CINTA LAMA BELUM KELAR

Puas dengan suasana pedesaan di rumah Elin, foto dan video tentang pemandangan sudah tersimpan dengan baik, bahkan sengaja dicopy ke beberapa drive penyimpanan agar tak hilang, kini Aksara mengajak naik gunung. Mereka sengaja berangkat menjelang shubuh bersama teman Aksara lainnya, menyewa mobil menuju basecamp.

Setengah 5 pagi, mereka sampai di basecamp sholat shubuh dulu baru mendaki, rombongan ada 8 termasuk Elin dan Iswa. Iswa pikir teman Aksara laki-laki semua ternyata ada perempuannya juga. Iswa satu-satunya yang baru pertama kali mendaki, melihat golden sunset saat di gapura dia kegirangan setengah mati, ternyata banyak juga yang mendaki. Aksara menjadi korban Iswa dan Elin, lelaki manis itu menjadi fotografer adik dan temannya itu.

Keduanya pelan sekali saat jalan sampai Aksara gemas, Iswa yang baru pertama kali naik gunung tentu fokus mengambil foto dari berbagai spot, sedangkan Elin memang sejak dulu paling malas kalau diajak Aksa naik gunung, jadi keduanya klop sehingga Aksara harus menunggu keduanya dengan sangat sabar. Perjalanan yang harusnya memakan waktu 1,5 jam harus molor sampai 2,5 jam. Luar biasa, Aksara tak berani misuh atau bicara kotor, ia hanya main mata pada adik dan temannya itu agar segera kembali ke trek. Tahu gini gak diajak juga. Apalagi Elin mengajari Iswa untuk membuat vlog sampai di pos 1 sampai puncak, sampai Aksara menggelengkan kepala.

Begitu sampai puncak, Iswa tak bisa berkata-kata lagi, terlalu menganggumi, sampai bilang, "Kang Aksa kapan naik gunung lagi."

Aksara hanya mendegus kepala, kalau jalannya kayak siput dan banyak istirahatnya, Aksara malas mengajak Iswa, foto mulu. "Kang, fotoin lagi," ujar Elin yang kembali merecoki sang kakak untuk pose foto terbang di depan plakat puncak gunung. Meski kesal Aksara tetap mau.

Awalnya Elin dulu memberi contoh, kemudian diikuti Iswa, dan trakhir keduanya terbang saling berhadapan, Iswa dan Elin tertawa ngakak. Mereka satu frekuensi jadi senang saja kalau mendaki bareng. Di puncak Iswa pun memanfaatkan foto di plakat puncak, bergantian dengan Elin. Apapun momentnya harus diabadikan. Tak lupa mereka pun berfoto berdelapan dan terkahir sebelum turun, foto betiga bersama Aksa, Iswa dan Elin dengan berbagai pose. Iswa sudah klop dengan kakak beradik itu.

Gunung sudah, Iswa mengajak Elin untuk ke Jogja. "Pantai, dan wisata ekstrem air kayaknya asyik, Lin!" ujar Iswa mengajak Elin, setelah searching.

"Ajak Kang Aksa ya, buat jadi fotografer."

"Boleh deh!"

Namun ternyata Kang Aksa tak bisa, ia mulai proses tanam, penggemburan tanah dan persiapan pembibitan. Alhasil dua gadis itu berangkat ke Jogja dengan naik motor.

Elin nekad meletakkan ponselnya ke spion dan dibalut dengan selotip bening, "Siap berpetualang," teriak Elin, Iswa terlihat sangat bahagia berpetualang dengan sang sahabat, bahkan ia tak memperhitungkan uang yang dikeluarkan. Elin tahu Iswa sedang patah hati, maka dia akan menemani agar Iswa kembali ceria. Biarlah boros untuk kali ini, nanti saat liburan sudah selesai kerja keras lagi mengajar les privat.

Iswa dan Elin menuju ke area Rope Jumping. Menakutkan tapi penasaran. Makanya Iswa ingin melakukannya. "Sumpah deh, Wa!" ucap Elin ketakutan, tahu Kang Aksa mungkin dia diomeli, tapi tak apa deh, sekali-kali membuktikan doa ibu.

Iswa mendapat giliran ketiga, keduanya merinding saat melihat dua orang lain yang sudah mencoba. Tali pengait sudah menempel di badan Iswa, ia merapalkan banyak doa, dan semakin merinding saat ia mulai naik ke bahu jembatan. "Kata-kata hari ini, Mbak!" ujar Elin sebelum Iswa terjun.

"Cinta hancur, rope jumping meluncur, aaaaa!" teriak Iswa kemudian terjun, bergelantungan di atas air, suara teriakannya terdengar memekakan telinga. Mendadak Elin jadi takut, dan akhirnya Elin tak jadi ikut. Ia sudah pusing duluan melihat ketinggian. Untuk urusan dokumentasi, penyelenggara menggunakan drone dan camera 360 derajat. Jadi Iswa tak perlu pusing soal dokumentasi saat ia bergelantungan. Terlebih Elin juga sudah memotretnya sebelum terjun tadi.

"Sumpah, Lin. Rasanya selama berapa detik nyawaku kayaknya hilang," ucap Iswa masih antusias saat menceritakan pengalamannya. "Sumpah kepalaku sempat pusing, gue juga sempat teriak, ya Allah, saya cuma mencari pengalaman ya Allah."

"Parah lo emang, Wa! Terlihat banget kalau pengen move on cepet!"

"Ya elah bahas hati lagi." Keduanya menuju wahana air, banana boat dan jetski. Harganya lumayan terjangkau jadi gas sajalah.

"Kalau uang lo habis, jangan sampai jual gue loh ya, Wa!" cicit Elin saat Iswa membayar tiket masuk wahana ini. Iswa tertawa ngakak, kejauhan sekali mikirnya temannya ini.

"Senyum," ujar pihak penyelenggara hendak memotret saat Iswa dan Elin mulai menaiki banana boat bersama pengunjung lain.

Banana boat mulai ditarik, suara teriakan mulai terdengar. Sangat seru, meski takut dan harus berpegangan kuat, Iswa dan Elin bisa release emosi dengan teriakan dan bebas. Punya sahabat seperti Elin wajib dilestarikan karena diajak ke mana pun gas dan tak perlu pikir panjang. Padahal uang mereka pas-pas an juga. Cuma mereka hampir setahun sudah mengajar les, sekali doang deh spend money for having fun.

Puas dengan banana boat mereka kemudian naik jetski, menyewa sendiri-sendiri, dan bisa dipastikan keseruan dan teriakan bahagia seiring jalannya jetski, drone dari penyelenggara membantu untuk dokumentasi. Hanya 15 menit tapi memberikan kepuasan tersendiri.

Sebelum pulang Elin dan Iswa mengambil dokumentasi dan membayarnya, ada yang cetak dan ada yang file. Iswa memilih file saja.

Pulang menjelang isya, telepon dari Aksa terus berulang sejak tadi, bahkan kakak Elin itu berniat menyusul mereka namun ditolak, sampai saat ini mereka aman dan mau pulang.

Sampai rumah Elin dan Iswa langsung bersih-bersih diri tapi memasak air dulu, tak mungkin mereka mandi pakai air dingin, dan sudah disiapkan makan malam oleh ibu Elin. Iswa sampai tak enak hati, nanti saat akan pulang ia akan memberi uang terimakasih pada ibu Elin tersebut.

"Tidur, Wa!" tegur Elin saat Iswa masih sibuk dengan ponselnya. Seharian memang dia tak update status ternyata ada yang menunggun kabarnya, yakni Kaisar.

Sang mantan suami tiba-tiba chat Iswa dengan kalimat pendek, Kamu baik kan? Iswa tersenyum kecil membaca pesan itu, dan sekedar membalas dengan emoticon jempol saja. Ia masih belum berniat memperbaiki komunikasi dengan Kaisar atau Sakti, kalau mereka mengirim pesan akan dibalas dengan emoticon saja. Khawatir kalau membalas dengan kalimat singkat, malah menyinggung perasaan mereka, jadi cukup emoticon saja.

"Memang kamu sekarang menganggap aku apa sih, Kai. Sampai tanya kabarku segala, jangan PHP aku lagi, please," gumam Iswa sembari meletakkan ponselnya ke nakas. Kadang Iswa memang melihat siapa yang cek statusnya, Sakti dan Kaisar yang selalu melihat unggahannya, mungkin ingin tahu kabar Iswa saja.