NovelToon NovelToon
SISTEM DEWA NAGA TERKUAT

SISTEM DEWA NAGA TERKUAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Sistem / Dikelilingi wanita cantik / Budidaya dan Peningkatan / Dunia Lain
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rumah pena

Dimas Seorang pekerja supir truk yang gak sengaja menabrak pekerja kantoran, tapi anehnya pandanganya gelap dan dia muncul didunia lain.

Sistem dewa naga terkuat menemani perjalananya menuju puncak kekuatan, dengan berbagai misinya Dimas mendapatkan berbagai harta yang sangat kuat.

Bagaimana perjalanan Dimas, Ikuti kisah keseruanya.

Gas... gua bakal up tiap hari sesuai mood, mungkin 2 chapter sampai 5 chapter perhari, kalau lagi mood bisa lebih.

Maaf jika ada kesalahan pada cerita, karena author hanya manusia, bukan nabi Boy.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 35 - Sebuah Ponsel dan Lembah Yama

Langit sore mulai memerah saat sosok Dimas perlahan turun dari langit, tubuhnya mengambang perlahan layaknya dewa penjelmaan, di sisi kanannya ikut mendarat sosok perempuan berambut perak panjang yang tak lain adalah Long Bing. Dari awal pertarungan hingga akhir, Long Bing hanya berdiri menyaksikan, tak sedikit pun membantu atau ikut campur, karena dia tahu—Dimas tak membutuhkan itu.

Seluruh penjuru tempat pertarungan sunyi senyap. Tidak satu pun dari mereka yang berani bersuara. Beberapa bahkan sengaja menahan napas dalam-dalam. Ketakutan menyelubungi udara. Sosok pemuda yang sebelumnya tak dikenal itu, kini menjadi figur horor yang wajahnya akan mereka kenang sampai ke liang kubur.

Bahkan, beberapa dari mereka diam-diam membisikkan kepada kerabatnya untuk mengingat wajah Dimas. Mereka tidak ingin melakukan kesalahan fatal di kemudian hari. Orang seperti Dimas... bukanlah seseorang yang bisa mereka singgung seenaknya. Jika itu terjadi, tamatlah riwayat mereka, dan mungkin... seluruh klan mereka.

 

Desas-desus tentang pertarungan itu menyebar lebih cepat dari badai petir. Di kota-kota lain, bahkan di belahan benua yang jauh sekalipun, nama Dimas mulai diperbincangkan. Tidak hanya para petarung dan kultivator, bahkan orang-orang biasa pun mulai waspada. Siapa pun yang tahu dan tidak tahu tentang sosok itu hanya punya satu pesan kepada keluarga mereka:

> “Jangan pernah cari gara-gara dengan seseorang bernama Dimas.”

Saat ini, Dimas memilih beristirahat di penginapannya. Setelah pertarungan brutal dan perhatian yang ia dapatkan, bukan ketenaran yang ia inginkan—melainkan ketenangan. Namun, tentu saja, ketenangan itu tidak datang begitu saja.

Banyak bangsawan, pemimpin klan, hingga organisasi bayangan yang mencoba mendekati Dimas. Ada yang ingin menjalin hubungan kerja sama, ada pula yang hanya ingin mendapatkan namanya untuk memperkuat reputasi mereka.

Namun semuanya sia-sia.

Pemilik penginapan itu, seorang pria tua dengan rambut setengah botak, bahkan sengaja menempatkan pelindung formasi di sekitar kamar Dimas, serta menyuruh para pelayan untuk menjaga jarak dari tamunya yang satu ini. Ia sadar, tamu satu ini bukan sembarangan—ia adalah berkah tersembunyi bagi bisnis penginapannya.

> “Kalau orang sekuat itu tinggal di penginapan ini... penginapan saya akan jadi tempat suci!” pikir pemilik penginapan dengan senyum lebar.

 

Di dalam kamar, Dimas duduk bersila, memandangi cincin penyimpanannya. Cincin itu diberikan oleh Lan Mu, seorang pria misterius yang juga berasal dari Bumi... setidaknya, itulah dugaan Dimas saat ini.

Dia mengeluarkan kristal merah berenergi yang disebut Lengyan, kemudian kembali menyerapnya. Proses penyerapan berlangsung tenang. Tubuhnya seolah sudah menjadi mesin pengolah energi yang sempurna.

Namun, saat dia mencari di dalam cincin penyimpanan itu, dia menemukan sesuatu yang membuat alisnya terangkat.

Sebuah ponsel.

Bentuknya tidak asing. Ponsel itu memiliki desain canggih, bahkan jauh melampaui teknologi yang ada di Bumi sebelumnya. Ada goresan runik samar di bagian belakangnya, bercahaya seperti aliran energi spiritual. Dimas memegang benda itu dengan hati-hati, lalu menyalakannya.

Tampilan utama muncul. Ia melihat beberapa aplikasi... dan satu di antaranya langsung menarik perhatiannya.

> “Kontak Para Dewa”

Dimas mengerutkan kening. Jari telunjuknya menekan aplikasi itu dan seketika, daftar nama muncul.

Sun Wu Kong. Zeus. Erlang Shen. Odin. Susanoo. Indra. Anubis.

“Apa-apaan ini...?” gumamnya pelan.

Ia membuka salah satu chat. Isinya... candaan. Percakapan para dewa tentang perkembangan semesta, tentang konflik di dunia fana, bahkan tentang “penciptaan semesta baru untuk eksperimen.”

> “Jadi... para dewa... ngobrol via chat?!” Dimas menggeleng-geleng, tak percaya.

Di sisi lain, ia juga melihat beberapa chat dari para Dewi. Cantik-cantik. Foto profil mereka pun tidak kalah memesona—ada yang duduk di atas bunga teratai, ada yang di singgasana langit, ada yang berpose dengan senyum misterius.

“Lan Mu ini... ternyata playboy tingkat semesta,” Dimas mendecak sambil menggeser-geser layar ponsel.

Dia tak hanya menemukan itu. Di dalam ponsel, ada aplikasi game, musik, hingga fitur pemanggilan benda dari penyimpanan spiritual. Bahkan, dalam ruang penyimpanan cincin itu sendiri, dia menemukan beberapa barang dari Bumi:

Mobil sport, motor gede, laptop, pemutar musik, bahkan seperangkat alat barbeque.

“Pasti Lan Mu ini juga dari Bumi,” gumamnya.

 

Dua hari berlalu dengan cepat.

Selama itu, Dimas terus menyerap energi dari kristal Lengyan. Pondasi tubuhnya yang sudah diperkuat sejak awal membuat proses penyerapan berlangsung tanpa hambatan. Bahkan, jika dia mau, dia bisa langsung menembus batas ke Ranah Immortal.

Namun dia memilih untuk menahannya. Belum saatnya. Dia ingin stabil terlebih dahulu, mempersiapkan mental dan kondisi rohaninya. Apalagi, dunia ini penuh kejutan—naik level tanpa kesiapan bisa berbahaya.

Saat itu, Long Bing sudah menunggunya di ruang tamu penginapan.

Gadis itu menjadi pusat perhatian. Banyak pria mencoba mendekatinya, tapi semuanya ditolak mentah-mentah. Mereka tak tahu, bahwa Long Bing bukan sembarang wanita. Sosok yang bisa berdiri di sisi Dimas... tentu bukan orang biasa.

Saat Dimas muncul, Long Bing berdiri lalu berkata,

> “Kita harus pergi ke Lembah Yama.”

Dimas mengangkat alis. “Lembah Yama?”

Long Bing menjelaskan. Lembah itu merupakan tempat kuno yang dulunya dihuni oleh Dewa Iblis Yama. Konon, setiap seratus tahun sekali, diadakan perayaan kebinasaan Yama—sebuah upacara besar untuk memperingati kehancuran dewa itu ribuan tahun lalu.

“Bukan cuma itu,” lanjut Long Bing. “Konon, di lembah itu ada banyak harta karun. Tapi tak bisa dicari... melainkan mereka akan memilih pemiliknya sendiri.”

“Hmm... seperti roh artefak yang punya kehendak sendiri?” gumam Dimas.

Long Bing mengangguk. “Dan dua hari lagi... akan ada malam Bulan Merah. Saat itu... pusaka-pusaka dari era kuno akan muncul.”

Beberapa klan besar bahkan mengirimkan tiket VIP kepada Long Bing, berharap bisa mendapat ‘jatah hubungan’ dengan Dimas melalui wanita itu. Tapi tentu saja, semua itu hanya usaha sia-sia.

Dimas mengangguk setuju. “Baiklah. Kita pergi ke sana. Anggap saja... ini awal perjalanan kita di benua ini.”

(Note: Long Bing tahu Lembah Yama ini dari orang orang yang datang kepenginapan itu, mereka akhir akhir ini membahas lembah Yama dan dia memutuskan untuk pergi ke lembah yama.)

 

Sore itu, saat mereka bersantai, Dimas iseng membuka ponsel dewa. Long Bing yang duduk di dekatnya, melirik penasaran.

“Apa itu?” tanyanya.

“Ponsel,” jawab Dimas santai.

Long Bing mengernyit. “Aku pernah melihat benda seperti itu... dibawa oleh Dewa Naga sejati. Tapi tak tahu fungsinya.”

Dimas tertawa kecil. “Kau akan kagum.”

Ia menunjukkan fitur-fitur ponsel itu. Mulai dari kamera, filter wajah, hingga aplikasi game. Ia bahkan mengerjai Long Bing dengan memotret wajahnya menggunakan filter jelek.

Long Bing menatap hasil foto itu dengan panik. “Wajahku... seperti ini?!”

Dimas tertawa. “Itu hanya efek filter. Lihat ini.”

Ia memotret Long Bing tanpa filter. Foto itu menampilkan wajah Long Bing yang asli—cantik, dingin, tapi ada pesona misterius yang tak bisa dijelaskan.

Long Bing memerah, pipinya bersemu. Apalagi saat Dimas mengajak foto bersama. Ia hanya bisa menunduk malu-malu, namun tetap mengiyakan.

Klik.

Foto itu tersimpan. Sebuah momen kecil di tengah perjalanan panjang mereka.

 

BERSAMBUNGG...

1
Rumah Pena
Campur oy
Rumah Pena: gak dapat kak.
Y&C: Halo kaka mau nanya dong..

Kalau novel yang belum kontrak dapat bagi hasil dari iklan ga ?
total 2 replies
Dean Adam
Ini Kultivator Atau Dunia Fantasy Barat, heran Gue
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!