Warning 21+
Aku masih suci sebelum kejadian itu. Aku masih ranum dan bersih seperti namaku, Ayu.
Semuanya berubah. Kebahagiaanku runtuh. Aku harus meninggalkan laki-laki yang mencintaiku demi laki-laki lain yang bahkan tidak kukenal.
Sanggupkah aku melewati kehidupan baruku. Kehidupan bak roller coaster yang kadang menjungkirbalikkan hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Pov Author
Ayu baru saja selesai mandi. Rambutnya masih basah karena habis keramas. Rasa lelahnya menghadiri acara sunatan Andi anak Tante Irma sedikit berkurang setelah guyuran air dingin membasahi tubuhnya.
Ia mengganti handuk yang dipakainya dengan kaos tanktop warna hitam dan celana jeans. Masih sambil mengeringkan rambut panjangnya Ia pun keluar dari kamar mandi.
"Kamu mau pergi cuma pakai tanktop aja, Yu? Udah malam nih, dingin. Nanti kamu masuk angin. Lalu apa kata Mama dan Papa nanti kalau lihat kamu pakai baju kayak gitu keluar rumah? Ini bukan di Jakarta, Yu. Ini di Semarang. Kampung orang. Kalau di Jakarta bisa saja alasan mau clubbing. Lah ini? kita kan cuma tamu disini. Nanti-"
"Sst.. stop! panjang banget kalau ceramah. Lebih-lebih ngalahin guru agama loh." Ayu melepaskan handuk yang sengaja dililitkan di rambutnya. "Lagian siapa sih yang bilang kalau aku mau pergi dengan dandanan kayak gini? Kamu gak lihat apa kalau rambut aku masih basah? Aku mau keringin rambut dulu baru setelah beres pakai cardigan. Tuh cardigannya udah aku taruh di kursi meja rias."
Dio tersenyum malu dengan ulahnya yang asal tuduh saja. "Oh... maaf... aku pikir mau pakai tanktop aja." Dio lalu menggaruk rambutnya yang tidak gatal tersebut. "Mau aku bantu keringkan gak?"
Ayu menimbang-nimbang bantuan suaminya tersebut. Dio suka gitu sih. Tiba-tiba baik eh tau-tau ada maunya. Itu yang bikin Ayu males mendapat bantuan kebaikan darinya.
"Hmm.. boleh deh. Tapi gak ada bayarannya loh!"
"Iya tenang aja. Aku nyium harum rambut kamu yang habis keramas saja sudah jadi bayaran mahal untukku." Dio turun dari tempat tidur lalu menyalakan hair dryer yang sudah Ayu siapkan.
"Awas ya macem-macem!" warning dan peringatan dini sudah Ayu keluarkan. Kalau Dio nekat macem-macem maka Ayu pun tidak akan tinggal diam. Ia sudah berencana akan pergi membeli oleh-oleh dengan Guntur, saudara sepupu Dio.
Sejak tadi ada saja ulah Dio. Mulai dari menyalipnya ketika hendak mandi. Lalu mandi yang biasanya hanya 5 menit kelar ini menjadi 15 menit. Jadilah Ayu mandi cepet-cepet agar Guntur tidak menunggunya kelamaan.
Sekarang Dio tiba-tiba menawarkan diri hendak membantunya mengeringkan rambut. Hmm... pasti ada maunya. Pasti.
Dio lalu menyebutkan bayarannya atas jasa mengeringkan rambut Ayu. Sudah bisa diduga kalau niat baiknya pasti ada harga yang harus Ayu bayar.
******
Guntur sudah stand by di depan mobilnya menunggu istri dari saudara sepupunya yang sudah ngaret 15 menit. Guntur sudah mengirimi pesan dan Ayu membalas kalau rencana mereka membeli oleh-oleh tetap jadi. Tak ada perubahan rencana. Namun kenapa belum muncul juga sosok wanita cantik nan ayu seperti namanya?
Guntur yang mulai gemas karena takut toko oleh-olehnya keburu tutup hendak menelpon Ayu. Baru saja tangannya menscroll nama Ayu dan hendak menelepon eh yang bersangkutan hadir.
Ternyata Ayu tidak sendiri. Herder pelindungnya juga mengikuti. "Kenapa kamu ajak Herder kamu yang galak itu, Yu? Gangguin kencan kita aja." Guntur langsung melancarkan serangan. Jadi makhluk ini yang menyebabkan Ayu telat. Pasti Ia susah bertindak jahil dan menyebabkan istrinya datang telat.
"Kencan...kencan... bini orang nih. Kalau gak diawasin bisa bahaya. Bodo ah jadi Herder juga, yang penting Ane punya bini aman dari playboy cap terasi."
Ayu yang melihat Dio membalas serangan Guntur langsung memisahkan mereka sebelum perang saudara terjadi.
"Udah malam nih. Nanti toko oleh-olehnya keburu tutup."
"Aku udah nunggu dari tadi kali Yu. Kamu aja yang lama." Guntur berusaha membela diri.
"Bukan aku yang bikin lama. Tuh Dio. Dari tadi bikin ulah. Pake acara lipstik aku baru beli dipatahin lagi. Gak tau apa kalau lipstik tuh bagi wanita segalanya?" sekarang Ayu malah melemparkan senjata ke Dio.
"Gak sengaja, Yu. Bener deh. Ntar kalau furniture laku aku beliin lipstik buat kamu. Semua warna pelangi kalau perlu biar kamu bisa secerah pelangi. Eh tapi kamu mah memang pelangi di mataku sih."
"Jadi pergi gak nih?" Guntur mulai naik darah melihat pertengkaran sepasang suami istri ini.
"Jadi." jawab Ayu dan Dio kompak.
"Yaudah. Ayo naik ke mobil." Guntur membuka kunci mobil. Lagi-lagi Dio berulah. Dengan seenaknya Ia duduk di kursi depan dan Ayu disuruh di belakang.
"Kok malah kamu yang di depan? Ayu lah. Kan aku ngajaknya Ayu bukan kamu!" Guntur mendelikkan matanya pada Dio.
"Gak boleh istri orang duduk di kursi depan sama laki-laki lain." dengan cueknya Dio memasang seat beltnya layaknya seorang majikan dan Guntur supirnya.
"Yu, Herdernya gimana sih? Rese banget dari tadi!" gerutu Guntur pada Ayu yang asyik saja duduk di kursi belakang sambil memainkan Hpnya.
"Herdar...Herder.... Kalau Papa Putra tau anak semata wayangnya kamu panggil Herder, bisa dibikin bangkrut tuh perusahaan Om Ridho." Dio mulai mencari perlindungan dibalik nama Papanya.
"Ih beraninya ngadu sama Papanya. Udah tuwir juga masih aja anak Papi." Guntur masih saja berdebat dengan Dio dan tak juga menyalakan mesin mobilnya.
Ayu yang kesal karena dua sepupu ini bertengkar terus karena hal kecil pun kembali menengahi mereka. "Kalau masih mau berantem, aku turun nih. Percuma kesana kalau kemaleman terus udah tutup tokonya!"
"Maaf ya Yu. Herder kamu nih!" Guntur masih saja tak mau kalah, namun bedanya kali ini Ia menyalakan mesin mobil dan menjalankannya.
"Telepon Papa Putra nih. Mau?"
"Bodo amat. Siapa takut?!" tantang balik Guntur.
"Guyss... bisa diem gak? Kalau gak bisa aku live IG nih biar keributan kalian ditonton sama followersku."
Gertakan Ayu ternyata membuahkan hasil. Kedua tikus dan kucing itu diam dalam sekejap. Ayu pun tertawa melihatnya. "Nah gitu dong. Akur. Dari tadi aja aku ancem bakal live IG, gak buang tenaga."
Mobil Guntur berhenti di parkiran dekat Bandeng Juwana yang terletak di Jalan Pandanaran, Semarang. Untunglah tokonya belum tutup. Ayu langsung khilaf membeli Bandeng 5kg.
"Banyak banget, Yu. Buat siapa aja?" Dio heran melihat Ayu belanja sebanyak ini. Selain karena harganya lumayan kan Ayu tahu sendiri kondisi keuangan Dio bagaimana.
"Buat teman-teman kantor aku, teman kantor kamu, keluarga aku, keluarga kamu dan buat stok makanan kita di kulkas. Kita gak sempet belanja mingguan karena ke luar kota jadi beli ini sajalah buat bekal makan siang."
"Tapi-"
"Udah tenang aja. Sekali-sekali pakai uang aku, oke? Tabungan aku hampir luber karena kamu gak bolehin aku bantuin kamu pakai uang gaji aku. Jadinya masih utuh deh gaji 4 bulan ini."
Dio tersenyum, Ia merasa tersentuh karena Ayu memikirkan banyak orang di sekitarnya. Keluarganya juga, padahal Papa Putra belum tentu memperpanjang statusnya sebagai menantu namun Ayu tetap bersikap baik padanya. "Ingetin aku ya, furniture laku nanti keuntungannya 75% buat kamu."
"Gak usah. Beneran. Ini mah murah. Gak seberapa." Ayu tidak mau mengambil uang dari kerja keras Dio membuat furniture. Ia tahu Dio lelah bekerja di kantor lalu kerja membuat furniture jadi double capeknya.
"Doain aja ya furniturenya sukses. Aku percaya doa malaikat baik kayak kamu pasti akan dikabulin sama Tuhan." Dio mengusap pucuk kepala Ayu dengan penuh sayang. Guntur yang melihat hal tersebut hanya bisa memandang dari kejauhan tanpa mau mengganggu.
dr cerita ini qta belajar ikhlas menerima keadaan, belajar menekan ego demi kelangsungan hidup dn belajar kesetiaan....
benar2 nih cerita bagus pake bgt,,qta g d bikin emosi hanya karena kelakuan pelakor yg bikin naik darah, d sini hanya bercerita tentang perjuangan seorang anak yg mo merintis usaha nya tanpa mendompleng nama besar ayah nya,,,perjuangan seorang suami yg bekerja keras demi menghidupi kluarga nya tanpa meminta bantuan kluarga nya yg kaya raya,,perjuangan seorang pria utk selalu setia pada istrinya yg meninggalkan suami nya dn perjuangan seorang istri yg mo menerima suami nya apa ada nya bukan ada apa nya,,dengan segala kekurangan dn kelebihan nya....dn cerita nya g lebay kaya cerita2 pada umum nya,,aq benar2 speechless utk novel yg satu ini..
rasa nya bintang 5 dn 4 jempol rasa nya kurang utk cerita sebagus ini,,makasih banyak2 ka Author udh bikin cerita sebagus ini 👍👍👍👍❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Pilih mundur✊️
ntar papanya meninggal kan akhirnya warisan buat dia juga