NovelToon NovelToon
Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nocturnalz

Di dunia yang dipenuhi oleh para gamer kompetitif, Kenji adalah sebuah anomali. Ia memiliki satu prinsip mutlak: setiap game yang ia mulai, harus ia selesaikan, tidak peduli seberapa "ampas" game tersebut. Prinsip inilah yang membuatnya menjadi satu-satunya pemain aktif di "Realms of Oblivion", sebuah MMORPG yang telah lama ditinggalkan oleh semua orang karena bug, ketidakseimbangan, dan konten yang monoton. Selama lima tahun, ia mendedikasikan dirinya untuk menaklukkan dunia digital yang gagal itu, mempelajari setiap glitch, setiap rahasia tersembunyi, dan setiap kelemahan musuh yang ada.
Pada sebuah malam di tahun 2027, di dalam apartemennya di kota metropolitan Zenith yang gemerlap, Kenji akhirnya berhasil mengalahkan bos terakhir. Namun, alih-alih layar ending credit yang ia harapkan, s

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturnalz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Kerajinan, Rencana, dan Raungan di Kejauhan

Pagi itu, Kami tidak hanya terasa seperti benteng, tetapi juga sebuah lokakarya. Kehadiran Ryo dan Class barunya, [Teknisi Mana], telah menyuntikkan potensi yang sama sekali baru ke dalam operasi kami. Kegembiraan seorang insinyur yang menemukan kotak peralatan baru terpancar dari wajahnya saat ia menatap jendela statusnya, benar-benar tenggelam dalam deskripsi skill-nya.

"Luar biasa," gumamnya, lebih pada dirinya sendiri daripada pada kami. "Aku bisa melihat... resep. Cetak biru di kepalaku. [Analisis Komponen], [Sirkuit Mana Dasar], [Kerajinan: Lentera Mana]... Ini seperti... seperti semua teori teknikku tiba-tiba memiliki aplikasi magis."

Aku tersenyum tipis. "Selamat datang di sistem kerajinan," kataku. "Itu baru permulaan. Seiring naiknya levelmu, kau akan membuka cetak biru yang lebih kompleks."

Aku memutuskan untuk segera memanfaatkan kemampuannya. Malam di Zenith yang baru ini gelap gulita, dan mengandalkan senter dengan baterai terbatas adalah strategi jangka panjang yang buruk.

"Proyek pertama kita," aku mengumumkan, meletakkan beberapa bahan di atas meja kasir yang telah kami bersihkan. "Sebuah [Lentera Mana]."

Aku meletakkan sebuah [Kristal Mana Mentah] yang jernih, sebuah [Inti Slime], dan beberapa kabel tembaga yang kami cabut dari radio rusak. Ryo menatap bahan-bahan itu, lalu kembali ke cetak biru mentalnya. Sebuah cahaya pemahaman menyala di matanya.

"Aku mengerti! Kristal ini adalah sumber dayanya, seperti baterai. Inti Slime bertindak sebagai kapasitor dan regulator, menstabilkan aliran mana. Dan kabel tembaga... ternyata bisa menghantarkan mana, meskipun efisiensinya rendah. Aku butuh wadah."

"Anya, cari kaleng biskuit kosong atau wadah logam serupa," perintahku.

Ini adalah proyek tim pertama kami. Aku bertindak sebagai penyedia bahan langka dan 'konsultan' berkat pengetahuanku, Ryo adalah pengrajin utama, dan Anya menjadi asisten yang gesit, dengan cepat menemukan apa pun yang kami butuhkan di dalam toko.

Prosesnya sangat menarik untuk ditonton. Ryo menggunakan skill [Analisis Komponen] pada setiap bahan. Matanya melebar saat panel data yang hanya bisa ia lihat memberitahukan kepadanya tentang konduktivitas mana, kepadatan energi, dan titik kegagalan potensial. Di bawah bimbingan antarmuka sistemnya, ia mulai merakit sirkuit. Jari-jarinya, yang terbiasa dengan pekerjaan presisi, bergerak dengan cepat, menyolder kabel ke Inti Slime dengan menggunakan panas dari pemantik api dan sepotong timah.

Setelah sekitar setengah jam kerja yang terkonsentrasi, ia selesai. Di atas meja, berdiri sebuah perangkat yang tampak kasar: sebuah kaleng biskuit dengan lubang-lubang kecil yang dilubangi di sisinya. Di dalamnya, Kristal Mana melayang di tengah-tengah jalinan kabel yang terhubung ke Inti Slime.

"Aktifkan," kataku.

Ryo meletakkan tangannya di atas kaleng itu dan menyalurkan sedikit niat—sebuah proses yang kini terasa alami baginya. Kristal di dalamnya langsung bersinar terang. Cahaya biru yang jernih dan stabil memancar keluar melalui lubang-lubang, menerangi seluruh toko dengan cahaya yang lebih terang dari semua lampu darurat yang ada. Cahaya itu terasa bersih dan hangat, dan entah kenapa, menenangkan.

[Anda telah berhasil membuat: Lentera Mana (Kasar) x1]

Jenis: Alat

Efek: Menghasilkan cahaya dalam radius 10 meter. Sedikit mengusir monster tipe Bayangan tingkat rendah.

Sumber Daya: Mengkonsumsi Mana dari Kristal secara perlahan.

Kami berhasil. Kami telah mengubah sihir mentah dan sampah teknologi menjadi alat yang berguna. Ini adalah lompatan besar dari sekadar bertahan hidup. Kami sekarang mulai membentuk dunia di sekitar kami.

Dengan sumber cahaya yang stabil, semangat kami terangkat. Sekarang saatnya merencanakan langkah selanjutnya.

"Perburuan kita kemarin bagus," aku memulai, mengumpulkan mereka berdua. "Tapi equipment kita masih sampah. Aku menggunakan kapak Uncommon, tapi kalian berdua masih memakai senjata Common. Di dunia ini, equipment adalah segalanya. Kita harus meningkatkannya."

Aku menjelaskan kepada mereka konsep tingkatan equipment—Common, Uncommon, Rare, dan seterusnya. Tujuan jangka pendek kami adalah melengkapi semua orang dengan setidaknya equipment tingkat Uncommon.

"Untuk melakukan itu, kita perlu berburu monster yang lebih spesifik," lanjutku, pikiranku sudah memindai bestiarium "Realms of Oblivion". "Monster yang menjatuhkan material kerajinan yang bagus, seperti kulit yang keras atau lempengan logam."

Aku memikirkan sebuah target. "Sekitar satu kilometer dari sini, ada area bekas rongsokan mobil. Di dalam game, tempat seperti itu adalah habitat [Scrap Golem]. Monster lambat tapi sangat tangguh yang terbuat dari logam rongsokan. Mengalahkan mereka akan memberi kita material untuk membuat zirah yang lebih baik bagi Ryo dan mungkin senjata baru untukku."

"Bagaimana denganku?" tanya Anya.

Aku menatapnya. Kapak api itu memang berguna, tapi itu bukan senjata yang ideal untuk seorang Scout. Ia harus berada di garis depan untuk menggunakannya, yang berbahaya. "Kau butuh senjata jarak jauh," katakan padanya. "Sebuah busur. Itu akan membuatmu bisa menyerang dari jarak aman, memanfaatkan kelincahanmu untuk menjaga jarak."

Mata Anya berbinar. Ide untuk bisa berkontribusi dalam pertarungan tanpa harus berada tepat di sebelah monster yang mengerikan jelas menarik baginya.

"Ryo," aku menoleh padanya. "Periksa cetak birumu. Apa kau punya resep untuk busur?"

Ryo berkonsentrasi sejenak. "Ada," katanya. "[Busur Pendek Darurat]. Tapi... bahannya butuh [Kayu Lentur] dan [Urat Keras]. Aku tidak tahu di mana menemukan 'urat'."

Aku tahu. [Urat Keras] adalah loot umum dari monster tipe binatang yang lebih besar dan lebih kuat daripada Shadow Hound. "Aku tahu monster mana yang menjatuhkannya. Tapi mereka berada di arah yang berlawanan dari tempat rongsokan. Kita harus memilih prioritas."

Saat kami sedang berdiskusi, merencanakan ekspedisi kami berikutnya, sebuah suara menginterupsi kami.

RRRROOOOAAAAARRRR!!!

Itu bukan raungan monster biasa. Itu adalah sebuah getaran yang dalam dan kuat yang mengguncang seluruh toko. Kaleng-kaleng di rak bergetar, dan debu berjatuhan dari langit-langit. Suara itu dipenuhi dengan kekuatan mentah dan amarah yang luar biasa, begitu keras hingga membuat telingaku berdenging.

Anya langsung merunduk, telinganya merapat ke kepalanya, wajahnya pucat pasi. Ryo tersandung mundur dan jatuh, matanya dipenuhi teror murni. Bahkan aku, dengan semua statistikku, merasakan firasat buruk yang menusuk tulang.

"Apa... itu?" bisik Ryo.

Aku bergegas ke barikade di pintu depan, mengintip melalui celah sempit. Jantungku terasa seperti berhenti berdetak.

Di tengah jalan, sekitar seratus meter dari kami, berdiri sesosok raksasa. Tingginya setidaknya lima meter, dengan tubuh kekar yang tidak proporsional, kulit tebal berwarna abu-abu kehijauan, dan wajah bodoh yang buas. Ia hanya mengenakan cawat compang-camping dan membawa sebatang tiang lampu jalan yang telah dicabut sebagai gada raksasa. Setiap langkahnya membuat aspal retak.

Itu adalah Ogre.

Aku langsung menggunakan [Observer's Eye], berharap mendapatkan informasi.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Nama: Urban Ogre

Level: 12

HP: 1500/1500

Skill: [Brutal Smash], [Deafening Roar], [Regenerasi (Lambat)]

Kelemahan: ???

Deskripsi: Raksasa bodoh namun sangat kuat yang telah beradaptasi dengan lingkungan perkotaan. Menganggap semua yang lebih kecil darinya sebagai makanan atau mainan.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Level 12. Dan yang lebih buruk lagi... [Kelemahan: ???]. Skill [Observer's Eye]-ku tidak cukup tinggi untuk menganalisis monster dengan perbedaan level yang begitu jauh. Keuntungan terbesarku—pengetahuan—baru saja lenyap. Aku tidak tahu cara efektif untuk melukainya.

Ogre itu tidak hanya berjalan-jalan. Ia sedang mengamuk. Aku melihat kilatan gerakan di sekitarnya—beberapa sosok manusia. Para Pemain. Ada sekitar lima dari mereka, mengenakan zirah kulit dan logam darurat, menyerang Ogre itu dengan pedang dan sihir api tingkat rendah.

Aku sedang menyaksikan sebuah raid yang gagal. Ini pasti kelompok dari forum, para pemula yang terlalu percaya diri.

Serangan mereka nyaris tidak berarti. Sebuah bola api kecil hanya menghanguskan kulit tebal si Ogre, dan tebasan pedang hanya meninggalkan goresan dangkal yang perlahan-lahan mulai menutup berkat skill [Regenerasi].

Ogre itu meraung lagi, kali ini karena kesal. Ia mengayunkan gada tiang lampunya dalam busur yang lebar. [Brutal Smash]. Dua pemain tidak sempat menghindar. Mereka terlempar seperti boneka kain, tubuh mereka hancur saat menabrak dinding bangunan. Mereka lenyap dalam kilatan cahaya, menandakan kematian permanen.

Para pemain yang tersisa menjerit ngeri dan mencoba melarikan diri. Tapi Ogre itu sekarang telah menandai mereka. Ia mengejar seorang gadis penyihir yang tersandung dan jatuh. Ia mengangkat gadanya tinggi-tinggi, siap untuk menghancurkannya menjadi pasta.

Aku berdiri membeku di balik barikade, pikiranku berpacu lebih cepat dari sebelumnya.

Logika gamer-ku berteriak: TETAP BERSEMBUNYI! Monster itu Level 12. Aku Level 5. Perbedaan tujuh level adalah jurang yang tak terjembatani dalam game mana pun. Terlibat adalah bunuh diri. Kami aman di sini. Ini bukan pertarungan kami.

Tetapi, suara lain di kepalaku berbisik. Suara seorang pemimpin. Suara seorang manusia.

Gadis itu akan mati. Tepat di depan mataku. Aku mungkin tidak tahu kelemahannya, tapi aku punya [Void Pulse] yang kuat dan otak yang terbiasa menganalisis pola serangan. Mungkinkah? Mungkinkah aku bisa membuat perbedaan? Jika aku bisa mendaratkan pukulan terakhir, EXP dari monster Level 12 akan sangat besar...

Pikiran serakah itu sama berbahayanya dengan Ogre itu sendiri.

"Kenji-san...?" Suara Anya terdengar di belakangku, penuh ketakutan. Ia dan Ryo menatapku, menunggu keputusanku. Mereka tidak akan mempertanyakannya. Jika aku bilang kita bersembunyi, kita akan bersembunyi. Jika aku bilang kita bertarung... mereka akan mengikutiku menuju kematian yang nyaris pasti.

Di luar, Ogre itu meraung penuh kemenangan, gadanya mulai turun. Gadis penyihir di bawahnya hanya bisa menutup matanya, pasrah.

Aku punya waktu kurang dari satu detik untuk memutuskan.

Menjadi seorang pemain solo yang logis dan bertahan hidup? Atau menjadi seorang pemimpin yang berisiko dan menjadi pahlawan?

Dunia baru ini terus memaksaku untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah kutemukan di dalam game. Dan kali ini, jawabannya akan menentukan tidak hanya nasibku, tetapi juga nasib orang asing yang sekarat di ujung jalan.

1
Babymouse M
Uppppp🔥
Mamimi Samejima
Gak pernah kepikiran plot twist-nya seunik ini! 🤯
Shishio Makoto
Cepat update, jangan biarkan kami menunggu terlalu lama!
Nocturnalz: terimakasih dukungannya, saya usahakan untuk update secepatnya
🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!