut di hadapan Widjaya, sedang memohon pengampunan.

Kesombongan Widjaya menuntun pada tuntutannya kepada Harun. Ia meminta anaknya untuk menjadi bagian dari keluarga Adiatmaharaja. Bahkan sekali lihat video itu Vanya langsung tahu jika Widjaya menginginkan nyawa dibalas dengan nyawa. Ancaman itu tidak hanya didasarkan atas dendam lama, Widjaya pun mengancam akan membuka semua kebusukan perusahaan Harun. Di sini Harun diminta untuk mempertimbangkan pilihan yang diberikan oleh Widjaya, menyerahkan anak perempuannya kepadanya atau kehilangan seluruh kekayaan dan kekuasaan keluarga.

Setelah itu Vanya mencari nama Widjaya Adiatmaharaja di google dan menemukan sebuah informasi. Keluarga Adiatmaharaja adalah keluarga Naga, alias mereka adalah keluarga konglomerat lama, perusahaan mereka sangat besar, tidak hanya di Indonesia saja tapi juga di sepuluh negara lainnya. Widjaya sendiri sudah menyerahkan kursi kekuasaannya pada anak sulungnya, Kane Lodra Adiatmaharaja. Sementara dirinya saat ini sedang terjun ke dalam dunia politik, ia menjabat sebagai seorang Dewan. Jadi kekuasaannya sudah sangat jelas. Sementara Rendra Adiatmaharaja, merupakan anak dari istri muda Widjaya yang baru kembali ke keluarga besar mereka saat pria itu masih duduk dibangku SMA.

Kini semuanya masuk akal bagi Vanya, Widjaya ingin membalas dendam untuk kakak perempuannya, tapi juga tak ingin kehilangan kesempatannya untuk menjadi lebih kaya sehingga ia mengendalikan Harun Murya dengan pernikahan. Kane Lodra Adiatmaharaja sudah memiliki seorang istri, hingga pernikahan itu diberikan kepada Rendra.

Lalu pada video selanjutnya adalah video yang membuat Vanya sangat terkejut, melihat video tersebut ia benar-benar merasa sangat dihianati. Namun, nasi sudah menjadi bubur jadi ia hanya menahan amarahnya sembari melihat video itu.

Dalam video tersebut menampilkan seorang perempuan duduk di seberang meja kerja dan seorang pria yang jelas-jelas itu adalah Rendra. Vanya hanya menahan nafasnya saat memperhatikan sosok perempuan tersebut berbicara.

"Aku tidak akan basa-basi denganmu."

"Kita lakukan pertukaran, apa kau setuju?"

Pria dia seberangnya tampak tertarik hingga ia memajukan duduknya dan menyangga dagu dengan dua tangannya, menatap tajam pada perempuan tersebut.

"Apa yang bisa kamu tawarkan untuk pertukaran ini, Nona Alessia? Jika itu uang, saya bahkan memiliki nominal yang melebihi semua assetmu."

"Aku ingin menawarkan saudariku, kamu akan mendapatkan keuntungan jika menikah dengannya daripada menikahiku."

Mendengar itu Rendra kembali memundurkan duduknya dan bersandar pada kursinya, seolah-olah menatap Alessia tak percaya. Terheran ada wanita yang cukup kejam pada saudarinya sendiri.

"Apa untungnya bagi saya?"

"Dia seorang pengacara junior yang hebat, dia bisa membantumu mengembangkan firma milikmu saat ini."

"Sejujurnya saya tidak peduli siapa yang menikah dengan saya, dan saya tidak membutuhkan orang lain untuk firma ini. Jangan memandang tinggi dirimu sendiri, Nona Alessia."

"Tapi aku tidak ingin menikah denganmu!"

"Itu keputusan Harun dan Ayah saya."

"Dia adalah putri angkat sah keluarga Murya, kamu tidak akan dirugikan, kalian tidak akan rugi. Perjanjian itu akan tetap berlaku."

"Dengar, lakukan apapun yang kamu mau. Saya tidak peduli."

"Baiklah, aku sudah memperingatkanmu, aku tidak akan menikah denganmu!"

Dan begitulah perempuan itu pergi begitu saja dengan kemarahan yang jelas tergambar di wajahnya. Vanya marah, ia sakit hati karena sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudarinya sendiri bahkan rela untuk menukarnya dengan uang, itu hipotesis awalnya. Meski Rendra tampaknya enggan. Tapi di sinilah pertanyaan besar itu muncul, tidak ada satu detik dari video manapun yang menjelaskan keinginan Rendra untuk menikahinya.

"Tapi marah sangat tidak berguna, jadi aku melampiaskannya dengan berenang." Vanya melanjutkan ucapannya, tapi jelas terdengar helaan nafasnya yang berat.

"Jika kamu ingin marah, lakukan saja."

"Tapi kamu tidak melakukan pertukaran itu, jelas itu adalah ulah keluargaku sendiri." Vanya menoleh pada Rendra, melihat pria yang sedang menatapnya. "Apa kamu mengasihaniku sekarang?" tanyanya sembari berdecak.

"Bukankah sudah terlambat untuk mengasihanimu?" Rendra memalingkan wajahnya, ia lalu bersandar duduk di samping Vanya.

"Benar juga," gumam Vanya pelan. "Tapi bukankah kamu bilang, menikah denganku sudah sesuai dengan keinginanmu?" tanya Vanya lagi. Rendra menoleh pada Vanya, kini keduanya saling berhadapan, menghirup udara yang sama, tatapan keduanya saling bertautan.

"Ya, benar."

"Kamu tidak mengatakan apapun pada Alessia di video itu."

Rendra terdiam sejenak. "Aku sudah mengira bahwa mereka pasti akan melakukan segala cara, memastikan putri sah mereka tidak terjebak di keluarga kami."

Tapi jawaban itu sungguh tidak masuk pada logika Vanya, ia menatap mata cokelat terang yang hangat dari mata Rendra. Entah mengapa mata itu seolah mengatakan hal lain, hal yang tidak dimengerti oleh Vanya.

"Kamu bilang kamu menginginkanku."

"Ya, benar."

"Apakah pernikahan itu semua rencanamu?"

"Aku adalah penasihat ayahku."

"Jadi semua itu rencanamu."

"Aku memang menginginkanmu dan bertaruh pada rencana itu."

Mendengar pernyataan dari Rendra, wajah Vanya langsung memerah dibuatnya. Merasakan pipinya memanas, Vanya langsung menegakkan tubuhnya dan memalingkan wajahnya, menyembunyikan rona merah itu dari Rendra.

"Ini sudah malam, istirahatlah lebih awal. Kata Bi Murti, kamu selalu pulang larut malam." Dengan jantung berdegup kencang, Vanya berdiri untuk beranjak pergi namun Rendra lalu menarik tangan Vanya, menarik tubuh perempuan itu hingga ia terduduk di pangkuannya.

"Mas, Apa-apaan ini?" Vanya berusaha untuk memberontak, melepaskan diri dari pelukan erat Rendra di pinggangnya.

"Jadi ... apakah kamu masih ingin ikut bermain denganku?" Bisikan Rendra terdengar begitu berat di telinga Vanya, perempuan itu juga merasakan hembusan hangat di tengkuk lehernya, membuat tubuhnya seketika menegang.

"Apa kamu tetap ingin bermain, Little Cat?" pertanyaan ini menyadarkan Vanya yang hampir saja terjebak pada gelenyar aneh di bawah perutnya.

"Ehm." Vanya berdeham, agaknya terasa sangat mustahil untuk melepaskan diri saat ini. Akhirnya dia pasrah dalam dekapan Rendra. "Bagimu semua hanya permainan, Mas. Tapi bagiku ini menyangkut jalan hidupku."

"Katakan saja, kau ingin tetap ingin bermain atau tidak?"

"Aku akan menjawab pertanyaannya setelah bertemu dengan keluargaku."

Saat itu Vanya merasakan pelukan Rendra melonggar, ia pun menggunakan kesempatan itu untuk melepaskannya. Vanya sedikit merasa aneh saat Rendra membiarkannya lolos begitu saja. Setelah itu ia pergi meninggalkan Rendra di ruang keluarga dan pergi ke kamarnya. Meninggalkan Rendra dalam kehampaan.

**

PLAKK

Wajah Rendra berputar empat puluh lima derajat setelah sebuah tangan besar dan kasar itu melayang keras ke wajahnya. Ia tidak menghindar dan tidak membalas, bahkan meski darah mengalir keluar dari sudut bibirnya. Ia menahan semua itu.

"Sejak kapan kamu jadi bodoh begini?! Berapa kali harus kuingatkan agar rencana ini berhasil! Sekarang kau mengacaukannya! Anak tidak tahu diri!" Widjaya melampiaskan seluruh amarahnya setelah mengetahui bahwa perempuan yang menikah dengan putranya hanya seorang anak angkat dan bukan anak sah keluarga Murya.

"Bagaimana kamu jelaskan ini kepadaku?!"

Rendra mengangkat wajahnya, menatap pria paruh baya di hadapannya. Ayah yang dia ketahui saat dirinya berusia lima belas tahun itu terlihat agak lebih tua dari pertemuan mereka yang pertama kali. Ayah yang tak pernah disangka-sangka olehnya tiba-tiba muncul begitu saja dan membawanya pergi dari rumah kakeknya.

"Bahkan anak yang ayah sebut sebagai anak angkat itu lebih berguna daripada anak manja itu. Dia adalah senjataku, kartu as ku untuk menjatuhkan keluarga Murya."

"Apa maksudmu?"

"Ayah tenang saja, Kane sudah mendapatkan persetujuan untuk akuisisi perusahaan Murya, aku akan menggunakan kartu as ku dengan baik dan membantumu membalas semua dendammu."

"Aku tidak membeli kucing di dalam karung, Rendra." Suara Widjaya tak bisa disangkal. Tapi Rendra lalu melangkah maju, ia mengeluarkan sesuatu dari balik jas abu-abunya, sebuah dokumen dan meletakkannya di hadapan Widjaya.

"Ayah akan memahaminya, aku pamit dulu." Dan Rendra pun pergi dengan bekas luka tamparan di wajahnya. Saat keluar seorang bertubuh tinggi kekar memberikannya sebuah sapu tangan dan Rendra mengelap wajahnya untuk menghilangkan jejak darah di sudut wajahnya.

**

Vanya tak bisa berhenti untuk menatap dua pria dewasa yang bertubuh tinggi dan kekar di hadapannya. Pria-pria itu bahkan lebih tinggi dari Rendra yang sudah semampai dengan 190cm-nya.

"Apa ini, Shouta?" tanya Vanya pada Shouta yang berdiri di samping Vanya.

"Mereka adalah Bima dan Arya, Nyonya. Mulai saat ini mereka akan mendampingi anda sebagai bodyguard dibawah perintah Bang Rendra."

"Dia pasti sudah gila, memangnya aku ini siapa sampai dia memberi dua pengawal begini?"

"Saya hanya menjalan perintah, jadi jangan mempersulit saya, Nyonya."

"Aku tidak akan mempersulit kamu kalau kamu berhenti panggil saya Nyonya, saya tidak setua itu." Vanya menatap Shouta untuk mencari persetujuan.

"Bang Rendra bisa marah besar ke saya kalau begitu."

"Ah sudahlah. Yang jelas aku tidak mau dua orang ini ikut denganku hari ini atau hari-hari lainnya." Vanya kemudian beranjak pergi dengan kesal.

Pagi ini dia bangun dan saat sarapan tidak mendapati Rendra ada di ruang makan, ia menduga jika Rendra pasti sudah berangkat kerja. Namun siapa sangka jika pagi itu ia malah dikenalkan dengan dua bodyguard bertubuh seperti raksasa.

"Tidak bisa, jika Nona pergi tanpa mereka maka gaji saya akan dipotong. Saya mohon jangan mempersulit saya."

Vanya menghela nafasnya saat menatap Shouta yang memelas, seperti dugaannya Rendra suka menindas orang. Lihat saja bawahannya yang memelas karena tak ingin dipotong gajinya ini.

"Baiklah, untuk hari ini saja. Untuk kedepannya saya akan bilang ke Rendra untuk menghentikan kekonyolan ini."

"Baik, baik, begitu juga boleh." Shouta tampak bahagia, tapi berbeda dengan Vanya. Hari ini dia akan menghadapi dunia yang kejam ini.

Pagi dia pergi ke kantor Firma milik yayasan Murya, dia sudah meminta mutasi ke kantor pusat. Hari ini dia harus pergi untuk mengurus serah terima pekerjaannya. Selesai pergi ke kantor firmanya dan melihat kantor barunya seperti apa, atasannya meminta untuk mulai bekerja hari senin.

Selesai dari kantor barunya, Vanya pun langsung pergi menuju ke rumah keluarga Murya. Di gerbang rumah keluarga tersebut Vanya berhenti sejenak, ia menatap betapa tingginya gerbang tersebut dan teringat lagi bagaimana dia memanjat ke rumah tersebut. Vanya terkekeh pelan, betapa konyol dirinya dengan bodohnya melemparkan diri pada jebakan yang dibuat oleh Ibu angkat dan saudarinya.

Beberapa saat kemudian, Vanya mengulurkan tangannya untuk memencet bel gerbang, saat itu ia melihat seorang security datang kepadanya. Melihat itu adalah Vanya yang familiar dengannya, ia pun tak ragu untuk membuka pintu. Hanya saja saat melihat dua raksasa mengekor di belakang Vanya membuatnya terheran-heran.

"Bang Umar, apa kabar?"

"Sehat, neng. Sudah lama nggak lihat neng pulang." Benar, saat pernikahan dilangsungkan, Vanya memang tidak melihat Umar atau pelayan rumah lainnya. Sepertinya acara hari itu memang sudah direncanakan sedemikian rupa untuk menjebaknya.

"Iya nih, sekarang saya pindah di kantor pusat. Ibu dan Alessia ada di rumah, Bang?"

"Ada neng, ada ... oiya ini mereka berdua gimana neng?"

"Ajakin mereka ngopi deh, bang." Vanya kemudian mengeluarkan uang dari dompetnya untuk ongkos Umar ngopi bersama dengan bodyguardnya.

"Wah kebanyakan ini, neng."

"Udah kembaliannya buat abang, ya."

"Makasih, ya, neng." Umar dengan senyum lebarnya itu kemudian menghampiri dua raksasa itu dan mengajak keduanya untuk ngopi di area kompleks perumahan sementara Vanya pergi untuk menemui ibu dan saudari angkatnya.

Memasuki rumah tersebut, Vanya langsung disambut oleh seorang pelayan yang cukup dekat dengannya. Dia langsung memberitahu kalau nyonya rumah mereka sedang bersantai membaca majalah di arena kolam renang rumah tersebut. Vanya pun langsung berjalan menuju ke kolam renang dan melihat seorang wanita paruh baya sedang bersantai menikmati senja dan putrinya sedang berenang. Vanya langsung mendekati ibu angkatnya.

"Sore, Bu."

Mendengar suara Vanya, wanita itu langsung saja meletakkan majalahnya dan menoleh pada Vanya. Mendapati perempuan yang telah diangkat sebagai putri keluarga Murya berdiri di sampingnya ia terkejut sampai matanya melebar seperti melihat bayangan hantu.

"Va-Vanya ...."

"Ya, ini saya. Kenapa ibu kaget begitu." Vanya meraih tangan ibunya dan mencium punggung telapak tangannya. "Saya pulang kok ibu kaget."

"Kamu ...." Wanita itu tampak tidak tahu harus berbuat apa. "Kamu kok nggak bilang, aku dengar kamu balik ke Nusantara."

"Iya, kemaren sempat balik ke sana untuk urus serah terima, sekarang sudah di Jakarta untuk bekerja di kantor pusat. Ibu kabarnya gimana? Pasti sehat, pasti sangat gembira kan karena bukan Alessia yang menikah?" Vanya bukan seseorang yang bisa bertele-tele, tapi ia sangat mampu untuk menahan gejolak amarah yang bisa mendatangkan badai itu.

"Kamu bilang apa sih, kalian berdua itu anak ibu. Kejadian itu ... jangan diungkit lagi ya?"

"Iya, jangan diungkit, ya, Kak?" rupanya Alessia bersandar di pinggir kolam.

"Kenapa kalian harus melakukan perbuatan licik seperti ini?" Vanya mengepalkan tangannya.

"Perbuatan licik? Apa maksudnya? Vanya ... apa kamu marah?" tanya Miranda. "Bukankah kamu sudah menyetujui pernikahan ini, kenapa sekarang menuduh kami melakukan perbuatan licik?"

Alessia keluar dari kolam renang, ia mengambil bathrobenya dan melangkah ke samping Vanya.

"Kak, apa yang kamu bicarakan? Apa terjadi sesuatu? Apa Rendra menyakitimu?" tanya Alessia dengan lembut, perempuan itu menyentuh lengan Vanya, berusaha menenangkan Vanya yang tampaknya siap untuk menghancurkan apapun di hadapannya.

"Rendra ... haha." Vanya tertawa getir. "Kenapa kamu tidak bilang saja padaku terus terang? Kenapa mengirimiku pesan seperti itu?"

"Pesan apa?" tanya Alessia yang tampaknya sedang berpura-pura bodoh. "Ahh, pesan tentang pernikahanku yang mendadak?"

"Bukankah kamu tahu, aku pasti akan melakukan apapun untukmu dan memberi jalan keluar di setiap masalahmu. Mengapa kamu memilih untuk menusukku dari belakang?"

"Vanya! Jangan kurang ajar. Bukankah kamu juga bersyukur karena Alessia tidak jadi menikah." Miranda berdiri di samping putrinya. "Aku sudah berterima kasih padamu, apa itu masih kurang?"

"Alessia ... aku tahu sejak awal kamu berencana untuk meminta Rendra untuk menikah denganku."

"Apa Rendra yang mengatakannya padamu?"

"Tidak penting siapa yang mengatakannya, tapi kenapa kamu tidak bicara padaku? Jika saja kamu bicara padaku ... aku tidak akan merasa dihianati."

"Siapa yang kamu pikir menghianatimu?!" Miranda meninggikan suaranya. "Kamu hanya anak angkat, sudah seharusnya kamu menggantikan Alessia jika dia dalam kesulitan, tidak tahu diri!"

"Ma, udah. Vanya benar ini memang salahku karena kabur waktu itu. Seandainya aku tidak kabur. Mungkin Vanya tidak akan mengalami kemalangan ini." Alessia terlihat akan menangis, saat itu juga Miranda memeluk putri semawa wayangnya itu.

"Lihat perbuatanmu! Kamu buat anak saya menangis!"

"Bukankah dia menangisi perbuatannya sendiri?" Suara maskulin ini membuat ketiga wanita itu menoleh ke arah pintu masuk.

"Mas Rendra?" Vanya tak habis pikir, bagaimana bisa Rendra bisa ada di sini secepat ini. mungkinkah pria itu mengikutinya, apakah tidak cukup dengan memberinya bodyguard?

Rendra melangkah, ia mendekati Vanya dan menarik perempuan itu ke dalam rangkulannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" desis Vanya bertanya pada Rendra dengan mata melotot.

"Harun mengundang saya untuk makan malam, jadi saya kemari. Kebetulan kamu juga ada di sini jadi saya tidak perlu repot-repot pulang ke rumah."

"Makan malam?" tanya Miranda yang terheran.

"Ya, satu jam yang lalu Harun menghubungi saya."

"Begitu rupanya, karena Nak Rendra sudah ada di sini. kamu ajak dia istirahat di kamar kamu, Vanya."

Vanya tertegun untuk sesaat, masalah sebelumnya belum juga usai dibicarakan. Saat ini dia malah harus menghadapi Rendra yang datang secara tiba-tiba. Jika melihat dari sifat Rendra mustahil Harun yang menghubunginya. Akan lebih rasional jika Keluarga Murya menghindari keluarga Adiatmaharaja.

"Sayang ...." Panggilan Rendra membuat bulu kuduk Vanya meremang hingga akhirnya dia pun menoleh ke arah pria jangkung yang merangkulnya ini. "Ayo kita ke kamar kamu dulu."

Vanya tampak linglung sesaat, ia memandangi Alessia di pelukan ibunya lalu menatap Rendra yang merangkulnya.

"Apa yang kamu pikirkan, saya lelah, bisakah kita ke kamar sekarang?" tanya Rendra dengan sedikit manja. Vanya bergidik dengan perilaku Rendra yang tidak biasa ini, seandainya tidak ada Miranda dan Alessia di depan mereka, ia akan mendorong Rendra jauh-jauh darinya.

"Iya, Vanya. Bawa nak Rendra untuk istirahat." Dan hal ini tampaknya dimanfaatkan oleh Miranda untuk melarikan diri dari amukan Vanya.

Vanya hanya mengangguk samar lalu mengajak Rendra pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

...--- Bersambung ---...

...OBJECT OF DESIRES | 2025...

1
👣Sandaria🦋
baca satu bab, Kakak. asik nih cerita pengacara saling bakutikam di ruang sidang, kemudian saling bakugoyang di ranjang👍😆
Elin Rhenore: terima kasih kakak /Hey/
total 1 replies
d_midah
selain cantik, yang aku bayangin pipinya yang gemoy☺️☺️🤭
Tulisan_nic
sidangnya siaran langsung apa gimana Thor?
Elin Rhenore: sidangnya siaran langsung, karena sifatnya terbuka untuk umum.
total 1 replies
Tulisan_nic
Baca bab 1 udah keren banget,aku paling suka cerita lawyer² begini.Lanjut ah
Elin Rhenore: terima kasih yaaa, semoga sukaa
total 1 replies
Ayleen Davina
😍
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025
Hallo Kak. Semangat berkarya ya 🫶
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: seru ceritanya 🫶
total 2 replies
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
"istri saya" kulanjutin dah😂
Mei Saroha
ayooo kakak othorr lanjutkaann... yukkk bisa yuukkk
Elin Rhenore: sabar yaaaa hehehehe
total 1 replies
Mei Saroha
rendra bertekad untuk lindungi Vanya..
Mei Saroha
alurnya keren thorr
semangat nulisnyaa yaaaa
Mei Saroha
hareudangg euyyy
Mei Saroha
morning wood itu apa kak 😃😀😁
Mei Saroha
apakah keluarga rendra membunuh orangtua Vanya?
Siti Nina
Lanjut thor jgn di gantung cerita nya
Siti Nina
Nah lho perang akan segera di mulai
Siti Nina
Oke ceritanya 👍👍👍
Siti Nina
Meleleh gak tuh mendengar ucapan Renrda manis banget
Mei Saroha
wahh.. ini masuk KDRT bukan sih
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
good
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
nah, sumber masalah nya harus diusut nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!