NovelToon NovelToon
Dunia Yang Indah

Dunia Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Spiritual / Persahabatan / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di balik gunung-gunung yang menjulang,ada dunia lain yang penuh impian. Dunia Kultivator yang mampu mengendalikan elemen dan memanjangkan usia. Shanmu, seorang pemuda desa miskin yang hidup sebatang kara, baru mengetahuinya dari sang Kepala Desa. Sebelum ia sempat menggali lebih dalam, bencana menerjang. Dusun Sunyi dihabisi oleh kekuatan mengerikan yang bukan berasal dari manusia biasa, menjadikan Shanmu satu-satunya yang selamat. Untuk mencari jawaban mengapa orang tuanya menghilang, mengapa desanya dimusnahkan, dan siapa pelaku di balik semua ini, ia harus memasuki dunia Kultivator yang sama sekali asing dan penuh bahaya. Seorang anak desa dengan hati yang hancur, melawan takdir di panggung yang jauh lebih besar dari dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akar Spritual

Mata Shanmu terpaku pada Teratai Spiritual Api Seribu Tahun yang tumbuh sunyi di tengah kolam lava yang telah mematikan kehidupannya sendiri demi menghidupi bunga itu. Kelopaknya yang berwarna merah darah bercampur emas murni tampak begitu halus namun mengandung aura dominasi, sebuah paradoks alam yang mencolok dengan latar belakang bebatuan vulkanik hitam pekat yang mati dan dingin. Energi api murni yang terpancar darinya tidak lagi terasa seperti panas biasa, melainkan seperti denyutan jantung bumi purba, sebuah janji akan perubahan takdir yang kini berada hanya satu jengkauan tangan darinya. Ia merasa ada aura suci, kuno, dan sedikit mengerikan di sekitar teratai itu, seolah-olah waktu seribu tahun yang penuh penderitaan dan penimpaan telah menyatu dalam keindahan tunggal yang mematikan ini.

Lanxi melangkah mundur dengan gerakan waspada, mengambil posisi strategis di mulut lembah sempit itu. Matanya yang tajam dan dingin menyapu cakrawala, indra spiritualnya dibentangkan semaksimal mungkin, menjaganya dari kemungkinan kembalinya sisa-sisa Klan Feng atau kultivator liar lain yang mungkin tertarik oleh fluktuasi Qi api yang padat dan mencolok pasca pertarungan tadi. Ia tahu, di dunia kultivasi yang kejam ini, momen setelah mendapatkan harta karun adalah momen yang paling berbahaya.

"Shanmu, kau harus cepat," bisik Lanxi, suaranya tegang dan mendesak, terbawa angin panas yang berhembus. "Teratai ini adalah benda langit dan bumi yang sangat rapuh begitu meninggalkan akarnya. Kau harus memotong batangnya dengan satu gerakan bersih. Dan yang lebih penting, kau harus segera memakannya di tempat ini juga. Jangan biarkan esensinya menguap di udara biasa. Setiap detik yang berlalu adalah hilangnya potensi ribuan hari kultivasi."

Shanmu mengangguk kaku, wajahnya serius. Ia menyerap semua instruksi itu ke dalam benaknya. Ia melangkah hati-hati menuju kolam lava yang mendingin. Permukaan batuan hitam mengilap itu terasa panas menembus sol sepatunya, seolah memperingatkannya untuk tidak mendekat. Ia berlutut di tepi kolam, melihat teratai itu tumbuh dari celah kecil di antara batu lava, seolah-olah dilahirkan dari penderitaan inti bumi. Energi panas yang memancar langsung darinya membuat udara di sekitar teratai tampak beriak dan terdistorsi, menciptakan ilusi visual yang membingungkan.

Lanxi, tanpa menoleh, melemparkan sebuah pisau belati kecil berbahan giok dingin ke arah Shanmu. Itu adalah alat khusus untuk memotong tanaman spiritual agar sifat obatnya tidak rusak oleh logam biasa. Shanmu menerima pisau itu dengan refleks yang sempurna, menggenggam gagangnya yang dingin.

Ia mengulurkan tangan, menahan napas, berhati-hati agar kulitnya tidak menyentuh kelopak yang berkilauan yang bisa membakar daging manusia biasa menjadi abu. Dengan gerakan yang diresapi oleh presisi dan kendali yang baru ia pelajari dari Lanxi—sebuah kelembutan yang kontras dengan kekuatan brutanya—Shanmu mengarahkan bilah giok itu ke batang teratai.

Klek!

Suara itu terdengar renyah namun lembut, tetapi di tengah keheningan lembah mati itu, suaranya bergema seperti segel kuno yang dipatahkan. Teratai Spiritual Api Seribu Tahun terlepas dari pangkal kehidupannya. Seketika, cahaya merah dan emas yang dipancarkannya meledak menjadi lebih intens, dan aroma manis namun pedas, seperti campuran nektar bunga dan darah yang terbakar, menyebar di udara. Itu adalah aroma yang murni, memabukkan, dan mengandung kekuatan tirani.

Shanmu segera menggenggam teratai itu dengan kedua tangan, melindunginya dari angin, seolah memegang nyawanya sendiri. Ia menatap Lanxi sekilas. Gadis itu mengangguk cepat, matanya mendesak.

Tanpa ragu sedikit pun, Shanmu mengangkat Teratai Spiritual Api Seribu Tahun itu ke bibirnya. Ia membuka mulutnya dan mulai memakannya. Saat kelopak pertama menyentuh lidahnya, ia tidak merasakan tekstur tanaman, melainkan seperti menelan bara api yang hidup. Rasanya manis pada detik pertama, sebuah tipuan indra, sebelum diikuti oleh gelombang panas yang biadab dan membakar tenggorokan, seolah-olah ia baru saja menelan matahari kecil. Ini adalah api yang telah dimurnikan dari sifat menghancurkan fisik luar, namun esensi kehancurannya dipadatkan untuk merombak bagian dalam.

Begitu ia menelan seluruh bagian teratai itu hingga ke batangnya, tubuhnya bereaksi dengan dahsyat.

BOOOM!

Bukan suara dari langit, melainkan gemuruh yang terjadi di dalam semesta kecil tubuh Shanmu. Sebuah ledakan energi di dalam dantiannya yang kosong. Energi api murni yang begitu kuat, yang telah terkumpul setetes demi setetes selama seribu tahun, meledak tanpa kendali di dalam meridian yang tertutup dan organ-organ internalnya. Panas itu begitu hebat dan mendadak hingga Shanmu menjerit pelan, suaranya tertahan di tenggorokan, ia jatuh berlutut, dan membungkuk dalam-dalam, menahan rasa sakit yang tak terlukiskan. Rasanya seolah-olah darahnya diganti dengan timah cair yang mendidih.

Lanxi, yang melihatnya dari kejauhan, merasakan ketakutan yang mencekam di hatinya. Wajah Shanmu memerah padam dalam sekejap, kemudian berubah menjadi ungu gelap yang mengerikan. Uap putih tebal mulai keluar mendesis dari seluruh pori-pori kulitnya, seolah-olah ia sedang direbus hidup-hidup dari dalam oleh esensi api yang tak tertahankan itu.

"Shanmu! Bertahanlah! Jaga kesadaranmu! Esensi api ini terlalu tirani untuk tubuh fana!" teriak Lanxi, ingin mendekat untuk membantu menyalurkan Qi, tetapi ia tahu intervensi luar saat proses pembentukan fondasi justru bisa menghancurkan keseimbangan yang sedang dicari tubuh Shanmu.

Di dalam tubuh Shanmu, energi itu mengamuk bagaikan naga liar yang terperangkap dalam sangkar sempit. Esensi teratai itu, sesuai sifat alaminya, mencari akar spiritual untuk dipelihara dan dibersihkan. Namun, tubuh Shanmu adalah tanah tandus. Tidak ada akar spiritual. Tidak ada wadah.

Awalnya, energi api itu mencoba memaksa membuka jalur meridian dengan kasar. Rasa sakitnya melampaui batas toleransi manusia. Rasanya seperti ribuan pisau api kecil menyayat setiap inci pembuluh darahnya, mencoba membersihkan kotoran yang sebenarnya tidak ada, karena tubuh Shanmu sudah padat. Shanmu mengepalkan tinjunya erat-erat ke tanah batu, kuku-kukunya patah dan menembus telapak tangannya hingga berdarah, namun rasa sakit di tangannya tidak ada apa-apanya dibandingkan neraka di dalam perutnya.

Namun, yang terjadi selanjutnya adalah anomali yang tidak terduga, sebuah kejadian di luar semua prediksi alkimia ortodoks. Energi api murni itu, setelah gagal menemukan sumbatan spiritual untuk dibersihkan dan hampir meledakkan tubuh inangnya karena frustrasi, tiba-tiba menemukan jalan lain. Ia mulai bereaksi dengan sel-sel fisik Shanmu yang memiliki vitalitas monster.

Bum! Bum! Bum!

Jantung Shanmu berdegup kencang seperti drum perang raksasa. Dinding selnya, serat ototnya, jaringan ikatnya, bahkan sumsum tulangnya yang putih, mulai menyerap energi api murni itu dengan rakus. Tubuh Shanmu yang selama ini "lapar" akan energi, yang tidak pernah mendapatkan nutrisi Qi, bertindak seperti spons kering yang dilempar ke lautan.

Alih-alih membentuk akar spiritual api kelas atas, esensi Teratai Spiritual Api Seribu Tahun justru "dibajak" oleh fisik Shanmu untuk memurnikan dan menempa ulang daging dan tulangnya. Ini adalah pemurnian tulang dan sumsum yang sejati dan brutal, sebuah metode kuno yang telah lama hilang dari dunia kultivasi modern yang lebih mementingkan mantra.

Panas yang membakar dan menyakitkan itu perlahan berubah menjadi rasa hangat yang kuat, berat, dan memabukkan. Setiap otot terasa diregangkan, diputuskan, lalu disambung kembali menjadi lebih kuat dalam hitungan detik. Shanmu merasakan tubuhnya tumbuh, bukan secara kasat mata menjadi raksasa, tetapi secara densitas. Berat badannya terasa bertambah drastis, setiap inci dagingnya terasa lebih padat seperti logam mulia.

Seluruh proses penyiksaan dan kelahiran kembali ini memakan waktu sekitar lima belas menit yang terasa seperti berjam-jam dalam keheningan yang tegang dan mencekam. Ketika Shanmu akhirnya mengangkat kepalanya, uap di sekitarnya telah mereda, dan warna kulitnya kembali normal, namun kini memiliki kilau samar seperti tembaga yang ditempa api. Matanya, yang sebelumnya tampak kesakitan dan hampir putus asa, kini terbuka lebar, memancarkan cahaya yang lebih cerah, tajam, dan dalam.

Ia berdiri tegak perlahan, sendi-sendinya berbunyi krak yang memuaskan, dan seketika ia merasa perbedaan yang mendalam di dalam eksistensinya. Dunia terasa lebih jelas, dan tubuhnya terasa ringan namun bertenaga tak terbatas.

Ia menarik napas panjang, dan kali ini, ia merasakan sesuatu yang asing namun dinanti-nantikan. Jauh di dalam dadanya, di ruang hampa yang selalu terasa kosong dan dingin, kini ada sedikit... kehangatan. Kehangatan yang sangat samar, nyaris tak terasa, seperti nyala lilin kecil yang bertahan di tengah badai, atau kabut tipis yang mengalir melalui jalur meridian yang kini terasa sedikit terbuka dan elastis.

Akar Spiritual?

Shanmu mencoba berkonsentrasi, meniru apa yang Lanxi lakukan saat mengedarkan Qi. Kabut tipis di dalam dirinya itu bergerak sedikit, sangat lambat, tersendat-sendat, tetapi bergerak! Itu adalah Qi. Qi yang baru lahir, Qi yang sangat lemah dan menyedihkan jika dibandingkan dengan lautan Qi seorang kultivator sejati, hanya seutas benang sutra tipis yang rapuh. Tetapi itu nyata. Itu adalah bukti bahwa ia telah menendang pintu gerbang kultivasi hingga terbuka, meskipun hanya selebar celah jarum.

Sebuah kegagalan yang sempurna menurut standar sekte. Ia tidak membentuk akar spiritual api surgawi, tetapi yang paling dasar, "Akar Spiritual Palsu" yang kualitasnya mungkin yang terburuk di dunia. Namun, itu adalah awal dari segalanya.

Fokus utama dari teratai itu telah habis diserap oleh fisiknya. Ia melihat ke bawah pada tangannya. Kepalan tangannya terasa berat dan penuh tenaga penghancur. Ia merasa mampu mengangkat lebih dari sekadar batu raksasa, mungkin ia bisa merobohkan gerbang sekte dengan tangan kosong. Kekuatan fisik murninya telah meningkat setidaknya dua kali lipat, mencapai tingkatan yang mengerikan untuk manusia tanpa kultivasi tinggi.

Shanmu berbalik, matanya yang bersinar bertemu dengan mata Lanxi yang masih menatap cemas. Sebuah senyum perlahan merekah di wajah pemuda itu, senyum yang begitu murni, lelah, namun bahagia.

"Lanxi," bisiknya, suaranya dipenuhi oleh kekaguman dan getaran emosi yang meluap. "Aku... aku merasakannya. Aku memiliki sedikit Qi. Hanya sedikit, seperti kabut pagi yang tipis. Tapi... tubuhku, tubuhku terasa seperti baru. Jauh, jauh lebih kuat!"

Lanxi, yang sudah melihat perubahan pada aura Shanmu dengan mata spiritualnya, menghembuskan napas lega yang panjang. Ketegangan di bahunya runtuh. Ia mendekat, tangannya memeriksa bahu dan lengan Shanmu dengan hati-hati, merasakan kepadatan otot yang tidak wajar.

"Kau berhasil! Meskipun hanya akar spiritual dasar yang sangat tipis, itu sudah cukup untuk syarat masuk! Kau bisa mulai berkultivasi dari sana, Shanmu. Kita akan mencari cara untuk memperkuatnya nanti, jalan kultivasi itu panjang. Dan kekuatan fisikmu..." Lanxi tersenyum geli sambil menggelengkan kepala tak percaya. "Kau benar-benar monster, Shanmu. Teratai suci itu lebih memilih untuk memurnikan tubuhmu daripada jiwamu. Alam semesta punya selera humor yang aneh. Ini adalah takdirmu! Kau adalah kultivator fisik alami yang langka."

Emosi Shanmu meluap. Air mata tertahan di sudut matanya. Ia, si anak buangan, telah diberi kesempatan. "Terima kasih, Lanxi! Tanpamu, aku hanya akan menjadi debu di jalanan."

"Simpan terima kasihmu. Kita belum aman." Lanxi kembali serius. "Kita harus pergi sekarang."

Mereka berdua kemudian bergegas turun dari Gunung Api Lembah Api, dengan Lanxi yang terus waspada menjaga jejak mereka. Shanmu, dengan kekuatan barunya, bergerak seperti bayangan di atas bebatuan yang tidak rata. Ia jauh lebih cepat, lebih gesit, dan langkah kakinya hampir tanpa suara. Setiap pijakannya kini membawa kekuatan ledakan yang terkendali.

Begitu mereka mencapai batas kota, matahari sudah mulai condong ke barat, mewarnai langit dengan rona oranye darah dan ungu memar, pemandangan khas senja di dunia kultivasi.

"Kita tidak bisa langsung kembali ke penginapan, Shanmu. Kita harus merayakan ini. Kau mendapatkan Qi, dan kita terhindar dari bahaya Klan Feng," kata Lanxi tiba-tiba, matanya berkilauan nakal. "Malam ini, aku akan menraktirmu makan di tempat terbaik di Kota Lama! Restoran Bunga Teratai, di pusat kota. Tempat makanan spiritual terbaik, yang menyajikan hewan buas dan tanaman roh yang dimasak dengan api alchemist."

Restoran Bunga Teratai. Shanmu pernah mendengar nama itu dari percakapan para tetua sekte. Itu adalah tempat impian yang tak terjangkau. Namun wajah Shanmu mendadak murung, ia ingat janjinya pada dirinya sendiri. Tekadnya adalah membeli Sup Spiritual pertamanya dengan uang hasil keringatnya sendiri sebagai bukti kemandirian. Bagaimana bisa ia menerima traktiran itu tanpa melanggar prinsip dao di hatinya?

"Lanxi... kau kan tahu aku berjanji..."

Lanxi menjentikkan jarinya ke dahi Shanmu dengan lembut namun cukup keras hingga berbunyi tak. "Dasar kepala batu. Aku tahu. Kau berjanji untuk membeli Sup Spiritual termurah seharga lima koin emas dari uangmu sendiri, untuk merasakannya pertama kali, bukan? Nah, lakukan itu dulu. Setelah kau memakannya dan memenuhi janjimu pada langit dan dirimu sendiri, perutmu masih muat untuk traktiran ku, bukan? Itu tidak melanggar janji di hatimu. Itu disebut fleksibilitas."

Wajah Shanmu seketika cerah, matanya berbinar karena logika Lanxi yang tak terbantahkan. Kini ia memiliki total 36 koin emas di kantongnya. Tidak masalah jika membelanjakan lima koin emas untuk memenuhi janjinya. "Itu benar, Lanxi! Aku tidak pernah kepikiran. Kau sangat pintar. Terima kasih!"

"Kalau begitu, mari kita pergi. Tapi sebelum itu, Shanmu, kita harus berjalan sambil belajar. Kau baru saja mendapatkan Qi, meski sedikit. Kita harus mulai membentuk kebiasaan sirkulasi sekarang juga," kata Lanxi, senyumnya berubah menjadi mode guru yang tegas.

Mereka pun berjalan membaur dengan arus manusia yang memasuki gerbang kota. Di sepanjang perjalanan, Lanxi berbicara dengan suara rendah tentang sirkulasi Qi dan pengendalian napas.

"Dengar baik-baik, Shanmu," bisik Lanxi. "Meskipun Qi-mu sangat lemah, kau harus belajar sirkulasi Siklus Kecil. Qi itu seperti air sungai di musim kemarau. Jika diam, dia akan menguap dan hilang. Jika mengalir, dia akan memurnikan jalur dan bertahan hidup."

"Sekarang, sambil berjalan, tutup sebagian kesadaranmu, dan rasakan kehangatan kecil di Dantianmu. Bayangkan Qi itu sebagai seutas benang emas tipis. Tarik benang itu, dorong perlahan naik ke sepanjang tulang belakangmu, lalu turun ke depan, kembali ke Dantian," instruksi Lanxi.

Shanmu menurut, matanya sedikit menyipit meski kakinya terus melangkah otomatis. Ia mengabaikan hiruk pikuk pedagang dan kereta kuda. Ia memusatkan seluruh jiwanya ke dalam. Benar. Di dadanya, ada benang tipis itu. Ia memusatkan kehendaknya yang kuat, mencoba "mendorong" kabut itu.

Sulit. Qi itu sangat berat dan lamban, seolah enggan bergerak. Rasanya seperti mencoba mendorong batu besar dengan sehelai rambut. Tetapi Shanmu adalah orang yang menyapu ribuan daun setiap hari. Kesabarannya seluas lautan. Setelah beberapa menit berkonsentrasi, benang Qi itu bergetar, lalu mulai merayap perlahan, inci demi inci.

Rasa sejuk yang samar, diikuti oleh kehangatan kecil yang nyaman, menyebar di sepanjang punggungnya.

"Aku merasakannya, Lanxi! Bergerak! Sangat pelan, tapi bergerak!" bisik Shanmu antusias.

"Bagus. Pertahankan itu. Jadikan itu bernapas bagimu. Jangan pernah berhenti memutar Qi-mu, bahkan saat tidur nanti," perintah Lanxi.

Mereka tiba di pusat kota yang gemerlap. Restoran Bunga Teratai menjulang tinggi di seberang alun-alun, sebuah bangunan kayu gaharu bertingkat lima dengan atap genteng biru dan ukiran teratai perak yang menyala oleh formasi cahaya. Di depannya, kereta-kereta mewah milik kultivator tingkat tinggi berhenti.

"Ayo, penuhi janjimu dulu. Jangan biarkan hatimu memiliki celah penyesalan," kata Lanxi, menunjuk ke sebuah warung tenda kecil yang kumuh di gang samping seberang restoran mewah itu.

Shanmu berjalan ke warung itu dengan langkah mantap. Hatinya bergetar bukan karena takut, tapi karena pencapaian. "Paman, aku ingin Sup Spiritual yang paling murah. Yang harganya lima koin emas," ucap Shanmu dengan suara lantang dan bangga, mengeluarkan lima koin emas yang telah ia simpan dengan penuh perjuangan dan meletakkannya di meja kayu yang berminyak.

Paman warung itu, seorang kultivator gagal yang tua dan lelah, menatap Shanmu dengan senyum simpul yang memaklumi. "Tentu, Nak. Sup Rumput Roh Kelas Rendah. Rasanya hambar dan Qi-nya sedikit, tapi cukup untuk menghangatkan meridian pemula."

Shanmu menerima mangkuk tanah liat yang retak itu dengan kedua tangan. Ia duduk di bangku kayu reyot, mengabaikan tatapan orang yang lewat. Ia mulai menyeruput sup itu. Rasanya asin, sedikit pahit, dan panas. Tetapi saat cairan itu masuk ke perutnya, ia merasakan sedikit sekali aliran hangat yang lembut, jauh lebih lemah dari Teratai Api tadi, namun ini adalah hasil kerja kerasnya. Energi itu bergabung dengan Qi kabut di Dantiannya.

Ia meletakkan mangkuk kosong itu dengan bunyi tak. Ia tersenyum puas. Janji telah terpenuhi. Fondasi hatinya kokoh.

Lanxi, yang berdiri menunggunya dengan sabar di ujung gang, tersenyum bangga. "Sudah selesai?"

"Sudah, Lanxi! Rasanya sangat enak karena dibeli sendiri!"

"Bagus. Sekarang, lupakan itu. Waktunya makan malam yang sesungguhnya."

Mereka menyeberang jalan, meninggalkan warung kumuh menuju kemewahan Restoran Bunga Teratai. Perbedaan dunia itu terasa mencolok. Interior restoran itu harum oleh dupa penenang jiwa, dengan lampu kristal roh yang memancarkan cahaya lembut.

Lanxi membawa Shanmu ke meja yang agak tersembunyi di lantai dua, dekat jendela yang menghadap ke kota malam. Seorang pelayan berpakaian sutra datang dengan hormat, mengenali lambang sekte di pakaian Lanxi.

"Nona Lanxi! Sebuah kehormatan. Apa yang bisa kami sajikan?"

"Keluarkan menu terbaik untuk pemulihan dan penguatan fisik. Ikan Terbang Kukus dengan Saus Qi, Rebusan Akar Spiritual Dingin, dan Daging Rusa Api Panggang," pesan Lanxi tanpa melihat harga.

Saat menunggu, Lanxi menatap Shanmu dalam-dalam di bawah cahaya lampu kristal. "Mulai sekarang, kau punya jalan baru, Shanmu. Jalan ini akan sepi dan penuh darah. Kita harus menjaga rahasia kekuatan fisikmu sebagai kartu as. Jangan pernah tunjukkan kartu trufmu kecuali kau berniat membunuh atau menyelamatkan nyawa."

"Aku mengerti, Lanxi. Nyawaku adalah milikmu untuk diarahkan," jawab Shanmu, matanya mencerminkan tekad baja.

Makanan tiba, setiap hidangan memancarkan uap beraroma herbal dan pendaran cahaya Qi yang nyata. Shanmu makan dengan lahap namun tetap menjaga sopan santun. Setiap gigitan daging rusa api itu mengirimkan gelombang panas yang nyaman ke seluruh tubuhnya, memperkuat otot-ototnya yang baru ditempa, dan memberi makan pada benang Qi tipis di dalam dirinya.

Malam itu, di tengah kemewahan Restoran Bunga Teratai, Shanmu menyadari satu hal. Ia bukan lagi sampah. Ia adalah seorang kultivator fisik yang baru lahir, dengan rahasia api seribu tahun di dalam darahnya, duduk berhadapan dengan wanita yang telah mengubah takdirnya melawan kehendak langit. Petualangannya menentang surga baru saja dimulai.

1
YAKARO
iya bro🙏
Futon Qiu
Mantap thor. Akhirnya Shanmu punya akar spritual
Futon Qiu
Karena ada komedi nya kukasi bintang 5🙏💦
YAKARO: terimakasih🙏
total 1 replies
Futon Qiu
Lah ya pasti lanxi kok nanya kamu nih🤣
Futon Qiu
Jangan jangan itu ortunya 🙄
HUOKIO
Baik bnget si lancip😍😍
HUOKIO
Mau kemana tuh
HUOKIO
Ini penjaga kocak 🤣🤣
HUOKIO
Angkat barbel alam 🗿
HUOKIO
Makin lama makin seru 💪💪💪
HUOKIO
Gass terus thor💪💪💪
HUOKIO
Mantap thor lanjut
YAKARO: terimakasih
total 1 replies
HUOKIO
Lanjutkan ceritanya thor
HUOKIO
Shanmu kuat banget untuk manusia 😄
HUOKIO
Ohhh i see💪
HUOKIO
Oalah kok gitu 😡
HUOKIO
Mantap thor
HUOKIO
Gas pacari lqci
HUOKIO
Makin lama makin seru
HUOKIO
Lanjutkan 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!