NovelToon NovelToon
Menikah Karena Fitnah

Menikah Karena Fitnah

Status: tamat
Genre:CEO / Pernikahan Kilat / Identitas Tersembunyi / Romansa / Tamat
Popularitas:828.3k
Nilai: 4
Nama Author: Kopii Hitam

Niat hati hanya ingin menolong seorang pria yang baru saja mengalami kecelakaan motor tunggal di jalanan, namun keadaan itu malah dimanfaatkan oleh seorang wanita yang tidak bertanggung jawab.

Alana dipaksa menikah hari itu juga oleh segerombolan orang-orang yang menangkap basah dirinya bersama seorang pria di sebuah kontrakan. Alana tidak dapat membela diri karena seorang wanita berhasil memprovokasi massa yang sudah berdatangan.

Bagaimanakah cara Alana menghadapi situasi ini?
Bisakah dia mengelak atau malah terpaksa menikah dengan pria itu? Pria yang tidak dia kenal sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35.

Malam semakin larut, Alana terus saja berjalan seiring gemuruh yang tak henti menyambar. Hujan pun mulai turun membasahi sekujur tubuh gadis itu, tapi langkahnya tidak kunjung berhenti.

Alana memeluk tubuhnya erat, air matanya membaur dengan tetesan hujan yang semakin deras menghantam tubuhnya. Entah kemana dia akan pergi, dia sendiri tidak tau.

Tidak ada teman yang bisa dia datangi, apalagi keluarga. Alana tidak mempunyai tempat untuk mengadu, rasanya kematian akan lebih baik dari pada harus melanjutkan hidup yang tidak adil ini.

Saat melintas di persimpangan, mata Alana tiba-tiba terbuka lebar, sorot lampu sebuah mobil membuat pandangannya menggelap hingga tanpa diduga kecelakaan itu tak dapat dielakkan.

Braak...

Alana menjerit kencang, tubuhnya terpental sejauh beberapa meter hingga akhirnya tergeletak di aspal dengan luka yang cukup serius di bagian kaki dan kepala.

Melihat Alana yang sudah tidak berdaya, mobil yang baru saja menabraknya langsung tancap gas meninggalkan TKP.

Alana kejang-kejang seorang diri, tidak ada satupun manusia yang datang membantunya. Ya, cuaca sangat buruk, tidak ada seorangpun yang melewati jalan itu, bahkan mobil saja tidak nampak.

Alana bergumam menyebut nama ibu dan ayahnya, dia sempat tersenyum, mungkin sudah waktunya mereka bertiga berkumpul kembali seperti dulu.

Tidak lama, Alana pun hilang kesadaran, kelopak matanya tertutup perlahan.

Sekitar sepuluh menit kemudian, sebuah mobil berhenti tepat di dekat tubuh Alana. Saat pintu mobil itu terbuka, seorang pria turun dengan sepatu kulit hitam dan mengenakan setelan jas berwarna latte.

Awalnya wajah pria itu nampak sangat tenang, namun setelah mendekat, matanya terbelalak mematut muka Alana. Ya, pria itu mengenal Alana dengan sangat baik.

"Al... Alana..."

Pria itu berjongkok dan mencoba membangunkan Alana dengan cara menepuk-nepuk pipinya perlahan, akan tetapi gadis itu tidak merespon sama sekali. Tubuhnya sangat kaku dan dingin, mungkin karena terlalu lama bermandikan hujan, apalagi dia belum sempat makan malam.

Manik mata pria itu mengerling, dia cepat-cepat mengangkat tubuh Alana setelah menyadari ada luka di bagian kepala dan kaki gadis itu, dia juga melihat darah menggenang di bagian kaki Alana.

Setelah menidurkan Alana di bangku belakang, pria itu langsung masuk ke mobil dan melajukan kendaraan itu menuju rumah sakit.

Di apartemen, Azzam tidak sengaja menyenggol tas yang tadi siang dipakai Alana saat ke kantor. Karena resleting tas itu terbuka, semua barang yang ada di dalamnya berserakan di lantai.

Azzam mengerutkan kening, dia lantas berjongkok dan mengumpulkan semua isi tas yang berserakan. Mata Azzam sontak melebar melihat semua barang pemberiannya ada di sana, termasuk kartu apartemen dan ATM.

Azzam menghela nafas berat dan membuangnya kasar. Apa itu artinya Alana tidak akan kembali? Bagaimana cara Alana masuk ke apartemen itu jika kartu aksesnya saja ketinggalan?

Lalu bagaimana nasib Alana di luar sana? Dia bahkan tidak membawa uang sepeserpun. Azzam mengusap dada yang mendadak ngilu dan sesak, dia tidak pernah berpikir sejauh itu.

Azzam kembali menaruh semuanya di lantai, dia pun langsung berhamburan dari kamar dan menyambar kunci mobil. Langkahnya seperti kilat saat meninggalkan apartemen itu.

Menyesal?

Ya, agaknya Azzam sangat menyesal telah membiarkan Alana pergi tanpa melihat ke arahnya sedikitpun. Azzam pikir Alana hanya butuh waktu untuk mencari udara segar setelah semua yang terjadi diantara mereka.

Mana Azzam tau kalau Alana akan pergi dengan cara seperti ini, lagian bukan ini yang dia inginkan.

Setelah menaiki mobil miliknya, Azzam melajukan kendaraan itu dengan kecepatan tinggi. Meski tangannya fokus pada stir, namun matanya tak henti menoleh ke kiri dan ke kanan untuk melacak keberadaan istrinya.

Sayang usaha Azzam tidak membuahkan hasil sama sekali, lalu mobilnya berhenti tepat di lokasi Alana mengalami kecelakaan tadi.

Ya, karena hujan sudah berhenti, beberapa warga sekitar nampak berkumpul setelah salah seorang dari mereka menemukan bekas darah yang menempel di aspal, bahkan wanita itu menemukan sebuah ponsel genggam keluaran lama di sana.

Azzam turun dari mobil, karena penasaran dia pun menghampiri orang-orang tersebut. "Ada apa, Pak, Buk?"

"Tidak tau, tiba-tiba ada darah yang menggenang di aspal, ibu ini juga menemukan sebuah ponsel. Mungkin ada yang tertabrak saat hujan tadi." jawab salah seorang bapak-bapak.

Deg...

Azzam sangat terkejut, jantungnya berdegup kencang secepat kilat. Matanya menyipit kala menangkap penampakan ponsel yang ada di genggaman ibu itu.

"Coba lihat!" Azzam mengulurkan tangannya, ibu itu menaruh ponsel yang ada di genggamannya di telapak tangan Azzam.

Duarr...

Bukan kilat lagi, tapi dada Azzam seakan disambar petir saat menilik ponsel yang ada di tangannya itu, ponsel yang sama dengan yang dimiliki istrinya.

Kaki Azzam mendadak lemah, dia terhenyak di trotoar sembari menatap lekat ponsel itu. Tangan Azzam gemetaran, dia menyalakannya dan-

Azzam meremas dadanya kuat. Terasa sangat ngilu, bahkan untuk bernafas saja rasanya sangat sulit.

"Alana, maafkan aku sayang." lirih Azzam menitikkan air mata, dia pun langsung berdiri dan masuk ke mobil.

Jika itu memang Alana, otomatis dia sudah dibawa ke rumah sakit. Azzam pun menginjak pedal gas dan melaju kencang meninggalkan tempat itu.

"Loh, ada apa dengan pria itu?"

"Aneh,"

"Iya, kenapa main kabur begitu saja?"

"Ponselnya juga dibawa."

Suara keributan pun tak dapat dielakkan sesaat setelah kepergian Azzam.

Di jalan lain, Azzam memutar stir mobil ke arah rumah sakit yang menurutnya paling dekat dari TKP. Setelah memarkirkan kendaraan, dia lantas berhamburan memasuki gedung itu.

Sayang Azzam harus menelan kekecewaan setelah menanyakan tentang pasien korban kecelakaan yang baru saja terjadi.

Perawat mengatakan tidak ada pasien yang masuk untuk malam ini.

Azzam termundur ke belakang, kakinya bergetar hebat sehingga sulit baginya untuk berdiri menopang tubuhnya.

Meskipun begitu, Azzam tidak mau menyerah sampai di sini. Dia kembali berlari menuju mobil, dia harus memeriksa rumah sakit lain untuk memastikan keadaan istrinya.

Sayang, kali ini Azzam harus kembali menelan kekecewaan. Perawat yang berjaga juga mengatakan hal yang sama dengan perawat di rumah sakit sebelumnya.

Azzam mengusap wajah kasar. Kemana lagi dia harus mencari Alana? Tidak ada lagi rumah sakit yang lebih dekat dari pada itu.

Sembari menatap ponsel Alana yang masih dia genggam, Azzam duduk di trotoar dekat gerbang rumah sakit. Dia menitikkan air mata, menyesal telah membiarkan Alana keluar dari apartemen seorang diri.

"Al, kamu dimana sih?" batin Azzam dengan wajah gusar, dia benar-benar menyesal menuruti ego yang kini menghancurkan dirinya sendiri.

Azzam hendak membanting ponsel itu, tangannya sudah bergerak di udara tapi tiba-tiba gawai itu berbunyi menandakan ada notifikasi pesan masuk.

Azzam urung membanting ponsel itu lalu menurunkan tangannya. Karena penasaran, dia pun menyalakannya dan membuka pesan yang baru saja masuk.

"Alana, ini Ibu, besok temui Ibu ya Nak. Ibu ingin bicara, sudah saatnya kamu tau apa yang terjadi sebenarnya, Ibu harap kamu mau datang."

Azzam tersenyum miring setelah membaca pesan itu lalu menonaktifkannya, dia bisa menebak bahwa pesan itu dari Erni. Meski ada Alana sekalipun, Azzam tidak akan mengizinkan istrinya bertemu dengan wanita itu, wanita yang sangat dia benci, bahkan karena dia Azzam menjadi seperti ini.

1
Omah Tien
paling malas lihat cewe nya g tau diri so
oma lina katarina
nah gitu dong
oma lina katarina
kurang apa si Azzam, ganteng,, mapan , Alanna nya ga tau diri ,,jadi kesel sendiri
oma lina katarina
belagu Alanna nya kadang bikin sebel , jadi bukan kasian ,, sok, ga tau diri dah di sayang banyak tingkah
Diah Anggraini
azzam semangat donk.. kalo azzam nyerah saya sedih nih bacanya
Yosef Sudin
putar keliling cari terus alur ceritanya, belum ada tujuan yang jelas
Nelviati 17
kok kek gini outhor buat cerita nya dari salah paham trus emosi jg lama2 bacanya
Nelviati 17
kok kem gitu alana kurang suka ah sifatnya sama Azzam
I'iss Bundanya Queisha
outhor nya pasti agak rada2,GK masuk akal bget ceritanya,
Atika1234 Atika
capek bacanya
Yunik Yuliatin
Sungguh membagongkan...😃😃
Heintje Anumpitan
azzam nya yg bego,,,,
Bu Zahwawe
cerita ini sebenernya mau d bawa kemana,, muter"
Yuli Yuli
cm sgtu kurang seru
Yuli Yuli
akhirnyaaaa....
Yuli Yuli
bonusnya cm dikit
Yuli Yuli
trus g dlanjut lg tu cerita azzam
Yuli Yuli
pengen sembuh kok mlah tinggal didesa, trus gmn terapinya
Yuli Yuli
yg sbar azzam
Yuli Yuli
bkin mewek tp g jelas" ujungnya smpe kmn" kok akhire muter LG kstu🙄🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!