NovelToon NovelToon
Merebutmu Kembali

Merebutmu Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Anak Genius / Romansa / Menikah Karena Anak / Lari Saat Hamil / Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Dikhianati dan dijebak oleh suami dan kekasih gelapnya, seorang wanita polos bernama Megan secara tak terduga menghabiskan malam dengan Vega Xylos, bos mafia paling berkuasa di dunia malam. Hingga akhirnya, dari hubungan mereka malam itu, menghasilkan seorang putra jenius, Axel. Tujuh tahun kemudian, Vega yang terus mencari pewarisnya, tapi harus berhadapan dengan Rommy Ivanov, musuh lamanya, baru mengetahui, ternyata wanita yang dia cari, kini telah dinikahi musuh besarnya dan berniat menggunakan kejeniusan Axel untuk menjatuhkan Kekaisaran Xylos. Bagaimana Vega akan menghadapi musuh besarnya dan apakah Megan dan putranya bisa dia rebut kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Menghilang di Balik Kabut

Kertas kecil dengan tinta merah itu terasa dingin dan licin di telapak tangan Megan. LARI! Sebuah perintah yang kejam. Sebuah ancaman yang nyata. Atau mungkin, satu-satunya harapan yang tersisa. Jika ia menuruti perintah ini dan itu jebakan, ia akan mati. Jika ia tetap tinggal, cepat atau lambat ia juga akan mati. Megan tidak punya apa-apa lagi selain naluri yang berteriak dan janin yang kini harus ia lindungi di perutnya.

“Aku lari,” putusnya, suaranya mantap, memecah keheningan malam yang sunyi. Ia tidak akan menunggu fajar. Ia tidak akan mengambil risiko pria berjas tadi kembali dengan bala bantuan. Uang seratus ribuan yang ditinggalkan pria itu, kini terasa seperti kompas yang menunjuk ke arah utara yang penuh bahaya.

Dalam waktu kurang dari lima belas menit, Megan membereskan lapaknya. Ia tidak menjual sisa buah-buahan itu, melainkan memberikannya pada pemilik warung kopi di sebelah kosnya, meminta mereka mengambilnya sebagai ucapan terima kasih karena telah mengizinkannya tinggal sebentar. Ia tidak membawa tas besar, hanya bungkusan kecil berisi pakaian ganti seadanya, sisa uang tunai yang ia miliki, pisau lipatnya, dan alamat misterius di kaki gunung.

Ia keluar dari gang kecil itu secepat bayangan. Kota Cilimus tertidur lelap, hanya dihiasi cahaya rembulan yang redup. Megan berjalan cepat menuju pangkalan ojek yang letaknya agak tersembunyi. Hanya ada satu tukang ojek yang tampaknya masih terjaga, menyesap kopi dan merokok di bangku kayu butut.

“Pak,” panggil Megan, suaranya nyaris berbisik. “Saya butuh bantuan. Jauh. Ke Peternakan Bunga Api di kaki Gunung Salak. Sekarang.”

Tukang ojek itu, seorang pria paruh baya bernama Maman, mendongak, matanya menyipit karena kaget. “Peternakan Bunga Api? Wah, itu jauh sekali, Neng. Jalanannya sudah rusak, masuk hutan. Kenapa malam-malam begini?”

“Saya ada urusan keluarga mendesak. Bayarannya tiga kali lipat dari harga normal, Pak,” tawar Megan, segera menunjukkan uang kertas tebal yang ia simpan. Itu adalah seluruh uangnya, termasuk uang kembalian yang tidak diambil pria berjas. Ia harus menghabiskan semuanya demi keselamatan.

Maman tergiur. Uang sebesar itu adalah rezeki nomplok yang tak terduga. “Baiklah, Neng. Tapi kita harus hati-hati di jalan. Angin malam di atas dingin sekali.”

Megan mengangguk, lalu naik ke belakang motor butut Maman. Ia memegang pinggang Maman erat-erat. Sebelum motor mulai bergerak, Megan meremas kertas alamat itu hingga hancur menjadi serpihan, lalu menaburkannya ke angin. Tidak ada bukti. Tidak ada jejak yang bisa ditinggalkan.

...****************...

Perjalanan terasa seperti siksaan terberat yang pernah ia alami. Selama dua jam pertama, mereka masih melewati jalan beraspal desa yang berliku. Tetapi setelah melewati batas desa terakhir, jalanan berubah total menjadi jalur tanah berbatu dan terjal yang hanya bisa dilewati motor trail. Perut Megan mual, dan punggungnya sakit. Setiap guncangan membuatnya takut, seolah-olah guncangan itu akan merenggut janinnya dari rahim.

“Bertahan, Nak. Sebentar lagi,” bisik Megan di tengah deru mesin motor, mencoba menenangkan dirinya dan calon bayinya yang terasa begitu rentan.

Maman, meskipun terkejut dengan tujuan aneh Megan, mengemudi dengan cekatan dan profesional. Mereka terus naik, menembus lapisan kabut tebal yang menyelimuti hutan di ketinggian. Bau tanah basah dan daun-daunan kering menusuk hidungnya. Tidak ada lampu jalan, tidak ada rumah penduduk. Mereka benar-benar terisolasi dari dunia luar.

Setelah hampir empat jam perjalanan, yang terasa seperti selamanya, Maman menghentikan motornya di depan sebuah gerbang kayu besar yang tampak kuno, dikelilingi pagar kawat berduri tebal. Di atas gerbang itu, tergantung papan kayu tua dengan ukiran samar: ‘Peternakan Bunga Api: Khusus Ternak dan Kopi’.

“Ini dia, Neng. Saya antar sampai sini saja. Nanti saya balik sebelum subuh,” kata Maman, terdengar sangat lega. Dia jelas tidak suka berada di tempat terpencil ini di tengah malam.

Megan turun, kakinya gemetar dan hampir ambruk karena lelah. Ia menyerahkan sisa uangnya, memastikan Maman mendapat bayaran yang layak dan lebih dari cukup. “Terima kasih banyak, Pak Maman. Tolong jangan beritahu siapa pun bahwa Bapak mengantar saya ke sini. Katakan saja Bapak mengantar ke pasar kota terdekat.”

Maman mengangguk, mengambil uang itu, dan langsung memutar motornya, bergegas menuruni bukit. Dalam hitungan detik, suara mesinnya menghilang, meninggalkan Megan dalam keheningan yang memekakkan telinga, hanya ditemani suara jangkrik.

Megan menatap gerbang itu. Ini adalah tempat persembunyiannya. Jika Vega atau Rommy bisa menemukannya di sini, itu artinya dia memang ditakdirkan untuk tidak pernah lepas dari dunia mafia.

Dengan sisa tenaga, ia mendorong gerbang kayu yang ternyata tidak terkunci. Ia melangkah masuk ke dalam area peternakan. Di kegelapan, ia bisa melihat siluet beberapa kandang besar, dan di kejauhan, ada rumah kayu besar dengan lampu minyak yang masih menyala redup, memberikan sedikit harapan.

Megan berjalan perlahan menuju rumah itu. Langkahnya hati-hati, waspada terhadap setiap suara. Ia mengetuk pintu kayu itu dengan ragu.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya dengan rambut yang sudah memutih di pelipisnya, mengenakan kain sarung dan sweter tebal, berdiri di ambang pintu. Matanya sipit dan tajam, namun sorot matanya tampak lelah dan penuh kesedihan.

“Siapa?” tanya wanita itu, suaranya serak dan dingin, penuh curiga.

“Selamat malam, Bu. Nama saya Megan. Saya… saya mencari pekerjaan. Saya dikirim oleh seseorang,” Megan memilih kata-katanya dengan hati-hati, mencari kebenaran dalam kebohongan. Ia harus berpegangan pada cerita itu.

Wanita itu memandang Megan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tatapannya berhenti lama di wajah Megan yang tampak lelah, pucat, dan sedikit ketakutan.

“Dikirim?” Wanita itu mengangkat satu alis. “Siapa yang mengirimmu kemari? Tempat ini jauh dari mana-mana. Tidak ada yang tahu peternakan ini, kecuali orang-orang lama di sini.”

Megan menggenggam bungkusan pakaiannya erat-erat. “Seorang pria. Dia menjual pisang Ambon tadi malam. Dia memberi saya alamat ini, katanya Ibu butuh tenaga kerja untuk mengurus ternak.”

Wanita paruh baya itu terdiam. Mata tajamnya meneliti setiap detail di wajah Megan, mencari tanda-tanda kebohongan. Setelah beberapa saat hening yang terasa seperti berjam-jam, wanita itu menghela napas panjang.

“Aku tidak pernah meminta bantuan. Putriku baru saja meninggal. Aku ingin sendiri,” katanya, suaranya kini melunak, ada nada kesedihan yang mendalam yang tak bisa disembunyikan. “Tapi, aku memang tidak sanggup mengurus semua sendirian.”

Ia menunjuk ke dalam. “Masuklah. Di luar dingin sekali. Aku Ibu Rosa. Kau bisa tidur di kamar gudang belakang. Besok kita bicarakan pekerjaanmu.”

Megan merasakan gelombang kelegaan membanjiri tubuhnya. Dia berhasil. Untuk sementara, dia aman. “Terima kasih, Bu Rosa. Saya janji akan bekerja keras.”

Ibu Rosa hanya mengangguk, lalu berbalik dan berjalan ke dapur. Megan mengikuti Ibu Rosa, merasakan kehangatan rumah kayu itu setelah berjam-jam melawan dinginnya kabut malam. Ibu Rosa memberikannya secangkir teh panas dan sepotong roti kering. Megan makan dengan lahap, menyadari bahwa ia belum makan dengan benar seharian penuh.

Saat Megan hendak menuju gudang tempat tidurnya, ia melihat Ibu Rosa sedang berdiri di depan jendela, memandang ke kegelapan hutan yang diselimuti kabut.

“Kau beruntung, Nak,” kata Ibu Rosa tanpa menoleh. “Aku sudah menunggumu.”

Megan terkejut, langkahnya terhenti. “Menunggu saya, Bu? Bagaimana bisa?”

Ibu Rosa akhirnya menoleh, senyum tipis dan misterius tersungging di bibirnya yang keriput. “Pria yang memberimu alamat itu, dia sudah mengirim pesan ke sini. Tadi sore. Dia bilang, akan ada ‘Gadis Malam’ yang datang mencari perlindungan. Dia bilang, Gadis Malam itu sedang membawa ‘benih berharga’ yang harus dilindungi. Dan dia memintaku untuk merahasiakan kedatanganmu, bahkan dari diriku sendiri.”

Darah Megan seketika mengalir dingin, mematikan seluruh rasa lelahnya. Pria berjas itu? Anak buah Vega atau Rommy? Atau... seseorang yang bekerja untuknya? Dan bagaimana ia tahu soal kehamilannya? Rahasia yang ia sembunyikan rapat-rapat, bahkan dari Jose dan Wina, telah diketahui oleh dunia luar.

“Siapa… siapa dia, Bu?” tanya Megan, suaranya tercekat. Jantungnya berdebar kencang, bukan lagi karena kelelahan, tetapi karena ketakutan yang mencekam.

Ibu Rosa kembali menatap keluar jendela, ke arah kabut tebal yang kini menghapus pemandangan hutan. “Dia tidak memberitahu namanya, Nak. Tapi dia membayar sewa tempat ini untukmu selama satu tahun penuh. Katanya, itu untuk melindungi ‘Warisan Sang Xylos’ dari musuh-musuhnya.”

Warisan Sang Xylos. Nama itu, nama keluarga Vega Xylos, bos mafia paling berkuasa di dunia, membuat lutut Megan lemas. Dia telah melarikan diri dari api, hanya untuk mendarat tepat di sarang rahasia yang dibayar oleh ayahnya Axel—Vega Xylos. Pelariannya ternyata hanyalah ilusi. Dia tidak pernah lepas dari genggaman Sang Raja Mafia. Megan menyerah....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!