NovelToon NovelToon
Menuju Tenggara

Menuju Tenggara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Karir / Persahabatan / Cinta Murni / Bad Boy
Popularitas:20k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Ganesha percaya Tenggara adalah takdir hidupnya. Meski teman-temannya kerap kali mengatakan kepada dirinya untuk sebaiknya menyerah saja, si gadis bersurai legam itu masih tetap teguh dengan pendiriannya untuk mempertahankan cintanya kepada Tenggara. Meski sebetulnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa dia hanya jatuh cinta sendirian.

"Sembilan tahun mah belum apa-apa, gue bisa menunggu dia bahkan seribu tahun lagi." Sebuah statement yang pada akhirnya membuat Ganesha diberikan nama panjang 'Ganesha Tolol Mirella' oleh sang sahabat tercinta.

Kemudian di penghujung hari ketika lelah perlahan singgah di hati, Ganesha mulai ikut bertanya-tanya. Benarkah Tenggara adalah takdir hidupnya? Atau dia hanya sedang menyia-nyiakan masa muda untuk seseorang yang bahkan tidak akan pernah menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 13

Kenapa Ganesha tidak pernah suka dengan segala gimmick percintaan yang selalu dia coba suguhkan di depan para penggemar?

Untuk beberapa waktu, pertanyaan itu selalu memenuhi kepala Tenggara meski ujung-ujungnya tidak pernah mau dia tanyakan secara langsung kepada gadis itu. Dia mungkin tidak siap untuk menerima jawabannya. Atau bisa jadi karena... dia memang tidak cukup peduli pada Ganesha.

Mungkin karena kadung meletakkan Zaloria di atas segalanya, Tenggara menjadi buta pada hal-hal yang lainnya.

Malam ini, untuk pertama kalinya, Tenggara menemukan sedikit titik terang perihal kenapa apa yang dia inginkan selalu bertentangan dengan Ganesha.

Kalau Tenggara benar dalam menghitung, tempo hari ketika anniversary itu dilangsungkan, hubungan kerja mereka sudah terjalin selama genap tiga tahun.

Dia pikir, dalam kurun waktu itu, sudah cukup banyak yang dia pahami tentang Ganesha. Terlebih lagi, enam tahun sebelum itu, mereka sudah lebih dulu berteman. Banyak yang sudah terjadi di antara mereka, dan dari banyaknya itu, Tenggara tidak pernah berpikir bahwa Ganesha... menyukai dirinya.

Bukan sebagai seorang partner kerja, tetapi benar-benar sebagai seorang pria yang dua temui dari masa sembilan tahun silam.

Selama perjalanan pulang dari Red Devil, Tenggara harus bekerja keras membagi konsentrasi untuk menyetir. Sebab, bibir tipis Ganesha terus-menerus mengeluarkan racauan yang, bagi Tenggara butuh waktu cukup banyak untuk bisa menangkap apa maksudnya.

Dia bahkan sempat berhenti, menepikan mobil di pinggir jalan ketika Ganesha tiba-tiba saja menangis sesenggukan dalam keadaan setengah sadar.

Dan pada momen itu, sesuatu yang tidak pernah terbayangkan pun terjadi.

Mungkin karena terlalu terbawa suasana. Mungkin karena tidak tega melihat Ganesha yang menangis sesenggukan untuk seseorang yang tidak peka seperti dirinya. Mungkin, juga karena dia mulai termakan oleh pernyataan cinta dari gadis kecil yang, di matanya, tidak pernah berubah dari waktu ke waktu.

Entah apa penyebab pastinya. Tetapi di momen ketika dia menyentuh bibir tipis Ganesha untuk pertama kalinya, Tenggara tahu—hari-hari yang akan mereka lalui setelahnya tidak akan pernah sama lagi.

Sekarang, di atas kasur yang seprainya baru diganti menjadi warna biru tua dengan motif luar angkasa, tubuh kecil itu dia rebahkan. Tangisnya sudah reda sejak satu jam  sebelum ini. Gadis itu tidak lagi merengek. Bibirnya juga tidak lagi meracau hebat, seolah itu adalah kesempatan terkahir untuk bisa mencurahkan segala isi hati yang selama ini dia pendam seorang diri.

Sekarang, gadis itu tidur lelap. Meringkuk nyaman di balik gelungan selimut abu-abu tua yang sore tadi baru Tenggara semprot dengan parfum favoritnya.

"Sembilan tahun agaknya terlalu berlebihan," gumamnya. Mencoba memutar kembali memori tentang mereka selama sembilan tahun saling mengenal.

Dan setelah dia pikir-pikir, Ganesha ternyata tahu lebih banyak hal tentang dirinya. Gadis itu tahu bagaimana Tenggara menjalani hidup selama ini. Tahu bagaimana hancurnya Tenggara ketika Mami pergi meninggalkan dia seorang diri. Ganesha juga menjadi saksi betapa hampir gilanya Tenggara ketika Rene, tunangannya, memutuskan hubungan secara sepihak demi laki-laki lain.

Sementara Tenggara, dia tidak tahu apa.

Dia tidak tahu bagaimana caranya Ganesha bertahan setelah kedua orang tuanya bercerai. Dia tidak tahu siapa, dan ada di mana, abang yang sering Ganesha sebut setiap kali ada kesempatan. Yang lebih parah, dia juga tidak tahu bahwa ternyata gadis kecil itu sudah menyimpan perasaan terhadapnya.

Selagi dia bersikap semaunya sendiri, Ganesha bahkan tidak mencoba mencari jalan keluar untuk meninggalkannya seorang diri.

“Dari sekian banyak cowok di dunia ini, lo seharusnya jatuh pada seseorang yang bisa mencintai lo dengan utuh, Sha. Jatuh ke gue nggak akan membuat lo mendapatkan apa pun.”

Iba. Nelangsa.

Kalau boleh meminta, Tenggara mau—setelah bangun nanti—Ganesha akan segera melupakan rasa sukanya. Karena dia sadar, dia tidak akan bisa memberikan Ganesha cinta yang gadis itu mau. Sekalipun Tenggara mau, dia mungkin tidak akan bisa memberikan Ganesha segala hal terbaik... yang bisa saja gadis itu dapatkan kalau dia jatuh cinta pada orang yang tepat.

Tepat pukul 3, Tenggara menjauh. Membiarkan Ganesha lelap bersama mimpinya. Untuk mengurusi dirinya sendiri sekaligus memikirkan apa yang sebaiknya dia lakukan terhadap Zaloria setelah ini.

...°°°°°°°...

Kali terakhir sebelum kesadarannya menghilang, Ganesha ingat keadaannya sedang kacau.

Ada tiga cowok asing yang mencoba mengganggunya, dan Kafka—yang semula cuma diam—bergerak cepat mengambil tindakan. Dia dibawa pergi, diseret paksa sampai-sampai menimbulkan nyeri di pergelangan tangan karena Kafka menggenggam terlalu erat. Ganesha ingat Kafka sempat bicara soal Selena, tapi dia tidak terlalu mengerti apa maksudnya.

Dari potongan ingatan itu, Ganesha meyakini bahwa setidaknya dia aman. Seharusnya, saat ini, di sudah berada di dalam kamar. Bergelung selimut ungu favoritnya sambil mendekap guling kesayangan.

Tapi... apa ini?

Kenapa dia malah terbangun di tempat yang tidak seharusnya? Kenapa dia...

“Udah siuman?” Interupsi itu datang dari arah pintu kamar.

Ganesha cepat-cepat menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya, walaupun dia sadar sebenarnya tidak ada apa pun yang perlu ditutupi.

Cowok itu muncul dengan nampan berisi mangkuk dan gelas tinggi. Dari mangkuk hitam yang kelihatan mahal itu, uap panas menguar. Aroma kaldu yang gurih lantas menyusul, menyampaikan pesan lapar yang kemudian diterima dengan baik oleh otaknya—berakhir munculnya suara keroncongan dari dalam perut.

“Kok gue bisa ada di sini?” tanyanya, bingung.

“Karena lo pingsan?” Tenggara menjawab diiringi endikan bahu.

Ganesha memutar bola mata malas. “Gue juga tahu soal itu. Maksudnya, kenapa bisa ada di sini? Ke mana Kafka sama Selena?”

“Nggak tahu.”

Sebelah alis Ganesha naik cukup tinggi. “Nggak tahu? Maksudnya lo nggak tahu Kafka sama Selena ke mana?”

Tenggara mengangguk, mengiyakan. “Gue bawa lo balik karena temen-temen lo kayaknya kepayahan. Selebihnya, gue nggak tahu lagi. Entah mereka langsung pulang atau pergi ke tempat lain, that’s not my business anyway.” Jelasnya enteng.

Ganesha terdiam setelah mendengar penjelasannya, yang sebetulnya, hanya menjawab sebagian kecil saja dari seluruh rasa penasaran yang dia punya.

“Makan supnya,” suruhnya seraya menggeser nampan di atas nakas lebih dekat ke sisi Ganesha. “Kelar makan, gue anterin lo pulang.”

Ganesha tidak lantas mengambil sendok yang sudah tersedia. Untuk beberapa lama, dia malah terdiam menatap Tenggara yang standby di sisi ranjang. Masih ada banyak sekali pertanyaan yang memenuhi kepalanya, dan rasanya, dia ingin menanyakan semua kepada lelaki itu sekarang juga.

“Makan, Ganesha.”

Sialnya, cara Tenggara mengucapkan namanya tidak pernah gagal membuatnya menjadi tunduk. Tangannya lantas seperti bergerak sendiri mengambil sendok. Kemudian, suap demi suap yang masuk ke dalam mulutnya seperti terjadi begitu saja. Tubuhnya seakan masuk ke dalam mode auto pilot dan dia hanya perlu mengikutinya.

Selama Ganesha memakan supnya, Tenggara tidak mengatakan apa pun. Ketika ia coba mengintip dengan mencuri-curi pandang, Ganesha menemukan cowok itu hanya terus memperhatikan dengan begitu saksama. Persis seorang ilmuwan yang sedang mengawasi objek penelitian. Dalam diamnya itu, dia seperti sedang menuliskan banyak hal di otaknya yang cerdas cemerlang.

“Sha,”

Refleks, Ganesha berhenti menyuap. Kepalanya mendongak terlalu tinggi sampai membuat lehernya terasa sakit. Tatapan mereka bertemu, dan dia seperti dipaksa tenggelam semakin dalam pada pesonanya yang sebelum ini memang tidak pernah bisa dia tolak.

“Jangan suka sama gue.” Lalu statement itu, berhasil membuat tenggorokan Ganesha tercekat. Napasnya seketika berhenti, begitu pula dengan detak jantungnya yang mendadak tak terasa sama sekali. Matanya terasa panas.

Dia... ingin menangis.

"Melibatkan perasaan akan bikin kegiatan Zaloria terhambat. Dan sedari awal, gue udah tekankan itu sama lo. Jadi--"

"Gue tahu." Ganesha menyela. Tenggorokannya terasa sakit, namun tangannya malah bergerak menyuapkan satu sendok sup lagi. "Sorry, gue janji nggak akan ngerepotin lo sama perasaan gue ini."

Tenggara tidak menjawab. Dia hanya terdiam menyaksikan bagaimana Ganesha berusaha keras menahan tangis. Memaksa satu demi satu sendok sup tetap masuk ke dalam mulutnya.

"Bisa biarin gue sendiri dulu nggak? Gue nggak nyaman makan sambil dilihatin sama lo gini." Dengan suara bergetar dan kepala menunduk dalam-dalam, Ganesha meminta.

Tanpa mengatakan apa pun, Tenggara mengiakan. Ditariknya langkah mundur, pelan-pelan sampai kemudian tiba di sisi pintu dan menghilang di baliknya. Tepat saat itulah, dia mendengar tangis Ganesha pecah. Sama seperti yang semalam. Namun, kali ini terasa lebih pedih dan menyesakkan.

Bersambung....

1
Dewi Payang
Para memang kesalnya si Kafka ke Tenggara😂
Dewi Payang
Ga senggol donk si Kafka, apa dia masih punya tenaga buat marahi lo😅
Dewi Payang
Biarin lecet, tar beli lagi ya Ga, yang pening bisa ikut nginap😂
Weh, Kafka jengkel setengah mampus inu😅
Dewi Payang
Ampun dijay😂
Dewi Payang
Ini maah Kafka cari ribut😅
Dewi Payang
Kafka dilawan😅
Zenun
mamam tuh Tengg. Puas banget dibalikin begitu
Zenun
ngapa emang? suka-suka dia atuh😁
Zenun
Nanti kalo lo balik lagi ke tengg, tu laki bakal ngulur lagi. Caya dah
nowitsrain: Yee khan
total 1 replies
Zenun
dengerin tuh baik-baik ya
nowitsrain: Au deh kupingnya kebuka apa enggak tu
total 1 replies
Zenun
kenapa kafka gak ditengah aja
nowitsrain: Mabok dia kalau di tengah
total 1 replies
Dewi Payang
Gwe suke gaya lo Kaf😅
Dewi Payang: Ya ampyun, tapi kali ini lo memang keren👍🏻👍🏻
nowitsrain: Kafka: Harus suka, lah, kan gue keren 😎
total 2 replies
Dewi Payang
Wih... kaya bapaknya Nesha aja🤭
Dewi Payang: Kaya begitu😅😅
nowitsrain: Iya ya, bapak kandungnya aja au deh tuh ke mana wkwk mungkin Tuhan kirim Kafka emang biar jadi sosok yang menggantikan peran bapaknya
total 2 replies
Dewi Payang
Lasaiiiinnnn......
Dewi Payang: 😂😂😂😂😂
nowitsrain: Kasian kasian kasiann
total 2 replies
Dewi Payang
Cakiiiiiit ya Ga.....
nowitsrain: Biar tau rasaaaaa. Itu mah belum seberapa
total 1 replies
Dewi Payang
Tak lama, fans gak lagi segalanya....
nowitsrain: Betulllll
total 1 replies
Dewi Payang
Wkwk😄
Dewi Payang
Bagus lo nyadar
Dewi Payang: Rasanya pengen hajar si Tenggara klo kumat² lagi🤭
nowitsrain: Kalau lagi sadar ya sadar, kalau kumat ya bikin orang lain naik darah
total 2 replies
Dewi Payang
Luar biasa carenya Kafka sama Selenna👍🏻
nowitsrain: Rill sahabat sejati
total 1 replies
Dewi Payang
Entah kenapa, aku berharap Ganesha jual mahal kali ini🙈
Dewi Payang: Harus ya Nes😔
nowitsrain: Ihhh harusnya yaaa.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!