Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Setelah dapat izin dari mertuanya, Rafa menyalakan motor matic untuk pergi ke kediamannya. Penthouse yang dimiliki Rafa berada di lingkungan yang sangat Elit. Mobil mewah serta motor sport menjadi pemandangan yang sudah biasa. Dengan tidak pedulinya, Rafa membawa motor matic keluaran beberapa tahun lalu untuk melewati jalan itu.
"Mas Rafa?" tegur satpam yang masih duduk diposnya. Setelah tahun siapa yang mau lewat, satpam itu cepat-cepat membuka pagar. Wajah Rafa sudah tidak bersahabat, aura gelapnya sangat terpancar. Setelah pagar terbuka, tanpa berucap terima kasih Rafa kembali menjalankan motornya.
Sudah menjadi aturan perumahan apalagi perumahan elit bahwa sebelum masuk kedalam harus memberi tahu kemana tujuannya. Ini bertujuan untuk menghindari kejahatan.
"Itu Mas Rafa?" tanya satpam satunya dan dianggukin satpam yang membuka pagar.
"Tumben banget bawa motor, mana motor begitu lagi"
"Entahlah" satpam yang membukakan pagar mengedikkan bahu.
Setelah membuka pintu dengan sidik jarinya, Rafa melangkahkan kakinya masuk ke penthousenya. Warna hitam menjadi warnanya yang didominasi penthouse Rafa. Rafa berjalan ke dapur dan melihat sebuah paperbag. Ada note disampingnya.
"Mas Rafa, ini makanan dari Mbak Bella" begitu tulisan di note tersebut. Tanpa melihat isinya, Rafa langsung membuang paperbag itu ke tempat sampah. Rafa kembali berjalan ke kulkas untuk mengambil sebotol air mineral. Rafa meneguk sampai habis, meremas dan membuang botol ke tempat sampah. Rasa kesal kembali menghampiri.
Sambil menunggu Dustin datang, Rafa pergi ke kamarnya. Rafa berniat untuk mandi dan mengambil beberapa baju yang akan dibawa ke rumah Rania. Bunyi bel terdengar, ketika Rafa keluar dari kamar mandi. Dengan handuk yang masih terlilit di pinggangnya. Rafa membukakan pintu penthousenya.
"Gue ganti baju dulu" kata Rafa kepada tamunya yang tak lain adalah Dustin.
Seperti hal biasa, Dustin langsung duduk di sofa ruang tamu. Tempat favorit sekali karena ruang tamu Rafa langsung berhadapan dengan pemandangan kota Jakarta.
"Lu bawa handphonenya?" tanya Rafa yang sudah kembali datang. Rafa langsung duduk disamping Dustin dan sudah berpakaian lengkap. Kaos lengan pendek dan celana jeans yang sudah pasti merek terkenal sangat pas di tubuh atletis Rafa.
"Ini" Dustin menyerahkan sebuah handphone berwarna hitam yang bernilai dua digit. Rafa meerima handphone itu dan langsung mengotak-atik.
"Good, thanks ya" ucap Rafa.
"Kemana handphonemu yang lama?" tanya Dustin penasaran. Dustin membuka tutup botol minuman kaleng yang baru saja diambilnya.
"Hilang" jawab Rafa singkat.
"Kok bisa hilang?"
Terdengar Rafa menghela nafas. "Semalam gue mau ngasih kejutan ke Bella setelah Gue bilang kalau malam minggu ini ga bisa ngapelin dia dulu karena ada kerjaan. Awalnya Bella marah karena gue ga bisa ngapelin dia tapi akhirnya dia bilang ga papa. Pas gue mau ngasih kejutan datang kerumahnya. Lu tahu Bella lagi ngapain?"
"Selingkuh?" tebak Dustin cepat.
"Ko lu tahu?" Rafa sudah melototkan matanya ke Dustin.
"Tenang, sob. Gue cuma nebak. Suer, gue ga tahu" Dustin langsung mengangkat kedua tangannya ke depan dada sebelum Rafa makin mencurigainya.
"Ehm, seperti tebakan Lu Bella selingkuh dan lebih parahnya dia selingkuh sama musuh bebuyutan Gue, Excel" lanjut Rafa bercerita sambil melihat hiruk-piruk jalanan kota Jakarta lewat dinding kaca penthousenya.
"Lu ga salah lihat? Atau Excel hanya kebetulan datang dan mau mencoba menarik perhatian bella karena Lu ga datang." ujar Dustin.
"Ga, Gue yakin kalau mereka selingkuh. Gue liat sendiri mereka ciuman" lirih Rafa. Rafa dan bella sudah lama berpacaran tapi untuk menyatukan bibir mereka masih bisa dihitung jari karena Rafa takut mereka akan melakukan yang lebih dari sekedar ciuman
"trus?" Dustin masih penasaran dengan cerita Rafa. Rafa memang lebih dekat dan percaya dengan dustin karena mereka setiap hari bertemu. Sedangkan dengan Daniel dan Lion jarang karena kesibukan masing-masing. Daniel, seorang pembisnis seperti Rafa tapi ya suka gonta-ganti wanita sedangkan Lion seorang doktor spesialis.
"Gue yang marah langsung pergi ke club dan mabuk. Sialnya, ketika Gue mau pulang malah ketemu Excel. Kita sempat kejar-kejaran dijalan dan karena Gue setengah sadar dan gak, akhirnya Gue jatuh dijalan. Gue yang sadar ga bakal menang lawan Excel karena keadaan Gue. Akhirnya, Gue tinggalin aja motor Gue dan pergi dari daerah itu. Lu tahu lebih parahnya lagi, Gue......" cerita Rafa terputus. Rafa bingung ingin menceritakan selanjutnya atau gak.
"Lu kenapa?"
"Gue sekarang sudah nikah"
"Kok bisa?" Dustin sedikit berteriak membuat telinga Rafa berdengung. Dengan kesal, Rafa memukul lengan Dustin. Dustin hanya meringis.
"Sial, pelan dikit bisa kan?" ujar Rafa mengelus telinganya.
"Sorry, bro. Cepat ceritain kenapa Lu bisa nikah? Waaa, Daniel bisa ngamuk nih kalau tahu Lu dah nikah. Cantik gak? Gimana malam panasnya?" goda Dustin membuat Rafa menatap tajam.
Rafa menceritakan bagaimana dia bisa terjebak menikah dan tentang perjanjian kontrak yang disetujui Rafa dan Rania. Dustin mendengarkan Rafa dengan seksama.
"Jadi, Lu akan cerai setelah 3 bulan pernikahan Lu ini?" tanya Dustin.
"Ya" jawab Rafa santai. Tidak ada cinta buat apa diteruskan. Rania memang cantik, hanya saja bukan tipe Rafa. Mana watak Rania keras kepala sekali. Membayangkan jika Rafa harus berdebat terus setiap hari dengan Rania membuat Rafa sakit kepala.
"Terus bagaimana dengan Bella?" Rafa kembali menghela nafas. Rafa merasa sakit hati diselingkuhi wanita yang selama ini menemaninya, padahal Rafa selalu ada buat Bella tapi apa yang dilakuin wanita itu membuat Rafa menyerah. Yang jadi fikiran Rafa adalah dimana letak kekurangan Rafa sehingga Bella berani berselingkuh dibelakangnya dan Bella sendiri tahu kalau Excel adalah musuh bebuyutan Rafa. Rafa benar-benar tidak habis fikir.
"Apalagi akhirnya kalau bukan pisah" jawab Rafa mencoba tenang. Rafa terlihat tenang sekali tapi tidak ada yang tahu luka apa yang sedang disembunyikan Rafa. Pengkhianatan yang dilakukan papanya dan membuat mama serta adiknya pergi tidak ingin Rafa alami.
"Nomor yang Lu gue hubungin tadi nomor istri Lu?" tanya Dustin dan dianggukin Rafa.
"Rania namanya dan beberapa hari ini gue akan tinggal dirumah Rania. Mereka tidak tahu siapa Gue, yang mereka tahu Gue Laki-laki mabuk yang nyasar kerumahnya" Rafa tertawa mengingat bagaimana hal seperti ini terjadi kerpdanya.
"Jadi, untuk beberapa hari ini Gue minta tolong Lu urus kantor dulu. Kalau ada apa-apa langsung info ke Gue. Jangan kasih tau siapa-siapa tentang hal ini. Bilang aja kalau Gue cuti" lanjut Rafa dan diiyain Dustin. Dustin tidak banyak bertanya lagi, mungkin membiarkan Rafa seperti ini dulu adalah healing terbaik setelah Rafa diselingkuhin. Rafa mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Gumpalan asap putih keluar dari bibir merah Rafa. Dustin melakukan hal yang sama.
Sepertinya Rafa lupa ada wanita yang sedang uring-uringan menunggu Rafa pulang. Rania cemas jika motor kesayangannya hilang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku