Kisah ini bukanlah tentang perasaan yang timbul karena adanya ketertarikan pada seseorang, melainkan tentang adanya perasaan yang diawali dari kebencian, lebih tepatnya adalah balas dendam.
Semuanya dimulai dari Devano Alian Laxbara, seorang pemimpin geng motor besar sekaligus pengendali teknologi. Dia memiliki sikap dingin, tegas, dan wajah yang nyaris sempurna. Siapa sangka, seorang Vano yang tak ingin terjerumus ke dalam percintaan kini seketika berubah saat bertemu Azzura Hasnal Alexander, gadis yang dikenal ramah dan ceria, namun ternyata menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Ia sengaja mendekati Vano dengan alasan balas dendam melalui pembunuh bayaran. Seiring berjalannya waktu, ia malah terlanjur jatuh cinta berkali-kali sehingga ia lupa dengan rencana balas dendamnya, yang pada akhirnya ia masuk ke dalam perangkapnya sendiri.
Vano yang curiga akhirnya mengetahui bahwa Zura, yang selama ini ia prioritaskan, ternyata ingin menghancurkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidaAlhasyim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RANGGA MALU!
Perlahan cahaya mentari menyilaukan mata Zura, saat gadis itu berusaha membuka matanya. Matanya menelisik setiap sudut ruangan yang berwarna abu-abu. Menyadari ada sesuatu yang asing, gadis itu pun segera bangun dari kasur yang juga serba berwarna abu-abu bermotif kotak-kotak .
Ini dimana?
Gadis itu pun menelusuri seisi kamar dengan memperhatikan poster-poster geng motor di tepi dinding. Kemudian dia melihat sebuah lukisan elang bermata biru dengan lambang Albatross dibawahnya. Zura mendekatkan pandangannya agar tidak salah lihat.
Ini kan, logo Albatross!
Untuk meyakinkannya, gadis itu mulai melihat-lihat sebuah poto yang terletak di atas nakas.
DEG!
Zura kembali tertegun saat melihat poto itu.
"Gak mungkin ini kamar dia."
Zura memukul pelan kepalanya, berusaha menolak kenyataan. Zura merasa ini seperti mimpi. Namun, seseorang menyadarkannya.
"Lo udah mendingan? "
Suara berat itu, adalah suara yang Zura rindukan selama ini, tetapi ia enggan berbalik menghadap orang itu. Karena sudah lama tak berkomunikasi, dirinya merasa sangat canggung . Pengen ngilang aja dari sini!
Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, Vano langsung memeluknya dari belakang. Demi apapun, ia sangat merindukannya.
Zura tak bisa berhenti untuk tersenyum, ia pun membalikkan badanya dengan membalas pelukan itu.
"Lo gak benci sama gue?"
"Gue gak bisa benci, gue cuma terlalu egois."
"ASTAGFIRULLAH! BUNDAAA, BANG VANO BAWA CEWEK KEKAMAR! "
Clary yang mendengar teriakan Arlino, langsung berlari terbirit-birit ke arah kamar cowok itu.
Clary hampir saja memarahi Vano jika tidak mengingat tadi malam Vano meminta agar Zura tidur di kamarnya. Vano sendiri akan tidur di kamar tamu.
Sedangkan Arlino, wajar saja cowok itu terkejut melihat pemandangan itu, di karenakan ia terlalu cepat tidur tadi malam, dan samasekali tak mengetahui hal itu.
"Kamu ini, ganggu aja, biarin deh mereka berdua!"
Clary menarik tangan Arlino keluar dari kamar, kini menyisakan keduanya.
Zura menenggelamkan kembali wajahnya ke dada bidang Vano. Tentu saja ia sangat malu akan kejadian barusan.
"Kenapa, hmm?"
Bukannya menjawab, Zura semakin menenggelamkan kan wajahnya. Hal itu membuat Vano gemas, hingga kekehan khasnya tiba-tiba keluar. sangat jarang Vano bisa sebahagia ini.
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
TING!
Vano melihat pesan yang ditunggu- tunggu. Senyumannya pun terbit saat membaca pesan itu.
_________________________________
> __________________________________ van, bunda pengen lo Dateng ke rumah. ^^^Bunda, atau lo^^^ ^^^yang pengen?^^^ ^^^ ^^^ dih, ketahuan. 🤭 ^^^ Oh, pengen di panggil^^^ ^^^Bunda juga nih?^^^ Apaan sih van, gue tabok, baru tau rasa lo😠 ^^^ Kalo kamu yang tabok, gak masalah^^^ >ZURA Lo itu nyebelin banget dah. __________________________________ Karena tersenyum beberapa kali, tanpa cowok itu sadari Rangga dan Bara sejak tadi memperhatikannya. Keduanya berada di warung Bang Edah, dengan posisi yang tak jauh dari Vano. "Akhirnya, seorang Vano menemukan kekasihnya kembali!" Bara membuka suara untuk menyadarkan cowok itu. Vano sama sekali tidak memperdulikan itu. Vano terlihat seperti kucing jika sedang sebucin itu. Sama sekali tak tampak sikap tegas dan kejam yang biasanya cowok itu pancarkan dari wajah tampannya. "Ariyan sama Akmal, dimana?" Vano pun akhirnya bertanya ketika menyadari dua manusia itu tidak bersama mereka. "Bareng ceweknya masing-masing," jawaban Rangga membuat Vano heran. "Akmal, udah punya cewek?" "Udah dong. Cuma lo yang belom pasti!" jelas Bara sembari menyindir Vano. Vano memang sudah baikan dengan Zura, tetapi cowok itu belum sepenuhnya menaklukkan gadis itu. Namun, Vano lebih merasa jika Rangga yang lebih pantas dengan ucapan Bara barusan. "Kalo Rangga?" Rangga tersedak air kopi yang diminumnya. Cowok itu terkejut mendengar pertanyaan itu. "Kalo Rangga mah, kebanyakan gratisan. Cewek-cewek pada ngira dia mokondo!" Bara menjawabnya sembari tertawa terbahak-bahak. Berbeda denhan Vano, ia ikut tertawa bukan karena Rannga, tetapi karena Bara yang juga tertipu selama ini. Bara sempat percaya jika Rangga berasal dari keluarga yang sederhana, alhasil ia pernah memberikan seluruh tabungannya untuk Rangga yang pernah beralasan sedang kehabisan beras di rumahnya. Lo berdua sama-sama tolol! Batin Vano sembari menatap dua orang didepannya. ◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦ Saat ini Sasya dan syailen datang ke rumah Zura tanpa memberitahu gadis itu. "TADAAAA! " Zura hampir saja terjungkal karena teriakan maut dari kedua gadi cantik itu. Astagfirullah... Salam dulu kek! "Gimana kab---- OMO! Lo ngemil banyak banget! " Syailen terkejut melihat cemilan yang bertaburan diatas meja. "Salah lo sih, ngasih gue vitamin!" Sasya yang merasa ada yang sesuatu yang berbeda. ia pun mencoba mengukur besar badannya dengan gadis itu. "Lo sekarang gendutan, Ra!" Syailen juga mengakui hal itu. "AKHIRNYA, TEMEN KITA JADI SPANYOL LAGI! " Teriakan dua gadis bersuara cempreng itu membuat Zura tersedak makanan yang belum selesai ia kunyah. Bisa- bisanya didepannya berkata seperti itu. "Lo berdua, agak laen!" Saat asik tertawa, tiba-tiba posel Zura berbunyi. Zura kemudian mengisyaratkan teman-temannya itu untuk diam. "Siapa?" "Vano ngajak VC," jawab Zura sembari menekan tombol hijau di layar itu. Terlihat Vano sedang berkumpul juga bersama Rangga dan Bara di warung Bang Edah. "Kenapa?" "Emang gak boleh ya? Aku kangen tau!" ucap Vano diseberang sana, dan tidak luput dari teriakan temannya. "Bucin, tai!" umpat Rangga. Suara itu terdengar jelas oleh Syailen dan Sasya, tetapi dua gadis itu tetap diam seolah- olah tidak sedang bersama Zura. Zura tertawa ringan sembari menunjukan lesung pipinya. Seketika Vano dan teman-temanya ikut terkesima. "Cakep banget Van!" Puji Bara, membuat Vano seketika menatap sinis cowok itu.Sedangkan Sasya sudah tidak tahan lagi, bagaimana jika mereka menyadari Sasya dan Syailen juga berada di samping Zura. Zura pun akhirnya mengarahkan poselnya ke Sasya dan Syailen. Tak lama dari itu, Vano dan teman-temannya pun diam sejenak, kemudian menertawai Bara dan Vano. "Bar, baru juga pacaran, udah ke goda cewek laen!" "Lo juga Van, kenapa sekarang diem? Karena ada Syailen ya!" Rangga sangat puas mengejek kedua orang itu yang selalu tebar kebucinan di depanya. Melihat tingkah Rangga yang menyebalkan, membuat Bara dan Vano kesal. Keduanya pun dengan sigap untuk melakukan sesuatu, Vano membekap dua tangan Rangga, sedangkan Bara sendiri langsung manarik celananya, hingga membuat Zura, Sasya, dan Syailen tertawa terbahak-bahak. Rangga hanya bisa berteriak minta ampun. Cowok itu berlagak seolah sedang di lecehkan. "Aw, jangan lakukan itu, saya minta maaf om!" "Buly terus om, sampai mampus!" teriak tiga cewek yang masih dalam obrolan video call. Menyadari itu, Rangga pun lansung mengakhirinya. Cowok itu memakai celananya kembali dengan wajah yang memerah. Sungguh sangat malu rasanya kejadian tadi di saksikan oleh Zura dan teman-temanya. *✿❀ A♥︎N❀✿**