Sinopsis:
Tertidur itu enak dan nyaman hingga dapat menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagi banyak orang, namun jika tertidur berhari-hari dan hanya sekali dalam sebulan terbangun apakah ini yang disebut menyenangkan atau mungkin penderitaan..
Sungguh diluar nalar dan hampir mustahil ada, tapi memang dialami sendiri oleh Tiara semenjak kecelakaan yang menewaskan Ibu dan Saudaranya itu terjadi. Tidak tanggung-tanggung sang ayah membawanya berobat ke segala penjuru Negeri demi kesembuhannya, namun tidak kunjung membuahkan hasil yang bagus. Lantas bagaimanakah ia dalam menjalani kehidupan sehari-harinya yang kini bahkan sudah menginjak usia 16 tahun.
Hingga pertemuannya dengan kedua teman misterius yang perlahan tanpa sadar membuatnya perlahan pulih. Selain itu, tidak disangka-sangkanya justru kedua teman misterius itu juga menyimpan teka-teki perihal kecelakaan yang menewaskan ibu dan saudaranya 3 tahun yang lalu.
Kira-kira rahasia apa yang tersimpan..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca4851c, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
"Tiara", jawabku dengan singkat lalu kembali melihat ke arah kolam lagi.
"Wah, nama yang indah seperti orangnya", pujinya yang masih tersenyum sembari memandangku.
"Namaku Davin", imbuhnya memperkenalkan diri.
Aku pun menatapnya sedikit agak lama, namun si empunya yang ditatap hanya cengengesan tidak jelas.
"Kenapa? Ganteng", tanyanya kepedean.
"Enggak juga", jawabku spontan. Aku pun kembali memalingkan wajahku ke arah kolam.
" Berarti ganteng dong", sewotnya.
'Ukhukk'
'Uukhukkk'
"Nih..minum dulu", serunya sembari mengulurkan segelas air putih yang entah ia dapatkan dari mana.
Tanpa basa-basi Aku pun mengambil dan meminum air putih itu dengan cepat, dan menepuk-nepuk dadaku dengan pelan.
"Udah mendingan?" tanyanya dengan raut khawatir. Aku pun hanya mengangguk.
Tiba-tiba saja, Seseorang menepukku dari belakang. Aku dan laki-laki yang bernama Davino itu pun dengan spontan menoleh ke belakang.
"Kamu Tiara", tebak seorang gadis yang usianya sepertinya tidak jauh beda denganku.
"Iya, ada apa?", tanyaku balik.
"Kamu dari tadi dicari Stephani", jelasnya. Aku pun sedikit terbengong.
"Yuk, ikut aku", imbuhnya lagi.
Aku pun bergegas berjalan mengekorinya memilah banyaknya orang yang berkumpul sembari bersuka ria dengan bahasannya masing-masing. Hingga tiba di sebuah meja dengan beberapa kursi yang saling berhadap-hadapan, yang mana duduk seorang Gadis dengan dress merah mudanya yang tengah duduk membelakangiku. Namun sudah bisa kutebak, pasti Dia Stephani.
Gadis yang mengajakku barusan pun menghentikan langkahnya di samping gadis dengan dress merah muda itu. Aku pun langsung duduk di sebelahnya yang lantas membuatnya menoleh ke arahku.
"Yaampun, Kamu dari mana saja Ara?", tanya Stephani dengan raut begitu khawatir.
"Aku hanya sedikit berjalan-jalan di tengah kerumunan orang, karena tadi Kulihat sepertinya Kamu membutuhkan sedikit waktu untuk berkumpul bersama teman dekatmu", jelasku dengan jujur.
"Astaga, Ara..maafkan Aku. Seharusnya tadi Aku menggenggam tanganmu saja agar tidak tersisih. Sekali lagi maaf bangett", serunya dengan tampang sedih.
"Hei, udah tidak mengapa Ste..", ujarku menenangkannya. Dia pun langsung memelukku erat.
Usai berpelukan Dia pun menarik tanganku dan berjalan menghampiri sekelompok Gadis yang tengah berkerumun membahas sesuatu yang lucu.
"Hai gaes..", seru Stephani yang sontak membuat mereka mengalihkan perhatiannya kepada Kami. Beberapa diantara mereka pergi secara perlahan hingga menyisakan tiga orang yang tetap bersama Kami.
"Ya phan", jawab salah satunya dengan menyunggingkan senyum manisnya.
"Kenalin, ini Tiara..dia Anak rekan kerja Papaku. Mulai sekarang Dia juga teman kalian selain Aku", Seru Stephani kepada Mereka bertiga.
"Hai Tiara..namaku Gizella", seru seorang Gadis dengan postur paling kecil diantara Kami, Ia tampak tersenyum manis ke arahku.
"Kalau Aku Haruna", imbuh seorang Gadis dengan lesung pipit itu yang berdiri di samping Gizella. Aku pun juga tersenyum ke arahnya. Lantas Ia pun menyenggol lengan teman satunya lagi.
"Kayla", seru datar gadis dengan postur agak berisi yang barusan di senggol Haruna.
"Kay..bisa nggak sih lo agak ramah dikit ke teman baru kita", sewot Haruna yang memelototinya.
"Udah-udah..tidak usah diambil hati Ra, Kayla emang tampangnya udah begitu dari lahir", timpal Stephani.
"Hahaha"
"Hahaha"
Kami semua pun akhirnya tertawa dan bersenda gurau bersama.
...*** ...
Suasana malam ini begitu sepi dari biasanya, dan hanya terdengar dentingan sendok dan garpu saja yang memenuhi setiap sudut ruang makan ini.
Hari ini Papa belum pulang karena masih banyak kerjaan, itu sih kata Bu Ratna barusan. Sehingga hanya Bu Ratna saja yang menemaniku makan malam kali ini.
"Lho kok cemberut nduk?", tanya Bu Rat yang tiba-tiba saja menghentikan makannya dan beralih memperhatikanku.
"Kenapa sih, didetik-detik yang paling penting seperti ini Papa malah sibuk dengan kerjaannya?", seruku mengutarakan kekesalan yang sedari tadi kupendam.
"Bapak nyambut damel kan dienggo Pean yoan Nduk..sabar nggeh", (Papamu kerja juga buat kamu, yang sabar ya) ujar Bu Rat menenangkanku.
"Iyah..", seruku lesu.
Usai makan malam bersama Bu Ratna saja, Aku langsung bergegas kembali ke kamar.
Seperti biasanya kini Aku duduk di dekat jendela sembari mengamati bintang-bintang yang gemerlapan mendampingi Sang rembulan di tengah kegelapan malam itu.
"Ma, bagaimana keadaanmu di sana?"
"Apa Mama juga sendirian di sana seperti Aku sekarang"
"Bulan saja di temani Bintang, masak Mama tidak ada yang menemani di sana", gerutuku sendiri.
"Ara rinduuuuu Mam-ma.."
Perlahan kesadaran ini mulai terkikis, hingga semua seketika menjadi gelap gulita.
" Nell, nanti kalau udah besar panjangin aja tuh rambut..biar cantik mempesona kayak Mama", ujar Anak laki-laki tampan nan imut yang berusia 13 tahun itu kepada seorang Gadis mungil yang usianya hanya terpaut satu tahun dibawahnya.
" gak mau, suka-suka Annel lah"
Gadis mungil itu memayunkan bibir pink ranumnya pada Anak laki-laki yang duduk tepat di kursi mobil sebelahnya.
Melihat ekspresi manyun Gadis mungil itu membuat Anak laki-laki itu menyeringai jahil, tak lama setelah itu dengan sigap Ia raih sesuatu dari dalam saku bajunya yang berbentuk tali warna ungu dan mengaitkannya di mulut manyun Gadis itu.
"Emmm...."
PAKKK
"Aduduhhh...duh, sakitt"
Teriak Anak laki-laki itu tatkala didapatinya sebuah tamparan yang berasal dari tangan mungil Gadis di sebalahnya itu.
"Rasainn, jahil banget sihh", ledek Gadis disampingnya.
Keributan di belakang yang begitu riuh membuat dua sosok yang terduduk di kursi depan menengok secara spontan pada mereka.
"Arkaa..Annell, ngapain sih ribut bangett?", Sahut jutek Wanita muda berusia 25 tahun itu pada kedua anak yang berada di kursi belakangnya itu.
Meski rautnya begitu jutek tetap tidak memudarkan aura kecantikannya sedikitpun. Pancaran manik hazelnya yang dipadukan dengan bulu mata lentik dengan hidung mancung dan bibir ranumnya yang terpahat begitu kontras sekalipun kulitnya sepucat susu malahan membuatnya tampil elegan bak patung dewi yunani kuno. Apalagi rambut hazel yang sedikit kemerah-merahannya dibiarkan terurai hingga menjuntai sepinggang membuatnya semakin tampil mempesona.
"Arkaa Ma, ngikat mulut Anel dengan tali rambut ini", kesal gadis mungil yang bernama Annel itu sembari membuang asal ikat rambut yang digunakan Laki-laki disampingnya untuk menjahilinya tadi.
Sedangkan yang dicepuin malah cengengesan dengan tampang watados-nya.
"Udah-udah, jangan pada berisik..sebentar lagi Kita akan melewati area berbahaya. Jadi diam!", tegas wanita muda yang dipanggilnya Mama itu.
"Sabar Ma, namanya juga masih Anak-anak..biarkan sajalah nanti juga diam sendiri saat capek", tenang Lelaki yang ada di samping Wanita itu.
Itulah akhir dari keramaian yang ada di dalam mobil itu, yangmana detik-detik berikutnya hanyalah dihiasi dengan ketenangan.
Namun ketenangan itu juga tidak berlangsung begitu lama, tatkala mobil melesat begitu jauh hingga hilang dari hiruk pikuk keramaian kota.
Kini hanya terpampang pemandangan rindangnya pepohonan di kanan dan kiri jalan yang mulai memasuki area hutan. Udara dingin yang secara tiba-tiba menyeruak masuk hingga ke tulang-belulang seiring dengan banyaknya kabut yang berlalu lalang menjelang malam.
HOOAAAMM
Mata lentik Gadis mungil itu kini kian sayup, dan perlahan tertutup. Sang Kakak pun dengan sigap langsung memasang bahu sebagai bantalan Adiknya itu.
CIIIITTTTT
BRAAKKK
Tiba-tiba mobil mengerem secara mendadak, dan terjadi benturan yang begitu keras sebelum semuanya menjadi oleng dan bersamaan dengan itu pula remang-remang cahaya oren kekuningan di ujung jalan kian meredup hingga perlahan padam.
Huuh..
huhh
Huuhh
"Gelapp..tolong"
"Tolonggg, aku takut..."
"Ra, tenang nak..", seru sebuah suara samar yang terdengar sangat familiar.
Namun pandanganku masih dipenuhi kegelapan yang tidak berujung.
"Tenang...Aku selalu bersamamu", serunya lagi.