NovelToon NovelToon
Jejak Dosa Di Ujung Restu

Jejak Dosa Di Ujung Restu

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Romansa
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sylvia Rosyta

Bagi Aditya, Reina bukan sekadar kekasihnya tapi ia adalah rumahnya.
Namun dunia tak mengizinkan mereka bersama.
Tekanan keluarga, perjodohan yang sudah ditentukan, dan kehormatan keluarga besar membuat Aditya terjebak di antara tanggung jawab dan juga cinta.

Dalam keputusasaan, Aditya mengambil keputusan yang mengubah segalanya. Ia nekat menodai Reina berkali kali demi bisa membuatnya hamil serta mendapatkan restu dari orang tuanya.

Cinta yang seharusnya suci, kini ternodai oleh ketakutan dan ambisi. Mampukah Aditya dan Reina mengatasi masalah yang menghalang cinta mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Aditya segera menggeleng.

“Reina, dengarkan aku. Aku tidak ingin menikah dengan Alisha. Tidak sedikit pun.”

Ia mengusap pipi Reina dengan kedua tangannya, meski suara laki-laki itu sendiri terdengar gemetar.

“Aku hanya ingin menikah denganmu. Hanya kamu.” ucap Aditya yang membuat Reina menunduk.

Reina menggigit bibirnya, sementara tubuhnya terasa lemas. Ia ingin marah pada keadaan, Pada syarat yang tidak manusiawi itu, Pada kenyataan bahwa kebahagiaan mereka bisa hancur hanya karena sebuah ambisi keluarga. Tapi ia juga tahu, Aditya bukan pelakunya. Laki laki itu hanya korban dari ayahnya sendiri yang sangat berambisi untuk membuat pengaruhnya semakin besar.

Reina menutup wajahnya dengan kedua tangannya, bahunya bergetar kecil dan membuat Aditya langsung menarik tubuhnya untuk memeluknya erat.

“Maafkan aku sayang, maafkan aku karena tidak bisa melindungi mu dari semua ini.” bisik Aditya dengan suaranya yang pecah dan membuat Reina membalas pelukan Aditya dengan memeluknya kembali meski tangannya terlihat gemetar.

"Tidak mas, tolong jangan minta maaf padaku. Aku sama sekali tidak marah sama mas, aku hanya sedih karena takdir berlaku kejam kepada kita. Apa salah kita mas, hingga tuhan berlaku tidak adil pada kita?" Isak Reina dengan lirih dan membuat Aditya langsung mengecup puncak kepala Reina dengan lembut sembari memejamkan matanya dalam rasa perih yang menyesakkan.

"Tuhan mungkin tidak adil pada kita, sayang. Tapi dia tidak akan bisa menghentikan aku untuk bersama orang yang aku cintai. Apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Biarkan Tuhan terus menguji kita sebanyak yang ia inginkan, kita akan menghadapinya bersama sama sampai ia pun mengerti kalau kita ditakdirkan untuk bersama."

Reina memeluk Aditya lebih erat lagi. Seolah pelukan itu adalah satu-satunya tempat mereka bisa berpegangan agar tidak jatuh ke dalam jurang bernama takdir yang kejam. Pagi itu menjadi saksi dua hati yang sama-sama hancur, sama-sama bertanya tentang masa depan yang tampak begitu kabur, namun tetap saling menggenggam agar tidak saling terlepas.

Pagi itu masih menyisakan keheningan yang rapuh setelah Aditya dan Reina saling berpelukan, mencoba menenangkan diri masing-masing dari badai yang belum juga mereda. Air mata di pipi Reina belum sepenuhnya kering ketika suara ketukan pelan terdengar dari pintu kamar.

Aditya dan Reina sama-sama terkejut. Ketukan pintu itu terdengar hati-hati, seolah seseorang yang datang itu sudah bisa merasakan suasana berat di dalam kamar.

“Mas…?” bisik Reina lirih.

Aditya mengusap punggung Reina sebentar, memberi isyarat agar Reina tetap duduk di tempatnya. Ia menarik napas panjang, lalu bangkit perlahan menuju pintu. Begitu ia membukanya, seorang pelayan berdiri di sana sambil menundukkan kepala dalam-dalam.

“Maafkan saya sudah mengganggu, Tuan Aditya,” ucap pelayan itu sopan namun terdengar sangat hati-hati. “Ayah anda, saat ini sedang menunggu Anda di ruang kerjanya.”

Aditya memejamkan mata sebentar, seolah sedang menahan sesuatu di dadanya yang terasa semakin berat. Tentu. Pada akhirnya, ini memang tidak bisa dihindari. Pelayan itu melanjutkan dengan suara lebih pelan, bahkan nyaris seperti berbisik.

“Ayah anda juga meminta anda untuk membawa Nona Reina bersama Anda.”

Reina yang mendengar itu langsung menegang. Tangannya menggenggam selimut dengan erat sementara wajahnya langsung memucat. Ia tidak tahu apa yang akan dihadapinya, tapi hatinya langsung terasa menciut.

Aditya menatap pelayan itu cukup lama, sebelum akhirnya mengangguk pelan.

“Baik. Kau boleh kembali.” ucapnya singkat.

Pelayan itu menunduk lagi sebelum pergi, meninggalkan pasangan itu dalam keheningan yang terasa menggantung seperti kabut tebal yang tidak bisa diusir.

Aditya kembali mendekat ke tempat tidur dan duduk di tepinya. Reina menatapnya dengan matanya yang masih berkaca-kaca, penuh rasa takut yang ia coba sembunyikan.

“Mas, Kita harus ke sana sekarang ya?” panggil Reina pelan yang membuat Aditya menghela napas panjang, lalu meraih tangannya dengan lembut.

“Kita tidak perlu terburu-buru,” ucapnya dengan suara yang ia paksa supaya tetap tenang. “Kita tenangkan diri dulu sebentar, baru kita pergi kesana.”

Reina mengangguk, meski hati kecilnya tetap merasa takut. Aditya mengulurkan tangannya untuk membelai rambut Reina dengan pelan. Ia tahu Reina ketakutan. Ia tahu perempuan itu sedang menatap masa depan mereka yang begitu menakutkan.

Dan kenyataan bahwa ia harus menyeret Reina ke hadapan ayahnya sendiri pagi-pagi seperti ini, membuat semua yang ada di dada Aditya terasa semakin mencekik.

Beberapa menit berlalu dalam diam. Hanya suara helaan napas Reina yang sesekali terdengar. Begitu Aditya merasa Reina sedikit lebih tenang, ia menggenggam tangan kekasihnya itu dan bangkit.

“Ayo,” ucap Aditya perlahan.

Reina mengangguk, meski langkahnya masih tampak ragu. Aditya menggenggam tangan Reina lebih erat—seolah ia ingin mengatakan bahwa apa pun yang terjadi nanti, ia akan menjadi orang pertama yang berdiri di depan Reina, sekaligus orang terakhir yang tidak akan membiarkannya terluka.

Mereka berjalan melalui koridor panjang kediaman Wiranegara. Udara di sana terasa sangat dingin, entah karena udara di luar yang masuk dari jendela, atau karena kecemasannya yang terlalu besar. Reina sesekali menunduk, genggaman tangannya pada Aditya semakin erat.

Dan Aditya, tidak pernah melepaskan genggaman tangan Reina sedikit pun.

Pintu ruang kerja Pak Arman menjulang kokoh dan dingin. Di depannya, Aditya berhenti sejenak. Ia menarik napas dalam-dalam dan membuat Reina menatapnya, tatapan saling menguatkan.

Aditya mengetuk.

“Masuk,” jawab suara berat dari dalam.

Aditya membuka pintu. Suasana ruang kerja itu terasa mencekam. Cahaya matahari masuk lewat jendela besar di belakang meja Pak Arman, membuat ruangan itu tampak lebih dingin dari biasanya. Rak-rak berisi buku hukum dan strategi bisnis berdiri di sisi-sisi ruangan, sementara aroma wangi kayu Cendana memenuhi udara.

Pak Arman duduk di kursinya dengan tegak, kedua tangannya bertaut di atas meja. Wajahnya tidak menunjukkan reaksi apa pun ketika Aditya masuk bersama Reina. Tatapannya hanya berpindah ke Aditya lalu berhenti pada Reina. Dan meski ekspresinya tetap datar, ada kilatan ketidaksenangan yang jelas terlihat dan membuat Reina langsung menunduk.

Aditya berdiri di depan meja ayahnya, sementara Reina berdiri di sampingnya, masih menggenggam tangannya. Hening panjang menyelimuti ruangan itu sebelum akhirnya Pak Arman membuka suara.

“Duduklah Aditya.”

Aditya menahan napas, tetapi ia tetap menurut. Ia menarik Reina untuk duduk di sofa kecil yang ada di depan meja kerja itu yang membuat Reina duduk pelan-pelan dengan punggungnya yang kaku.

Pak Arman menatap mereka cukup lama. Lalu akhirnya berkata dengan suara berat.

“Jadi,” ucapnya. “Apa keputusanmu, Aditya?”

Pertanyaan itu menghantam ruangan itu seperti palu godam. Reina menunduk dalam-dalam sementara Aditya menelan ludah, jemarinya menguat di genggaman tangan Reina.

1
Putri_a_s
Aditya udah tahu sifat ayahnya seperti apa, makanya dia ambil keputusan ini.
Putri_a_s
ini baru keputusan yang tepat, kl gak gini nanti ditipu lagi sama pak Arman.
Putri_a_s
serius ini, gak ada rasa bersalahnya nih pak Arman sama anak sendiri?
/Speechless//Speechless//Speechless//Speechless/
Putri_a_s
dicintai secara ugal-ugalan sama Aditya, Reina ini.
Putri_a_s
/Brokenheart//Brokenheart//Brokenheart//Brokenheart/
Putri_a_s
sedihnya /Sob/
Putri_a_s
gini amat ya cobaannya, kamu harus bijak Reina. Aditya juga dalam posisi yang sulit demi bisa bersama kamu.
Putri_a_s
kasihan Aditya, dia pasti bingung banget
Putri_a_s
iya Aditya, menikah dengan dua orang sekaligus itu harus adil. dan kamu tidak bisa menikah dengan Alisha karena hati kamu cuma buat Reina
Putri_a_s
Aditya berada dalam dua jalan yang mengharuskannya memilih
Putri_a_s
dan apalah arti kata cinta jika kalian berdua tidak bisa bersama /Frown/
Putri_a_s
aish, kok ada seorang ayah yang tega menyuruh anaknya poligami?!
Putri_a_s
maksudnya nikah sama dua perempuan sekaligus gitu?!
Putri_a_s
dulu lihat apa sih buk? kok bisa menikah sama laki laki egois kayak pak Arman?!
Suhadi Mulyo
bagus Aditya, lanjutkan keputusanmu💪
Suhadi Mulyo
bagus Aditya, lebih baik gitu daripada entar ditipu lagi sama ayahmu yang raja tega itu.
Suhadi Mulyo
nyeseknya sampai sini/Scowl//Sob/
Suhadi Mulyo
jadi Aditya pasti sakit, jadi Reina, lebih sakit lagi karena harus membagi Aditya dengan orang lain /Scowl/
Suhadi Mulyo
kasihan banget Aditya, dia nggak pernah bahagia
Suhadi Mulyo
setiap banget Aditya ini orangnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!