NovelToon NovelToon
Ayudia Putri Dari Istriku

Ayudia Putri Dari Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Anak Haram Sang Istri / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hania

Karena cinta kah seseorang akan memasuki gerbang pernikahan? Ah, itu hanya sebuah dongeng yang indah untuk diriku yang telah memendam rasa cinta padamu. Ketulusan ku untuk menikahi mu telah engkau balas dengan sebuah pengkhianatan.

Aku yang telah lama mengenalmu, melindungi mu, menjagamu dengan ketulusanku harus menerima kenyataan pahit ini.

Kamu yang lama aku sayangi telah menjadikan ketulusanku untuk menutupi sebuah aib yang tak mampu aku terima. Dan mengapa aku baru tahu setelah kata SAH di hadapan penghulu.

"Sudah berapa bulan?"

"Tiga bulan."

Dada ini terasa dihantam beban yang sangat berat. Mengapa engkau begitu tega.

"Kakak, Kalau engkau berat menerimaku, baiklah aku akan pulang."

"Tunggulah sampai anak itu lahir."

"Terima kasih, Kak."

Namun mengapa dirimu harus pergi di saat aku telah memaafkan mu. Dan engkau meninggalkanku dengan seorang bayi mungil nan cantik, Ayudia Wardhana.

Apa yang mesti ku perbuat, aku bukan manusia sempurna....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Baby Ayudia

“Lea, tak ingin kah kamu melihat baby Ayu. Kulitnya putih, matanya lentik, cantik seperti dirimu. Dan dia memiliki mata biru. Mata yang indah, tak pernah aku melihat sebelumnya. Mungkin menurun dari kakek dan nenekmu dulu. Lihat ... ia menggeliat. Rupanya ia sedang kangen padamu. Bukalah matamu, Lea ...”

Tak bosan-bosannya Dika mengajak berbicara Lea. Kadang tentang masa kecil Lea, kenakalan Lea, masa remaja Lea, kenangan-kenangan manis mereka berdua, atau kadang dia bercerita tentang baby Ayudia. Berharap Lea segera membuka mata.

Usahanya tak sia-sia. Beberapa hari kemudian, ia menggerak-gerakkan tangannya. Dia mencoba membuka mata saat mendengar tangis Ayu.

“Kakak … Kakak …” panggilnya dengan suara hampir tak terdengar. Dia pun mencoba melepas alat bantu pernafasan yang menempel di hidungnya.

“Kakak. mana Ayu …” ucapnya dengan terbata-bata.

Lapat-lapat Dika mendengar suara yang sudah amat dikenalnya, suara dari wanita yang selama ini sudah tidur terlalu lama.

"Lea..." ucapnya tak percaya.

Dia pun tersentak dan tersenyum penuh rasa syukur menyaksikan apa yang ada di depannya. Lea kini telah sadar.

“Alhamdulillah … terima kasih, ya Allah,” ucapnya penuh haru.

Ia pun membawa Ayu ke hadapan Lea dengan hati penuh syukur.

"Lihatlah Lea, ia merindukanmu." Dika mendekatkan baby Ayudia ke Lea.

Begitu tangannya menyentuh tubuh mungilnya, seketika tangisnya pun mereda. .

Ada seulas senyum merekah di bibirnya yang masih tampak pucat. Namun sorot matanya menyiratkan sebuah harapan tentang kehidupan yang beberapa hari lalu seakan menghilang. Tangannya berlahan terangkat dan ingin menyentuh baby Ayu. Namun semuanya masih terhalang dengan berbagai peralatan medis yang masih merantai tubuhnya.

Dika segera membunyikan bel untuk memberitahukan kabar gembira ini, pada perawat yang kini sedang berjaga di ruangannya. Tak berapa lama 2 orang berseragam putih menghampiri mereka dengan wajah penuh senyum harapan dengan membawa peralatan medis thermometer dan tensi meter.

“Apa kabar, Ibu?” sapa mereka pada Lea. Tentu bukan jawaban yang mereka minta karena mereka sudah tahu pasiennya tak akan mungkin menjawabnya, Ada tabung yang menjadi penghalang bagi pasien berbicara.

“Maaf ya, Bu. Kami mau periksa ibu,” ucapnya sebelum mereka membalut lengan Lea dengan kain yang menghubungkan pada alat tensi meter dan meletakkan thermometer di ketiak Lea.

“Alhamdulillah, perkembangan yang baik,” kata seorang di antara mereka.

Tangan Lea menggapai-gapai pada Dika agar membawa Ayu ke dekatnya. Suara tangisnya yang lirih mengiba, mengusik pendengarannya.

Lalu, ia meminta para perawat melepaskan beberapa alat medis yang menghalanginya untuk bisa memeluk putrinya. Mereka pun tak keberatan dan membantu melepaskannya.

Lea tampak puas dan lega. Dia menganggukkan kepala sebagai ungkapan terima kasih kepada keduanya sebelum pergi.

“Mana putriku, Kak …” ucapnya dengan nafas yang berhembus lemah setelah kedua perawat itu pergi.

Tangannya yang menggapai-gapai, membuat Dika tak kuasa untuk memberikannya.

“Sebentar,” kata Dika. Ia pun mengatur posisi tempat tidur agar Lea dapat duduk dengan nyaman dengan satu tangannya. Tangan lainnya mendekap baby Ayudia.

“Sudah Kak,” kata Lea sesaat kemudian.

Dika pun menghentikannya dan menghampiri Lea dengan baby Ayudia yang masih dengan tangisnya yang lirih.

“Dia lapar, Kak. Biar aku susui,” pinta Lea dengan penuh harap. 

Dika pun tak kuasa untuk menolak permintaan Lea. Dia pun membawa baby Ayu ke dalam pelukan Lea. Seketika tangisnya pun reda. Tubuhnya yang mungil menggeliat mencari-cari sumber kehidupannya. 

Dengan sigap Lea meraihnya. Senyumnya pun merekah. Dan wajahnya pun bersemu saat menatap baby Ayu yang kini sudah berada dalam gendongannya. Baby Ayudia seolah memberinya penghidupan.

“Kamu lapar, Nak. Ayo baca doa dulu, Allahumma bariklana fimaa razaqtanaa waqinaa adzaa bannnaar …”

Baby Ayu pun seolah tak sabar, ingin segera menikmati sumber penghidupannya. Begitu mendapatkan, ia pun menghisapnya dengan lahap.

Lea tampak bahagia. Tampak senyumnya pun merekah. Sambil bersenandung kecil, ia membelai lembut dan mem-pokpok tubuh putrinya agar nyaman dan tenang menikmati sumber penghidupannya. Apalagi stoknya berlebih-lebih dan belum pernah sekalipun dihisapnya,

“Dia sangat cantik, Kak.”

“Ya, seperti dirimu.”

Baby Ayu terlihat sangat nyaman, menikmati sumber penghidupannya dengan tenang sampai dirinya kenyang. Secara berlahan ia melepaskan sumber penghidupannya. Tubuhnya pun menggeliat sebentar. Tak lama kemudian ia terlihat tenang, tertidur pulas dalam pangkuan mamanya.

Dika tak tega, ingin mengambil baby Ayu dari tangan Lea.

“Jangan, Kak. Aku masih rindu,” cegah Lea.

Dika tak kuasa. Ia pun membiarkan moment-moment indah yang beberapa hari terlewatkan oleh Lea untuk bersama putrinya, menggendongnya, memeluknya, menciumnya atau sentuhan hangat dari seorang ibu pada putrinya.

Tak henti-hentinya Lea mem-pokpok tubuh baby Ayu dengan lembut sambil menyanyikan lagu merdu dengan lirih. Indah shalawat ataupun syair-syair yang pernah ia dapatkan di waktu kecil, sampai ia pun lelah.

“Aku ingin dia tidur di sampingku,” pintanya.

“Baiklah,” jawab Dika. Meskipun agak berat, ia pun meluluskan permintaan nya.

Dia pun segera menurun tempat tidur Lea ke posisi nyaman untuk merebahkan tubuhnya.

“Sudah cukup, Kak.”

Dia pun segera mengunci pegas tempat tidur agar Lea bisa menikmati tidurnya dengan baik sambil memeluk baby Ayu. 

“Tidurlah, Lea,” kata Dika lembut.

Matanya tampak lelah dan sayu. Ia butuh istirahat, setelah banyak mengeluarkan nutrisi untuk baby Ayu.

Tak beberapa lama, matanya terpejam sempurna. Dengan hati-hati, Dika mengangkat tangan Lea dari tubuh baby Ayu dan memindahkannya ke dalam box, tempat tidur khusus untuk baby Ayu.

Namun sayang, Lea terbangun dan menghentikan langkahnya.

“Kakak, jangan pindahkan dia. Aku masih kangen.”

Dika pun mengembalikan baby Ayu ke samping Lea.

“Aku khawatir, dia kenapa-napa. Dia masih sangat lemah, Lea.”

“Ya, Kak. Tapi aku masih kangen, Kak.”

“Baiklah.” Dika pun mengalah.

Tapi dia tak mau meninggalkan baby Ayu begitu saja. Ia terus mengawasinya dan terus memberikan perhatian lebih padanya. Sehingga Lea pun dibuat nya tersenyum.

“Kakak, Ayu pasti senang mempunyai papa seperti Kakak.”

Dika pun tersenyum. Dia tak memungkiri kalau kehadiran beby Ayu telah memberi warna tersendiri di hatinya. Meskipun baby Ayu bukan darah dagingnya, tapi rasa sayang nya sebagai papa tumbuh berlahan-lahan dalam jiwanya sejak ia melihat bagaimana Lea menjaganya dengan baik.

Dan untuk alasan inilah, rasa sakit yang pernah Lea torehkan berlahan-lahan musnah. Dan setelah ini, ia ingin memperbaiki hubungan pernikahan mereka layaknya suami istri pada umumnya.

“Terima kasih, Lea. Kamu sudah mau melahirkannya dengan baik. Aku akan menyayanginya seperti aku menyayangi putriku sendiri. Dia putri kita,” ucap Dika.

“Aku minta maaf, ya Kak. Selama ini sudah menyakitimu.”

“Aku sudah melupakannya.”

 

1
Mike Shrye❀∂я
mampir akak.
mampir juga di karya aku ya🤭
partini
lanjut Thor,aku berharap perjodohan ayu ga ada Thor di ganti yg lain
partini
good story 👍👍👍👍
Hania
iya kakak.
cuman akan aku persingkat.

sayang kalau tak ku teruskan tulisan ini.

biar deh, walaupun tak lulus review.
yang penting selesai dulu.
Hania: terima kasih kk🙏
total 3 replies
partini
Thor ini dari awal lagi yah,,kemarin kan ayu udah di jodohin biarpun sama ayah dika saling mencintai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!