Harin Adinata, putri kaya yang kabur dari rumah, menumpang di apartemen sahabatnya Sean, tapi justru terjebak dalam romansa tak terduga dengan kakak Sean, Hyun-jae. Aktor terkenal yang misterius dan penuh rahasia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Dalam perjalanan pulang, Hyun-jae mendapat telpon dari Juno. Juno melaporkan gosip di media sosial tentang asistennya, alias Harin yang sudah menyebar dengan cepat. Bahkan sampai penggemar-penggemar Hyun-jae di negara-negara lain menghujatnya.
"Hyun-jae, buka akun dengan nama lain, coba cari di tagar trending. Ada memotret kau dan gadis itu diam-diam. Walau wajahnya di blur mereka bisa dengan mudah menemukannya. Dia di maki habis-habisan." suara Juno terdengar tegang di ujung telepon.
Hyun-jae mengerutkan kening. Ia menatap Hari di sampingnya yang sejak tadi sibuk menatap jalan, lalu membuka akun cadangan di ponselnya. Begitu masuk ke laman trending, matanya menyipit tidak senang. Memang ada yang memotretnya dan Harin diam-diam. Ia mendengus keras dan kembali bicara pada Juno.
"Kau urus masalah ini. Semua media yang memuat berita tidak benar itu kau laporkan, jangan sampai aku sendiri yang turun tangan. Jangan lupa cari pemilik akun itu." kata Hyun-jae tajam.
Ia tidak takut pada media apapun, juga pada gosip apapun terhadap dirinya. Dia jadi aktor bukan untuk mencari popularitas, tetapi memang tertarik berakting. Dan Hyun-jae punya kekuasaan untuk membungkam semua media serta orang-orang yang menggosipkan hal-hal tidak benar tentang dirinya, terutama orang-orang yang dekat dengannya.
Harin yang sejak tadi sibuk menatap jalan, menoleh ke samping. Dahinya mengernyit melihat Hyun-jae yang tampak tidak senang. Ia ingin bertanya, tapi tidak enak.
Dia ada masalah?
Harin penasaran. Apa dia bertanya saja? Tapi bagaimana kalau Hyun-jae langsung membentaknya kalau bertanya di saat yang tidak tepat? Lihat saja wajahnya itu, seperti ingin memakan orang. Ketika Hyun-jae menoleh padanya, dengan buru-buru dia membuang muka. Namun karena terlalu cepat dan tidak hati-hati, wajahnya malah menabrak kaca mobil dengan keras, bibirnya langsung kesakitan karena terlalu kuat tertabrak kaca.
"Aduh!" Harin refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan. Perih menjalar di bibirnya, dan matanya langsung berair.
Hyun-jae yang baru saja menutup telepon spontan menoleh. Alisnya berkerut, wajahnya yang tegang berubah jadi khawatir. Sopir yang sibuk menyetir ikut melirik sesekali dari balik kaca spion.
Hyun-jae menggeser tubuhnya lebih dekat dan memeriksa Harin. Ia menggeser tubuhnya lebih dekat, matanya menyipit menatap bibir Harin yang mulai memerah dan sedikit membengkak. Tanpa pikir panjang, ia mengulurkan tangan, ibu jarinya menyentuh pelan sudut bibir gadis itu. Sentuhan itu begitu lembut, seolah ia bisa meredakan rasa sakit hanya dengan usapan kecil.
Harin terkejut. Matanya membelalak sebentar sebelum buru-buru menunduk, menutup sebagian wajah dengan tangan. Namun, Hyun-jae tetap menyingkirkan tangannya dengan lembut.
"Kau selalu saja ceroboh," gumam Hyun-jae sambil mengulum senyum tipis.
Mata Harin yang tadi sudah berair karena sakit, kini tidak jadi menangis. Rasa malu jauh lebih mendominasi. Jantungnya berdegup tak karuan, setiap detik terasa panjang hanya karena bibirnya disentuh oleh sang aktor.
"Gara-gara oppa yang menoleh tanpa bilang-bilang dulu, kan aku jadi kaget." suaranya pelan, nyaris seperti bisikan.
Hyun-jae menahan tawa, lalu akhirnya tertawa kecil. Suara itu terdengar ringan, berbeda dengan nada tajamnya saat bicara dengan Juno tadi. Ia mengusap rambut Harin, merapikannya yang sedikit berantakan.
"Kalau kau terus ceroboh seperti ini, aku harus menambah pekerjaanku bukan hanya sebagai aktor, tapi juga sebagai perawat pribadimu," ejeknya sambil menatap gadis itu yang wajahnya semakin merah.
Sopir yang duduk di depan melirik dari kaca spion. Ia heran melihat pemandangan bos-nya yang berbeda jauh dari sebelumnya. Laki-laki yang selalu serius itu kini bisa tertawa sambil mengelus rambut seorang gadis.
Harin menekuk wajahnya, bibirnya masih terasa perih, tapi hatinya justru semakin kacau. Ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi Hyun-jae yang mendadak begitu dekat.
Aneh, perasaannya saat ini benar-benar terasa aneh sekali. Dia pernah di kejar beberapa cowok dulu, bahkan ada yang pernah jalan dengannya, tapi belum pernah ia merasakan jantungnya sedeg-degan ini pada Hyun-jae. Apa karena laki-laki itu terlalu dingin dan mengintimidasi?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Perjalanan di lanjutkan dalam hening. Hanya suara musik lembut dari radio mobil yang menemani. Hyun-jae masih sesekali melirik Harin, memastikan gadis itu baik-baik saja.
Begitu sampai di apartemen, Hyun-jae turun lebih dulu. Ia langsung melangkah masuk ke apartemennya. Sesampainya di dalam, ia mengambil ponsel dan menelpon Juno lagi. Baginya, menyelesaikan gosip buruk yang melibatkan Harin adalah yang paling penting sekarang.
"Bagaimana perkembangan di luar sana?" tanyanya dingin.
Di ujung telepon, Juno menghela napas berat.
"Kami sudah mulai melaporkan beberapa media yang keterlaluan. Tapi komentar netizen masih deras. Kalau kau benar-benar ingin melindungi Harin, kau harus membuat pernyataan resmi. Kalau tidak, gosip ini bisa merusak mentalnya."
Hyun-jae diam beberapa saat, wajahnya menegang.
"Kumpulkan semua media besok, aku akan memberikan klarifikasi langsung." setelah mengatakan itu, ia menutup telepon, lalu membuang napas panjang.
Sementara itu, Harin merebahkan dirinya di sofa ruang tamu. Lelah luar biasa menyerang setelah seharian bekerja, ditambah dengan kejadian memalukan barusan. Bibirnya masih berdenyut, tapi kantuk lebih kuat menariknya. Tanpa sadar, ia terlelap di sana.
Beberapa waktu kemudian, Hyun-jae keluar dari kamarnya. Saat melangkah ke ruang tamu, matanya langsung jatuh pada sosok Harin yang tertidur pulas di sofa. Gadis itu meringkuk dengan posisi tidak nyaman, lengan kecilnya melingkari perut, rambutnya berantakan menutupi wajah.
Wajah dingin Hyun-jae melunak. Ia mendekat, menunduk sebentar untuk memastikan Harin benar-benar tidur. Bibir gadis itu masih tampak bengkak sedikit, membuatnya kembali mengingat kejadian konyol di mobil tadi.
Tanpa ragu, ia membungkuk dan mengangkat Harin dengan hati-hati. Gadis itu tergerak sedikit, mendesah pelan, tapi tetap terlelap. Hyun-jae menggendongnya dengan sangat lembut, seolah takut membangunkan atau menyakitinya.
Langkahnya pelan menuju kamar Sean. Ia menurunkan Harin di atas ranjang dengan penuh kehati-hatian, lalu menarik selimut menutupi tubuhnya.
Sesaat ia berdiri di sisi ranjang, menatap wajah tenang gadis itu. Ada senyum samar di bibir Hyun-jae sebelum akhirnya ia berbalik pergi, meninggalkan Harin yang tertidur nyenyak.
Luna emang super resek tapi aku yakin suatu saat dia akan mendapatkan balasannya .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍