NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kedua Pria Beristri

Menjadi Istri Kedua Pria Beristri

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Ibu Pengganti / Menikah Karena Anak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Aruna tahu hidupnya tidak lama lagi. Demi suami dan putri kecil mereka, ia memilih sesuatu yang paling menyakitkan... mencari wanita yang akan menggantikannya.

Alana hadir sebagai babysitter tanpa mengetahui rencana besar itu. Adrian salah paham dan menilai Lana sebagai perusak rumah tangga. Namun, pada akhirnya Aruna memaksa keduanya menikah sebelum ia pergi untuk selamanya.

Setelah Aruna tiada, Adrian larut dalam rasa bersalah dan menjauh dari istri keduanya. Lana tetap bertahan, menjalankan amanah Aruna meski hatinya terus terluka. Situasi semakin rumit saat Karina, adik Aruna berusaha merebut Adrian dan menyingkirkan Lana.

Akankah Adrian berani membuka hati untuk Alana, tanpa mengkhianati kenangan bersama Aruna? Atau justru semuanya berakhir dengan luka yang tak tersembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter — 13.

Hari itu, cuaca Jakarta begitu bersahabat. Langit biru muda tanpa awan, dan angin yang lewat membawa aroma tanah basah sisa hujan semalam. Mobil hitam Adrian melaju perlahan menuju taman kota. Di kursi belakang, Alima duduk di pangkuan Alana sambil menatap keluar jendela dengan mata berbinar.

“Bunda, itu taman yang waktu itu Alima ceritain! Ada kolam ikannya, sama ayunan warna merah!” seru bocah itu riang.

Alana tertawa kecil. “Iya, Bunda lihat. Nanti kita kasih makan ikannya, ya?”

“Yay!” Alima bersorak, tangannya menepuk-nepuk paha Alana.

Adrian di depan hanya melirik lewat kaca spion, ada sesuatu yang berbeda hari itu.

Senyum Alana begitu alami, bukan senyum sopan seperti biasanya saat bicara dengannya seperti seorang baby sitter pada majikan. Kali ini senyum Alana lebih hidup, dan menular. Ia bisa melihat sisi lain dari perempuan itu. Bukan istri pengganti, bukan bayangan Aruna, tapi sosok yang punya warna sendiri.

Begitu mereka tiba di taman, Alana menurunkan Alima dan menggandengnya sambil menyesuaikan langkah kecil bocah itu. Adrian mengikuti di belakang.

Alima langsung berlari ke arah kolam ikan, tertawa ketika melihat ikan-ikan berwarna muncul ke permukaan.

“Bunda, banyak banget! Lihat!”

Alana jongkok di sampingnya, membantu membuka kantong kecil berisi pelet ikan.

“Pelan-pelan ya, nanti mereka kenyang dan nggak mau makan lagi,” katanya lembut.

Tawa anak itu bergema di udara.

Adrian mematung. Ia baru sadar, sudah lama tidak mendengar tawa Alima secerah itu. Sejak Aruna pergi, rumahnya terasa seperti ruangan tanpa suara. Sunyi, hampa.

Namun kini, suara tawa ceria putrinya kembali menggema dan ada andil Alana di dalamnya.

Alana melirik Adrian yang berdiri di bawah pohon besar, sedang menatapnya dan Alima dari kejauhan. Ia menegakkan tubuh, tersenyum lalu melambaikan tangan.

“Tuan, mau kasih makan ikan juga?”

Adrian sempat ingin menolak. Namun, tatapan Alima yang memohon membuatnya melangkah mendekat.

Ia jongkok di sisi putrinya, menerima segenggam kecil pelet dari tangan mungil itu.

“Papa lempar ke sana,” ujar Alima sambil menunjuk.

Adrian menurut. Ikan-ikan itu langsung berebut, menimbulkan cipratan kecil di air. Alima bertepuk tangan gembira.

Alana tertawa, dan suara tawanya kali ini membuat dada Adrian bergetar ringan.

Sore itu berlalu dengan kehangatan yang aneh bagi Adrian. Alana tampak begitu alami bersama Alima, dan bahkan ia sendiri tanpa sadar mulai berbicara lebih banyak daripada biasanya.

Mereka membeli es krim di pinggir taman, duduk di bangku kayu. Alima duduk di tengah, mulutnya belepotan cokelat.

“Papa, Bunda lucu deh.” Kata Alima tiba-tiba sambil menunjuk wajah Alana yang terkena lelehan es krim di pipi.

Adrian terkejut melihat Alana buru-buru mengelap pipinya, tapi gagal karena malah meninggalkan noda lebih besar.

“Alana, biar saya bantu,” ujar Adrian tanpa berpikir panjang.

Pria itu mengambil saputangan dari sakunya, lalu mendekatkan wajahnya pada Alana. Dan dalam jarak sedekat itu, ia baru benar-benar melihat jelas bentuk mata Alana. Berwarna cokelat muda, jernih, dan tak ada sedikit pun kepura-puraan di sana.

Begitu Adrian selesai membersihkan noda es krim, Alana menunduk dan wajahnya memanas. “Terima kasih, Tuan.”

Adrian hanya berdehem. “Lain kali, lebih hati-hati makan es krim nya.”

Namun bibir Adrian sedikit terangkat, meski ia tak menyadarinya.

Malam harinya setelah menidurkan Alima, Alana berdiri di balkon kamar, memandangi langit malam. Ia masih bisa merasakan angin sore taman di kulitnya, masih bisa mendengar tawa Alima, dan... nada lembut di suara Adrian saat memanggil namanya.

Entah sejak kapan, hati kecilnya mulai berubah dari rasa segan menjadi rasa yang lebih lembut. Perasaan bahwa mungkin, ada tempat untuknya di rumah ini dan juga di hati Adrian.

Sementara di kamar utama, Adrian duduk di kursi kerja, menatap layar laptop tanpa fokus.

Bayangan senyum Alana terus muncul di kepalanya, bahkan ketika ia mencoba mengalihkan pikiran. Ia mendesah, menutup laptopnya, lalu memandang foto Aruna di meja.

“Aruna,” gumamnya lirih, “Aku tak tahu ini apa... tapi aku mulai melihatnya bukan sebagai bayangan mu.”

Apa dia sudah mulai mempunyai rasa pada Alana?

Sudah beberapa hari berlalu sejak sore di taman itu, tapi suasananya masih tertinggal di antara mereka.

Rumah itu yang dulu sepi seperti ruang tunggu tanpa akhir, kini mulai punya ritme baru. Ada suara langkah kecil Alima di pagi hari, tawa samar dari keduanya dan aroma masakan yang kini tak mengganggu lagi Adrian dengan aromanya yang familiar—aroma Aruna.

Alana berdiri di dapur, membuat kopi di mesin dengan takaran yang sudah dia hafal. Tiga sendok kecil kopi hitam, satu sendok gula, dan sedikit susu cair. Campuran favorit Adrian, yang Aruna dulu ajarkan padanya.

Kini setiap pagi, tangan Alana melanjutkan kebiasaan itu, seolah warisan lembut dari cinta yang belum padam.

Adrian muncul di ambang pintu dapur, rapi dalam kaos kasual, rambutnya masih sedikit basah. Ia berhenti sejenak, memperhatikan punggung Alana yang sedang sibuk.

Gerakan perempuan itu sederhana, tapi entah kenapa... terasa menenangkan.

“Pagi, Tuan.” Sapa Alana tanpa menoleh, suaranya lembut dan stabil.

“Kopinya sudah siap, saya buatkan seperti biasa... sesuai selera Tuan.” Ujar Alana seraya menuangkan kopi ke cangkir.

Adrian maju lalu mengambil cangkir itu, mencicipi sedikit, lalu diam beberapa detik.

“Rasanya tetap sama, terima kasih.” Ucapnya akhirnya.

Alana menatap suaminya pelan, matanya menunduk lalu tersenyum kecil.

Hari itu akhir pekan, mereka pergi berbelanja kebutuhan rumah. Alana mendorong troli, Alima duduk di dalamnya dengan tawa kecil setiap kali melewati rak jajanan.

Adrian berjalan di belakang, memperhatikan keduanya tanpa banyak bicara. Di tengah lorong Alana berhenti, ia bingung memilih antara dua merek saus tomat.

Adrian spontan mendekat, mengambil satu dan menaruhnya di troli.

“Yang ini, lebih bagus. Aruna dulu suka yang itu.”

Alana tersenyum. “Baik, Tuan.”

Namun di tengah percakapan kecil itu, seorang wanita datang.

Itu Karina, ia tersenyum manis tapi matanya dingin.

“Oh, begitu mesranya. Padahal, Kakakku baru meninggal beberapa minggu dan tanah kuburannya masih basah. Kau sebagai sesama wanita, apa gak punya malu merebut suami orang lain?!“ Karina mengeraskan suaranya agar para pengunjung lain mendengar.

Benar saja, sontak para pengunjung langsung mendekat karena penasaran.

“Dari pembantu, naik jadi Nyonya hasil mencuri. Kakakku kasihan sakali, disaat-saat dia akan meninggal... suaminya malah tergoda pembantu dan menikah lagi!“ Cibir Karina.

Adrian tanpa sadar berdiri sedikit lebih dekat ke arah Alana, ingin melindungi Istrinya.

Sikapnya seperti perisai, Adrian lalu angkat bicara. “Berhenti, Karina! Jangan bicara tentang Aruna kalau niatmu cuma ingin menghina! Aku bisa saja melaporkan mu dengan tuduhan mencemari nama baik!”

Karina terdiam, dia tak mempunyai bukti jika Alana menggoda Adrian. Ia lalu berbalik pergi dengan wajah penuh dendam dan meninggalkan aroma parfum mahal yang memuakkan.

Alana masih diam, Adrian menghela napas panjang. “Jangan pedulikan dia, Karina memang selalu ingin ikut campur. Dulu aku menoleransi nya karena dia adik Aruna, tapi sekarang... dia bukan siapa-siapa.“

Alana hanya tersenyum, pembelaan Adrian padanya lebih dia pedulikan daripada ucapan merendahkan dari Karina.

Beberapa hari setelahnya, hujan turun lagi. Alana duduk di sofa ruang engah, menunggu Adrian.

Adrian baru pulang dari kantor, melepas jas dan duduk tak jauh darinya.

“Sedang apa?” tanyanya, suaranya lebih lembut dari biasanya.

“Hanya sedang memikirkan hal-hal kecil.“

Adrian mengangguk. “Kau banyak melakukan hal-hal yang Aruna dulu lakukan.”

“Karena saya belajar darinya. Dan juga... karena saya ingin rumah ini tetap hangat, seperti dulu.”

Adrian menatap Alana lama, lalu tanpa sadar berkata. “Rumah ini sudah mulai hangat lagi, karena kamu.”

Alana terdiam.

Ada sesuatu di dada yang terasa bergerak, hangat tapi juga menakutkan.

Hari berganti, dan semakin sering Adrian menemukan dirinya memperhatikan hal-hal kecil dari Alana.

Cara Alana menepuk bahu Alima saat menidurkan anak itu, cara Alana mengikat rambut panjangnya, atau cara wanita itu tersenyum saat menyajikan makanan.

Adrian tak sadar sudah menghafal semua itu.

Kadang Adrian bahkan pulang lebih cepat, hanya untuk makan malam bersama mereka. Dan setiap kali melihat Alana tertawa, bagian dalam dirinya terasa pelan-pelan hidup kembali.

Namun saat malam tiba, ketika ia kembali menatap foto Aruna di meja, ada rasa bersalah yang menekan.

Ia belum berani mengaku bahwa hatinya mulai berubah arah. Ia takut melupakan Aruna, tapi ia juga takut kehilangan kesempatan untuk mencintai lagi.

Tanpa sadar, Adrian sudah mulai menggenggam sesuatu yang tak lagi mampu ia lepaskan.

Cinta baru.

1
Ariany Sudjana
bagus Adrian harus tegas, pelakor harus dibinasakan
Tiara Bella
mantap Adrian belain Alana bngt.....pelakor hempaskan aja
Yuliana Tunru
ya ampun ada z wanita2 yg tak tsu malu dgn alasan masa kecil tp terselubung niat jd pelakor cantikndan kaya tp tak.punya malu..💪💪 adrian basmi pelakor
Dian Rahmawati
suka sikap adrian
Dian Rahmawati
mantap adrian
Rohmi Yatun
cerita yang luar biasa 🌹🌹🌹🌹👍
Dian Rahmawati
rasain Rama
Yuliana Tunru
rupa x rama malah krrja sama dgn perusshasn adrian di cabut ..rasain laki2 jahst gitu
Tiara Bella
mw ngapain lg tuh tuan Rama....sukurin udh dibales perbuatan dia sm Adrian....
Yuliana Tunru
akhir x adrian buka puasa dg yg manis2
Dian Rahmawati
cie cie udh unboxing ya
Dian Rahmawati
wah adrian bertindak
Tiara Bella
Alhamdulillah udh JD suami istri yg utuh....
Tiara Bella
wow Adrian langsung bertindak ......
Jengendah Aja Dech
❤️
Dian Rahmawati
siap2 Rama dihancurkan oleh adrian
Tiara Bella
mana lg gerogi dtng kepesta orng kaya malah ada Rama yg dl maksa nikah sm dia....tenang ada Adrian Alana
Tiara Bella
kapok gk tuh skrng udh dilarang deketin keluarganya bahkan dipecat ....
Tiara Bella
Karina blm kapok udh ditegor sm Adrian jg tunggu aja Adrian bertindak....
Tiara Bella
ketinggalan aku sampe 5 bab Thor 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!