Alleta, seorang gadis penurut yang kepolosannya dimanfaatkan oleh sang kakak dan ibu tirinya.
Di malam sunyi itu, sebuah pil tidur seketika mengubah kehidupannya 90 derajat.
Ia terpaksa harus dinikahi oleh seorang pria yang terjebak bersamanya, pria yang sama sekali tak pernah ada dalam tipe suami yang dia idamankan, karena tempramennya yang terkenal sangat buruk.
Namun, pria sekaligus suami yang selama ini selalu direndahkan oleh warga desa dan dicap sebagai warga termiskin di desa itu, ternyata adalah seseorang yang statusnya bahkan tak pantas untuk dibayangkan oleh mereka yang memiliki status sosial menengah ke bawah.
Alfarezi Rahartama, pria luar biasa yang hanya kekurangan izin untuk mengungkap identitas dirinya.
Bagaimanakah reaksi keluarga Alleta setelah tahu siapa sosok menantu yang mereka remehkan itu?
Dan lalu bagaimanakah reaksi Alleta sendiri apabila dia tahu bahwa pria yang menikahinya adalah tuan muda yang disegani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marnii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Dara
Keesokan paginya, Alfarez telah siap dengan koper yang sama seperti halnya kemarin, kini tak perlu banyak berpikir, ia siap terbang ke luar negeri demi menjalani studi lanjutan.
3 tahun kemudian setelah ia pulang, tidak akan ada lagi yang berani meremehkannya, ia akan hidup seperti apa yang dia mau, tidak akan ada lagi yang mampu mengaturnya, termasuk Esson, ayahnya sendiri.
"Belajarlah dengan baik di sana, demi masa depanmu dan Golden Everdawn.
Saat pulang nanti, buat perubahan besar versi dirimu sendiri, jangan kecewakan ibumu.
"Tenang saja, Aku tak sepertimu, Pa. Bahkan setelah Mama pergi, aku tak pernah mengecewakannya dengan mengganti posisinya dengan orang lain," jawab Alfarez ketus sembari melirik sinis pada Aleena.
Wanita paruh baya itu tampak tak berani protes dengan sikap putra tirinya itu.
Sementara Esson, sebagai seorang ayah serta suami, jujur ia juga merasa bersalah, jika tahu akan jadi seperti ini, mungkin ia akan memilih untuk tidak menikah lagi dan terus menduda seumur hidupnya.
"Jaga dirimu di sana, butuh bantuan apa pun, segera hubungi Papa."
Alfarez tak menjawab, ia terus melangkah keluar dari rumah dan diantar ke bandara oleh sopir pribadi ayahnya.
Entah apa yang akan terjadi pada kota ini setelah ia kembali nanti, waktu 3 tahun mungkin singkat bagi orang-orang, tapi baginya itu bisa terasa seribu tahun lamanya.
Beberapa saat ketika masih dalam perjalanan, mendadak turun hujan, perkiraan cuaca hari ini kembali terjadi kesalahan.
"Mau singgah dulu atau lanjut terus, Tuan Muda?" tanya sang sopir.
Alfarez melirik jam yang melingkar di tangannya, sudah tidak ada waktu lagi untuk berhenti. "Lanjutkan," ucapnya sembari bersandar dan memejamkan mata.
Namun, beberapa menit setelah itu, tiba-tiba mobil direm mendadak, Alfarez membuka matanya dengan alis berkerut kesal.
"Apa seperti ini caramu mengemudi?" gerutunya.
"Maaf, Tuan Muda, di depan tiba-tiba ada orang yang menyeberang tanpa melihat lampu hijau, jika saya tidak berhenti dan malah menabraknya, saya rasa urusannya akan semakin panjang."
Alfarez mendengus kesal, bisa-bisanya pria itu menjawab ocehannya.
"Aduh, sakit!"
Gadis yang hampir dilindas mobil itu pun mencoba untuk bangun, ia terpeleset saat terkejut menyadari ada sebuah mobil yang hampir menabraknya.
"Bisa hati-hati tidak? Mentang-mentang punya mobil begini seenaknya mau nabrak orang." Gadis itu memukul mobil tersebut dengan wajah marah.
"Ini orang, dia yang salah, malah melampiaskannya pada orang lain," gerutu sopir tersebut.
"Maaf, Tuan Muda, biar saya urus dulu dia."
"Lupakan! Tinggalkan saja," titahnya tanpa melepaskan pandangan dari wajah yang sangat tidak asing itu.
Alleta, gadis yang ia nikahi kemarin, kini tampak basah kuyup diguyur hujan.
" dasar gadis bodoh, dengan modal seperti itu berharap bisa mengubah hidup menjadi lebih baik? Ck, tanpa bantuanku, kau bisa bertahan berapa lama di sini?" batin Alfarez tanpa mengalihkan pandangannya pada Alleta yang kini jaraknya semakin jauh.
Wanita itu hanya bisa menatap kesal pada mobil yang hampir saja membuatnya berpindah alam.
Karena hujan semakin deras, Alleta berlari menuju ke terminal bus.
"Huh, apa yang terjadi? Mendadak hujan begini, bagaimana aku bisa mencari pekerjaan?" gerutunya sembari mencoba menepis air yang menyerap di pakaiannya.
Tak lama setelah ia berteduh di sana, sebuah mobil bergerak dan menepi di dekatnya, kaca mobil terbuka sedikit, seorang wanita berteriak, "Alleta, ayo cepat masuk!"
Alleta mengernyit sembari menunduk untuk melihat siapa wanita di dalam sana, setelah ia dapat mengenali wajah tersebut, Alleta pun bergegas lari dan masuk ke mobilnya.
"Ish, dasar kamu, ya!" Tepat ketika Alleta masuk, wanita itu mencubit lengannya dengan kesal.
"Dara, sakit, apa yang kamu lakukan?" Alleta mengaduh kesakitan sembari mengusap tangannya yang memerah.
"Itu hukuman buat kamu yang berani bersembunyi dariku, jika bukan karena aku mengenalimu, apakah kau tidak akan menghubungiku selamanya?" kesal Dara, sahabat baik Alleta sejak kuliah dulu.
Alleta tersenyum dan membelai tangan Dara. "Dara sayang, maafkan aku, aku baru tiba kemarin, setelah membuat surat lamaran pekerjaan, aku langsung tertidur, dan lalu lupa untuk menghubungimu. Maaf, ya." Alleta memasang wajah meminta dikasihani sambil senyum-senyum sendiri.
"Ayolah, aku sangat tulus meminta maaf padamu," lanjutnya sambil memeluk tangan Dara.
"Baiklah, karena kamu memberikan ketulusanmu, kali ini aku maafkan, tapi jika masih ada lain kali, aku tak akan memedulikanmu lagi," jawab Dara ketus, dan lalu tersenyum pada akhirnya.
"Terimakasih, Daraku memang yang paling baik di dunia ini." Alleta semakin bergelayutan di tangan Dara.
"Berhenti kekanakan, sekarang kamu mau kuantar ke mana?"
Alleta melepaskan diri dan berkata, "Bisakah minta tolong antarkan aku pulang ke kos? Cuaca seperti ini tak memungkinkan untuk melamar pekerjaan."
"Baiklah, kos yang lama, 'kan?"
Alleta mengangguk dengan cepat.
Dara menginjak pedal gas dan melaju menembus hujan yang semakin deras mengguyur perjalanan mereka.
Setelah tiba di tempat tujuan, Dara mengikuti Alleta masuk, sekalian untuk numpang berteduh, jika dipaksakan untuk berkendara, ia takut akan lepas kendali di tengah hujan.
"Alleta, ngomong-ngomong, kamu lagi butuh pekerjaan, ya?" tanya Dara ketika Alleta sedang mengganti pakaiannya.
"Hmm, begitulah, setelah lulus kuliah, aku tak mungkin menganggur, 'kan?
"Kau butuh pekerjaan seperti apa?" Dara bertanya lagi
"Apa sajalah, pekerjaan apa pun itu, setidaknya lebih baik dari pada menganggur," jawab Alleta sembari melangkah gontai untuk menyiapkan teh hangat untuk sahabat baiknya itu.
"Kalau begitu pas sekali, di tempatku ada banyak sekali lowongan pekerjaan, kau tidak ingin mencobanya?"
Alleta seketika menoleh pada Dara yang saat ini tersenyum penuh arti, sekaligus sedikit centil.
"Maksudmu, pekerjaan seperti apa?" Alleta bertanya untuk memastikan.
"Kerja sebagai OB. Haha." Dara tertawa dan Alleta mendengus kesal.
"Kupikir kau akan mengajakku untuk bekerja seperti dirimu." Alleta tersenyum lebar, tetapi tidak dengan Dara yang saat ini tiba-tiba menatap tajam pada sahabatnya itu.
"Gila saja, bahkan sampai aku mati pun aku tak akan membiarkanmu melakukan pekerjaan seperti itu."
"Kenapa? Bukankah wajah dan tubuhku juga mendukung untuk pekerjaan itu?"
Pekerjaan yang dimaksud Alleta adalah seorang penghibur, atau bisa disebut sebagai wanita malam yang sewaktu-waktu akan melayani pria yang telah membokingnya.
Pekerjaan itu, adalah pekerjaan yang sedang dijalani oleh Dara sejak lulus sekolah menengah atas, biaya kuliahnya juga ia dapatkan dari pekerjaan itu.
"Alleta, jangan bermain-main tentang itu, sekali kau terjerumus, kau tak akan bisa bangkit lagi," ucap Dara sungguh-sungguh, ia benar-benar tak bisa membiarkan Alleta mengikuti jejaknya yang hina itu, cukup dirinya saja yang menjalani pekerjaan yang berlumur dosa, asal jangan Alleta, wanita itu terlalu polos untuk bersaing dengan wanita-wanita penghibur di luar sana.
Sejatinya, Dara adalah wanita yang baik, keadaanlah yang membuatnya mengambil jalan pintas dan berkecimpung dengan pekerjaan yang bahkan sangat dianggap hina oleh orang-orang sekitar.
Selain baik, sikap yang melindungi dan mengayomi adalah sesuatu yang sangat disukai Alleta dari diri Dara, Dara selalu berusaha menjaganya dari pergaulan buruk, wanita itu juga tak pernah membiarkan Dara berpikir untuk mengikuti jejaknya.
Setiap kali Alleta bercanda tentang hal itu, setiap itu pula Dara akan terlihat sangat marah, bahkan sekedar untuk bercanda tentang hal itu pun Alleta tak diperbolehkan.
Alleta selalu bersyukur pada Tuhan yang telah mengirim Dara ke sisinya, menjadi sosok sahabat yang melindunginya, dan tak pernah menghakimi kesalahan yang ia lakukan baik sengaja atau pun tidak.
"Aku tidak akan menjadi temanmu lagi jika kau berani memasuki dunia gelap itu," lanjut Dara dengan mata penuh arti dari kesungguhannya memperingatkan Alleta.
Hai, terimakasih sudah membaca!
Jangan lupa tinggalkan saran-saran kalian di kolom komentar ya!
Saya Author Marnii, suka Durian dan Mangga, serta suka menulis tentunya. Buat kalian yang sudah bersedia mampir dan memberikan dukungan, semoga sehat selalu, diperlancar rezekinya.
Kapan-kapan aku sapa lagi ya, udah terlalu panjang soalnya /Scowl/