Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19 - Kasmaran
***
Bunga mawar bermekaran, jutaan kupu-kupu mengelilingi perut dua sejoli yg baru saja meresmikan hubungan. William tidak berhenti tertawa bahagia, begitu pun Kimi yg terus saja tersipu malu. Beberapa kali William mendaratkan ciuman di atas kepalanya, hal itu terus membakar pipi sang wanita sehingga perlahan warna merah muda tercetak jelas disana. William membelai lembut pipi wanita yg kini telah resmi menjadi kekasihnya.
"Pipi Kamu merah sekali."
Kimi tak mampu menjawab, ia hanya terus tersenyum malu tanpa tahu harus berkata apa. Hati dan wajah terpancar jelas kebahagiaan bersemi dari dirinya. Ia hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Kamu malu sekali ya Sayang?"
Sudah lah, lengkap sudah perasaan membuncah Kimi di buat oleh William. Apa tadi 'Sayang?'
(Duh... Indahnya kasmaran ini ya Thor )
Kembali mengangguk, William terkekeh. Ia usap kepala sang wanita, lalu bangkit menggandeng lengan Kimi.
"Mau kemana?"
"Nah, seperti itu lebih baik, kamu mengeluarkan suara. Masa mendadak bisu setelah kita meresmikan hubungan." Kekeh William menjawil gemas hidung mancung sang kekasih.
"E-eh iya..." Kembali pada mode awal, Kimi menjadi kikuk lagi.
"Kita pulang ya, nanti kamu dicariin Mama dan Papa bagaimana?"
"OH IYA! YA AMPUN LIAM! AKU LUPA!"
Sepertinya mulai hari ini dan seterusnya, William harus sering-sering kontrol ke spesialis THT. Karena mulai hari ini dan seterusnya juga, bukan tidak mungkin ia selalu mendengarkan teriakan Kimi yg memekakkan telinga. Namun walaupun begitu, William tetap sayang, terbukti ia bukan nya marah karena Kimi telah berteriak tepat di telinganya. Ia malah tertawa sambil terus menarik Kimi keluar apartemen.
***
Berjalan menyusuri Ibu kota, Kimi sesekali melirik ke arah samping.
'Ganteng sekali sih pacar aku!' Kikik Kimi dalam hati. Ia memang sudah mengagumi William sejak dari awal mereka bertemu. Tetapi karena di awal William sudah begitu menyebalkan dengan terus menerus mengklaim dirinya sebagai istri pria itu. Jadilah Kimi sedikit terganggu. Akan tetapi kini... Ia malah begitu bahagia bisa di cintai secara brutal oleh pria setampan William. Dan juga, dua bulan terakhir adalah pembelajaran paling berharga soal percintaan yg ia alami. Ternyata dirinya pun terpuruk walau tidak separah William yg memutuskan untuk mengurung diri selama dua bulan. Bagaimana wanita tangguh itu bisa berdiam diri, sedangkan keluarganya membutuhkan sokongan dana untuk melanjutkan hidup.
"Ngelamunin apa?"
"Kamu.. eh!" Kimi keceplosan.
William tertawa. Satu hal yg baru ia ketahui dari kekasihnya adalah, Kimi suka keceplosan saat berbicara. Dan itu menambah kesan gemas pada diri wanita yg ia cintai ini. Ia mengusak rambut Kimi. Kimi pun bagai kucing yg suka di belai, ia menunduk menikmati.
"Kenapa malu, aku kan sudah jadi suami ka_"
"Liiam.."
"Eh, hehe kan akan terjadi juga sayang. Aku bakal cepat-cepat melamar kamu biar sah menjadi istri aku!" Lanjut William bersemangat. Kimi hanya bisa tersipu dan mengalihkan pandangan keluar jendela.
Pertigaan di depan adalah gang masuk rumah Kimi. William dengan hati-hati masuk ke dalam gang sempit tersebut.
"Bisa?"
"Bisa sayang.." Jawab William lembut.
Sudahlah, William keterlaluan sekali telah membuat Kimi meleleh terus sejak pertama bertemu. Bagaimana jika Kimi meleleh sampai tak bersisa. Apa William bisa hidup tanpa Kimi?
(Assekk! Bisa aja s author wkwk!)
***
BERSAMBUNG